GADIS MALANG
nya sedang menatap sinis. Ada yang berbis
g diamanahkan, selalu beliau kerjakan dengan sepenuh hati. Sikap seperti itu tentu saja membuat beliau selalu mendapatkan pujian dari Pak Sandy. B
ikin terus," sindir salah seorang pegawai laki-
lih untuk tetap berlalu dan membiarkan perkataan itu mengudara. Baginya, ora
an senyuman pada orang yang sudah menyindirnya. Walaupun,
bersabar jika bertemu dengan orang-orang seperti itu. Sebab,
eorang satpam yang selalu st
g tetap menyempatkan untuk membalas p
annya adalah supaya bisa sampai rumah dengan cepat. Jadi, sebisa mung
ar!" pesan Pak Satpam yang paham se
*
?" tanya Pak Will
aki yang sudah hidup bersamanya sekitar 26 tahun itu merasa curiga. Beliau
am istirahat, Pa," jawab Bu V
n cara bicara suaminya. Terlebih, sejak pag
William yang masih tak percaya deng
ingin mengontrol hal-hal konyol yang kemungkinan akan dilakukan oleh istrinya. Sebab, belakang ini, Bu Valen sering sekali m
Mama," protes Bu Valen dengan ke
idak marah-marah. Namun, apa boleh buat,
g disimpan oleh Pak William. Dan hal itu memang benar.
ang cerdik itu memilih untuk segera berlalu dari hadap
n Rinda,' batin perempuan itu
n itu. Pasalnya, hari itu menjadi hari pertama Bu Valen menginjakkan kaki di kantin. Biasanya, setiap jam makan siang, beli
Makan ya makan aja dong!"
n apa pun dari Bu Valen meski sudah mendapat banyak komentar negatif dari para pegawai. Beliau tetap mempertahankan
ti makan siang di kantin itu bergidik ngeri. Ada yang masih
ang akan menjadi tujuan teleponnya. Tanpa intro seperti lagu-lagu yang indah, perempuan itu langsung menelepon tanpa m
a saat sudah beberapa kali m
h, menelepon Rinda adalah suatu kegiata
lagi. Tulisan berdering terpampang cukup lama pada layar ponselnya. Menu
ring berubah menjadi timer yang m
elakuan Bu Valen j
erhasil membuat telinga Rinda terusik. Bahkan, dirinya sampai menjauhkan layar po
inda yang masih berusaha bersikap sopan. Wal
obrol sama calon mertua kamu?!" Bu Valen meno
arik napasnya dalam-dalam s
alau tidak kerja sendiri, Tan
at ocehan menyebalkan dari perempuan itu. Sudah terlampau sering juga perempuan yang katanya adalah calon mertu
tidak bisa lagi menahan rasa kesal itu. Ia juga paham, orang sepe
kamu tidak jadi bertunangan dengan Gian. Sikap kamu s
an anak Tante yang lebih menjijikkan?" Rinda mencoba mela
rkan, beliau bisa saja membuat hati Rinda semakin terpuruk. Pad
mu, ya, Rinda!"
angan karena Tante bergelimang harta, jadi bisa
kali berkata dengan nada tinggi terhadap orang yang lebih t
n siang itu. Mau dimatikan, tapi rasanya
tidak ada hubungannya dengan kedua ora
an. Walaupun akan dianggap tidak sopan atau yang l
ngkali dirinya mencoba menenangkan sahabatnya. Mene
ir tidak terdengar suaranya. Hanya
ya kamu
ngar oleh Bu Valen. Namun, hal itu tidak terlalu dipikirkan oleh Rinda. To
a? Hanya mau memperdebatkan hal semacam tadi?" Ri
deni setiap perkataan mama Gian itu. Semakin dilawan, Bu Valen juga semakin t
n dengan Gian? Mau mempermalukan keluar
mpahkan kesalahan pada Rinda. Berbagai tuduhan dilontarkan t
r tidak terlalu menyalahkan Gian dalam gagalnya pertunangan. Tapi, bis
g kamu ini yang tidak cukup dengan satu pria," tuduh Bu Valen
saya? Bukankah Gian yang tidak cukup dengan
hubungan dengan Gian, tak pernah sedikitpun dirinya mencela pasangannya. Seburuk apa
teman baik Rinda. Dalam hal itu, Rinda sudah tak bisa lagi membela. Sebab, bag
banyak perempuan. Lagian, wajahn
ia jalani. Ia baru sadar bahwa orang-orang akan dengan gamp
saja sudah mempersiapkan semua kebutuhan pertunangan tanpa meminta uang
lla yang langsung me
merasa muak. Kesabarannya sudah tidak dapat ditahan. Tidak se
Rinda dan Gian, anak Tante sendiri yang menyebabkan itu semua. Jadi, moh
yakiti hati keluarga ataupun sahabatnya, ia tak mungkin ti
isanya ikut campur urusan orang lain. Mana Rinda?
pan dari orang tua Gian. Entah apa yang harus ia s
a akhiri saja pembicaraan ini. Lagi pula, Ibu juga tidak mungkin paham dengan perasaan Rin
a!" gertak Bu Valen semba
kantin agak terkejut. Hingga semua mata tertu
ata juga merasa agak malu. Lagi-lagi,
an telepon tersebut. Ia paham betul bahwa kondisi sahabatnya tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan perc
u dipikir!" ucap Della semba
arinya sibuk memijit pelipisnya ka
rja dengan maksimal," sahut Rinda deng
Istirahat aja dulu. Udah
inda juga seperti orang yang merasa lebih terpukul dibanding hari sebelumnya. Rasa-ra
i
ke ponsel Rinda dan tak s
k rumah s