Mon Amour
banyak diam dan tak mengeluarkan kata apapun hingga membuat perjalanan mereka terasa lama. Bahkan hingga mereka sampai pun Farrin m
aku!" pe
a. Ia merasa gemas melihat wanita itu terlalu larut dalam lamunannya hingga sama s
u lelah, jadi biarkan tunanganmu ini melakukan tugasnya untuk sedikit membantumu, ya
berontak dan menenangkan diri di gendongan Vian. Hey, bagaimanapun juga ia menyadari jika ia tak ringan seperti bocah usia 5 tahun lagi meski tinggi badannya
sungguh! Percaya p
annya sendiri di gendongan Vian. Hey, ayolah! Sekarang ia
ng tengah berlatih untuk men
n tombol kuncinya
n seolah mengambil kombinasi angka yang sedikit sulit untuk di hapal itu? Tapi sudahlah, itu bukan urusannya k
h itu. Mata Farrin menelisik, apartment Vian begitu memukaunya. Ia pikir lelaki sibuk seperti Vian akan memiliki apartment yang sedikit berant
ku tidak bisa membua
engan sedemikian rupa hingga terkesan sempurna. Apartment yang tak terlalu luas dan hanya memiliki satu kamar tidur, satu ruang tamu yang merangkap ruang be
ub! Namun, sepertinya tidak dengan Vian yang terlihat was-was. Seperti
ku mengecewak
ngaguminya. Apartment ini sesuai dengan
ment sendiri dengan tatanan seperti ini. Namun, sepertinya hal itu tak pernah ter
an menghabiskan waktuku sendiri tanpa ada orang yang mau mengunjungiku di sini. Karena jika pun aku harus membawa temanku, aku pasti akan
rtama yang akan ia bawa ke apartment ini. Dulu, ia hanya bis
ent seperti ini untukku tinggal. Ruangannya cukup untuk kubersihkan sendiri dan tak perlu menyewa jasa pembersih ru
Wajah itu terlihat begitu menyenangkan dan membuat hatinya bahagi
elah kita menikah kita tinggal di sini saja? Aku meny
ter
ni
al di
nanti, kakaknya lah yang akan menjadi pendamping gadis itu, bukan dirinya. Da
satu kamar. Kita bisa mencari apartment
ja dan aku sama sekali t
in merasa tak
aktu lagi. Waktumu akan semakin berkura
n memang tak terlalu banyak, tetapi sudah lebih dari cukup untuk membuat makan siang untuk dua orang. Di dalam diamnya, Vian memandangi Farrin yang tengah berkutat dengan alat masaknya. Alat masak di dapur
nya jemari lentik itu menyiapkan makanan untuk mereka berdua. Wajah Vian memanas perlahan saat ia menyadari jika kini
untuk menjadi istrinya dan mengalami hal ini lagi di hari esok. Tentunya ia tak akan berharap berlebihan untuk kedepannya. Ia yang selama
lusa atau bahkan setiap hari jika kau mau. Angga
u membuat jantung Vian berdebar le