CEO Saja Tidak Cukup
ncintai
r aku
i aku tegaskan, jangan
ncintai
ku akan meminta paksa re
pilu. Menatap pekat malam yang semakin kelam. Menyorot gumpalan-gumpalan hitam yang sempurna dengan nyaring gelegar yang bersahut-sahutan. Se
elah tiga puluh menit. Nada dering juga disetel volume penuh. Berharap lekas ada notifikasi yang memang seda
ntas. Entah apa yang tengah dilakukannya sekarang. Berkutat dengan data-data bisnisnya yang sa
un menautkan tali asmara, tak sedetik pun Naya resah andai takdir tidak menulis nama mereka menjadi bagian dari kisah
uh itu. Hingga berita itu memanas dan menjadi trending topik di mana-mana. Seorang pengusaha muda di
a dalam perjuangan restu ini, Anam tak akan mundur. Dirinya harus mendapatkan gadis yang dicintainya itu bagaimanapun caran
setelah pesan yang dialamatkan pada Anam masih saja centang abu-abu. Sebenarnya masih ada opsi telepon yang sedari tadi Naya urungkan. Khawatir justru akan mengangg
," jawab seseorang di seberang set
Kesabarannya telah terkikis habis. Sesibuk apa pun, tak
g. Kejebak hujan. Kamu
epat ke kontrakanku! Aku tunggu.
am. Pikirannya langsung menerka-nerka berbagai kemunkin
ni hujan d
i, Mas. Pokonya
tap kontrakan cukup membuat mereka dekat dan tertaut. Tanpa menunggu lagi, gegas Rofi merengkuh tubuh rekan mahasiswa keguruan yang telah berguncan
bisik Rofi lirih sembari meng
.. Aku
sore. Masih dapat diingatnya benar, ia yang sudah kelelahan
frustasi. Cukup lama sampai layar ponsel Naya mengalihkan perhatiannya. Tertulis nam
.. To
nyalang pada lelaki yang tampil begitu pintu terbuka. Tubuhnya basah kuyup. Dapat
k .
gi bekas perih di sana sambil menatap gadis yang deru napasnya sudah memburu. Sedangkan Rofi terperangah.
a, Nay? Apa
akibat teriakan itu. Terutama ibu-ibu penggosip yang suka mau tahu urusan orang. Terlebih berkaitan urusan
sih bertanya ap
k tahu, Nay. Kata
tangan Anam. Namun, lelaki itu bergeming. Tak mengindah
apakan
in semua ora
Mas? Masuk
masih kuyup pada sofa. Selepas mengunci pintu, Rofi pun samar memegang
kan ak
luk Naya erat. Isakan tangis menggema ke seluruh ruangan. Belum reda sengalan napas itu, Anam ba
. Tolong berhentilah. Katakan a
salahku, Mas? Apa salahku sampai
an apa?
berdiri dengan tanda tanya besar. Dengan rekaan-rekaan kem
gan di dalam. Penampilannya semakin berantakan. Bagian bawah gamisnya basah. Ditamb
.. Nay
n kobaran api yang seolah tampak pada kedua lensa matanya. Dengan dada yang
kerah jas yang masih basah kemudian membantingnya lagi. Begitu tubuhnya mendarat d
... a
ih
..
h di tangan. Kali ini bahkan rasanya hendak meledak. Wajah putih bersih