Laksana Senja
koper besarnya. Ia sengaja tidak membawa semua bajunya. Merepotkan. La
ngkan otot-otot tangannya. Baru saja ia berbaring, s
THE FOOD IS
n bangkit dari kasur empuknya. Tubuhnya s
wajah Biru dengan senyuman manisnya
apa. Tur
ya berkata Biru sedang menyusun renca
ar adiknya itu. Dengan wajah datar, i
suudzon lo
ya lo kan
nya. Ia merangkul adiknya menuju ruang mak
buah hatinya itu serasa ingin buat tasyakuran
rdehem yang meny
yang sudah duduk di hadapannya. Uta
sak gulai ikan. Papa t
lnya kalau Bunda, rasanya
jauh di atas Utari. Ia ingat bagaimana dulu ia mengajari Utari memasak nasi dan menggore
arahkan kepalan tangannya ke wajah Biru. Utari
ahu kalau Papa lebih jago masak dari Bunda. Bahkan semua masakannya lebih
he
ja ingetin." kata Senja. Biru menatap Senja kesal sa
e tahu dari gulai ikan, pasta, puding lava sama nasi
git memotong ucapan
a Bunda. Masakan Papa emang lebih enak dari–" mata Senja meloto
enatapnya setajam silet. Wanita 42 tahun
udnya Se
r tanpa memerdulikan panggilan dari anak dan suamin
. Langit menghela nafas, "Papa samperi
panggi
ikan badannya
nja nggak ada maksud apa-apa." lirih S
emuanya karena Biru! Ia juga menepuk bibirnya berkali-kali. Bukan salah
adahal ia tahu bagaimana sang bunda mencoba untuk jadi ist
mulutnya masih mengunyah.
k Ab-
en dulu baru
meneguk segelas air. Ia
gain dong walaupun emang itu kenyataan! Seg
n nafas, "Iya Aba
at kesukaannya. Senja memilih makan daripada berdebat dengan Biru. Ia ma
lalu emosional. Padahal biasanya tidak begitu. Ya ia tahu kedua anaknya bisa
ah dong.
guling. Enggan membalik
ak Utari. Langit pun akhirnya ikut berb
mu makan? Padahal aku masak kentang balad
angit dalam, seulas senyuman muncul dari wajahnya.
ggak maksud apa-apa, Ney." kata Langit pelan. Ut
. Aku cum
af. Lihat, anak aku
sur bersama Langit. Keduanya kemba
melihat kedua anaknya seperti korb
li. Bahkan sendawa masih keluar dari mulutnya. Sedang Senja kepalanya keluar dari bat
melihat meja makan yang tadinya penuh dengan menu makan malam ini, hanya tersisa beberapa lauk sep
anga, "Mere
nggak makan
alam. Beruntung mereka tidak menyentuh masakan kesukaan Utari. Sepertinya gulai
an
H
angerang. Pasti sepi deh rumah nggak
Senja. Ia mengangguk p
ak jauh-jauh amat Bandun
reka harus terbiasa untuk saling berjauhan. Selama ini, baik Senja ataupun Biru tidak p
k itu mengajak Senja untuk ikut serta to
tu Biru sedang sakit cacar, dan sang nenek menyuruh Senja untuk tinggal di rumahnya.
mana
a. Bi
r di dalam dekapan sang suami. Senja dan
ar jagung sambil minum cocktail." ujar Utari
belakang rumah. Senja memilih duduk di gazebo, se
rangtuanya. Sesekali tertawa pelan melihat Biru ya
enghampiri sang kakak. Biru menyodorkan kipas
mengan
pada Langit yang sedang memanggang daging. Lang
gitu melihat ekspresi permusu
sempurna. Malah sesekali memakan daging it
Dek. Bentar lagi kok nih ting
itadi makanin." gumam Senja sambil mengipas jagung
isikan minuman dingin itu menghampiri Se
enja sengaja mengeraskan suar
uka-suka B
strol kebanyakan da
enting
, "Padahal bad
PA
ar pekikan Utari. Buru-buru Biru
Bunda." kata Biru kemudian
itu menjulingkan matanya sambil menarik kedu
pa sih?! Langit nggak se
buat wanita itu mengangkat alisn
wek kita mirip aku deh yang kalem. Kok bisa-bisan
ngar dari bibir Langit. Sial, tenaga istrinya bukan hanya
n! Aku
Yang ada kejunya itu punya ka
.....
a reaksi Utari, wanita itu sudah terpingkal. Bahkan Langit harus
da inget
angguk. Ia menatap anak bungsun
ot. Senja memajukan wajahnya, membi
suka sam
?! S
cek seluruh wajah Biru, bahkan sampai ke gigi-gigi
sukain sa
eruk makan jeruk!" seru Langit menu
nghembuskan nafas panjang. Ia harus menjelaskan ini, apalagi sang bunda s
isahan kemarin, Bun, Pa. Adek tahu karena nggak sengaja denger." kata
sengaja denger! Lagian Mikael mau confess di balkon utama
ngannya yang terasa perih dan p
rdecak,
Bunda emang mau
buat Utari bergidik ngeri, bisa-bisa gue dicin
Langit sudah tebak istrinya itu sed
godain kan? Maksud Papa penampilan
tiganya menatap Senja bingung. Apa
ya cowok aja ada yang kepincut." kata Senja. "Kalau di novel-novel yang Adek baca, Abang ini tipe tokoh utama protagonis. Ganteng, ramah,
etelah berhasil, ia menghirup oksigen banyak-banyak karena sempat g
anak sulung Bunda." ujar U
ntes juga kamu jadi playboy.
mend
pas masih muda." sinis Utari. Biru menyen
k a
leneh. Matanya menatap Langit tajam, ia menunjuk
r siapa itu Ara,
rcaya. Serius, dia masih ingat semua wanita yang pernah ia
git prihatin. Kedua anakny
gsek." kata Senja da
melotot
git sinis, "Memang brengsek. Sayangnya aku cinta. Saking cin
sudah berpura-pura muntah. Kedua oran
g-masing. Berbeda dengan Langit dan Utari yang melakukan ritual m
nan beberapa ronde mereka. Ia menatap Utari yang meme
Utari yang membuat wanita itu membuka matanya.
kali, "Terimakasih, Utari.
ya, memeluk tubuh Langit. Mengusap kepala pria it
ik mungkin buat aku dan anak-anak." lirih Utari. Uta
aku mau di dunia ini." balas Langit pelan. Langit
Langit sudah berada di atas tubuhnya kembali. Langit melepaska
. Langit tersenyum lebar. Malam itu, Langit dan Uta
ejar puluhan troll akibat membaca nove