Sayang, Beri Aku Kesempatan Lagi!
Penulis:JODY ORTEGA
GenreRomantis
Sayang, Beri Aku Kesempatan Lagi!
Tamara hanya menganggukkan kepala dan menjawab, "Biarkan saja. Dia hanya mengikutiku. Kurasa dia tidak akan melakukan apa pun untuk menyakitiku."
Setelah hari yang sibuk, Tamara menikmati malam yang tenang. Untuk sekian lama, ketakutan terbesarnya adalah bahwa Satya akan meninggalkannya, tetapi sekarang mereka tak lagi bersama, dia merasa lega dan menerima fakta tersebut.
Dia pikir dia tidak akan bisa tidur malam ini, tetapi dia salah. Dia langsung terlelap begitu dia berbaring di atas tempat tidur. Sepertinya hidupnya benar-benar lebih baik tanpa pria itu.
Ketika Tamara membuka matanya lagi, hari sudah pagi. Setelah mandi, dia pergi ke ruang makan dan tersenyum sambil menatap makanan di atas meja. Terlihat jelas bahwa suasana hatinya sedang baik.
Dia telah menghabiskan tiga tahun terakhir untuk beradaptasi dengan makanan kesukaan Satya karena selera makan mereka yang berbeda. Sekarang dia dapat mencintai dirinya sendiri, jadi dia bisa makan apa saja yang dia mau dan ini membuatnya begitu gembira.
Pagi ini, dia menerima panggilan telepon dari Monika. Tim hukum Grup Maulana ingin bertemu dengannya dan Monika telah mewakilinya dalam memilih lokasi untuk bertemu mereka.
Setelah sarapan, Tamara berjalan keluar.
Di luar vila, di dalam mobil, seorang pria bergumam, "Pak Satya, dia sudah keluar."
"Cepat ikuti dia."
Ekspresi Satya tampak jengkel. Dia tidak pernah mengira bahwa Tamara memiliki tempat tinggalnya sendiri. Terlebih lagi, Tamara-lah yang lebih bersemangat untuk menyelesaikan perceraian mereka. Tiba-tiba, dia merasa seakan dia tidak mengenalnya sama sekali.
Dhani sudah berada di tempat pertemuan saat Tamara tiba. Dia sedang duduk di dekat jendela. Tamara berjalan mendekatinya sambil tersenyum. "Dhani, kamu datang lebih awal."
Pria itu mendongak, kemudian alisnya terangkat karena terkejut. "Tamara?"
Tamara mengangguk, "Ya, tapi sekarang, namaku Irma."
Dhani menganga dan berbicara dengan gagap, "Tamara … kamu .…"
Dia pernah mengagumi Tamara karena prestasi akademiknya yang luar biasa. Namun, dia tidak pernah menyangka bahwa Tamara dan Irma adalah orang yang sama.
Tiba-tiba, sulit baginya untuk menyembunyikan ketertarikannya pada Tamara.
Kemudian, mereka berdua tidak membuang-buang waktu untuk memulai bisnis dan mendiskusikan kasus tersebut.
Sementara itu, di dalam mobil, Satya merengut lebih dalam. Dari posisinya, dia bisa melihat seorang pria sedang duduk di seberang Tamara. Dia tidak bisa melihat wajahnya, tetapi dia bisa melihat dengan jelas senyum cerah di wajah Tamara.
Satya merasa kesal, tetapi dia tidak tahu kenapa. Dia yakin Tamara benar-benar terobsesi padanya, jadi bagaimana mungkin Tamara tersenyum pada pria lain seperti itu?
Tamara tidak menyadari bahwa dia sedang diawasi dan dia terus membicarakan bisnis dengan Dhani. Setelah selesai berdiskusi, mereka memakan makanan sederhana sebelum berpisah.
Tamara lalu ingat bahwa dia sudah lama tidak berbelanja, jadi dia memutuskan untuk pergi ke mal dan berbelanja.
Pada saat dia kembali ke vila, hari sudah hampir gelap di luar. Para pelayan sudah memilah barang-barangnya selama dua hari terakhir. Ketika dia pulang, dia diberikan sebuah daftar.
Baru pada saat inilah Tamara menyadari bahwa dia telah melupakan sesuatu. Dia memegang lehernya dan kemudian matanya membelalak.
Di mana kalungnya? Ini gawat. Kalung itu tidak boleh hilang. Apa dia lupa memakainya saat dia keluar dari vila Satya?
Setelah memikirkannya, dia mendesah pasrah dan memutuskan untuk pergi ke vila Satya agar dapat mencari kalung tersebut.
Di dalam vila, Satya sedang berdiri di depan meja rias, melihat jam tangan di tangannya ketika Tamara memasuki kamar tidur.
Tamara menghentikan langkahnya karena terkejut. Selama tiga tahun pernikahan mereka, tidak sekali pun Satya masuk ke kamar tidur mereka. Akan tetapi, yang lebih mengejutkannya, Satya menatap jam tangan yang pernah dia berikan padanya dan bahkan tidak menyadari kedatangannya.