Mon Amour
ucapan mu?" tanya
gguk mantap.
alian telah menjadi sepasang kekasih beberapa tahun yang lalu. Lantas, b
Tapi aku sadar diri. Aku sudah tak diinginkannya lagi menjadi pendamping hidup. Aku juga tak ma
ntu saja k
erapa saat itu telah tak sanggup lagi ia tahan. Ia tahu jika ia salah meluapkan emosinya pada Via
a tak menyangka jika wanita yang ia kenal begitu kalem dan sabar itu bisa mengeluarka
engungkapkan. Lalu, Vian semakin tak mengerti begitu melihat kelopak
u kakakku dan masih mencintainya s
an jelas. Menurutnya, ucapan Vian memang benar. Namun, di sisi la
i sela-sela kesibukannya dalam pekerjaan untuk melihatku yang berusaha dan berjuang untuk belajar menjadi calon istri yang baik. Apakah kesabaranku untuk menunggunya
Vian meski Farrin juga menahan tangisnya. Sebenarnya ia tak ingin menangis di hadapan pria. Akan tet
i seper
t lemah di ma
ukan sepe
yang kulakukan selalu saja
. Kamu tid
terakhir itu hanya bisa Vian ucapkan dalam hati. Ia tak mungkin membeberkan semua ide kakaknya dalam waktu sa
yang menempati ruang hatinya. Akan tetapi,lagi-lagi ia harus teguh,
ayo kita menjalani waktu ke depan layaknya sepasang t
jika Farrin hanya harus tetap pada hatinya yang mencintai kakaknya. Namun, di sisi lainnya ia juga
njalin hubungan dengan wanita kini harus direpotkan dengan segala macam te
kin agar tidak melukai wanita yang menjadi prioritasnya dengan selalu menjadi anak penurut, termasuk dalam hal itu ad
yang mengambil jalan ini. Jangan tanyakan hal atau alasan apapun. Aku akan memberitahumu nanti setelah pernikahanmu telah terlewati. Kau mau?"
, ia lebih mendengarkan perintah hatinya dari pada perintah orang di sekitarnya bahkan orang tua atau kakaknya sekalipun. Ia beranggapan bahwa
n justru menyembunyikan banyak hal yang entah bisa ia kuak di kemudian hari atau tidak. Atau, menun
suda
duanya akan bertemu dan berkumpul hingga m
asang tunangan. Farrin dan Vian terlihat seakan keduanya telah saling menerima keadaan. Tentu saja hal itu membua
at hatinya menenang. Masih ada rasa yang mengganjal di hatinya akan kegagalan acara mereka nantinya. Akan tetapi, hal itu juga bukan poin utama. Poin utamanya adalah bagaiman
akan melakukannya karena ia perca
annya itu. Ia seorang ibu, dan firasatnya biasanya yang tajam itu meng
oto surat dari Farrin yang diberikan padanya untuk dikirimkan kepad
in untuk menjadi seorang tunangan yang semestinya bukan karena permintaan wanita itu, melainkan untuk dirinya sendiri. Biarlah kali ini ia egois, karena ia ingin menikmati menjadi pasangan wanit