CEO Saja Tidak Cukup
g membuat Rofi menghujaninya dengan puluhan tel
Naya k
ia keluar. Sampai sek
gan kantung anti air. Tak butuh waktu lama baginya keluar dari sana. Sesampai
ofi. Sedikit menyalahkan karena Rofi membiarkan kekasihnya itu pergi sendirian. Namun, jelas
enghubungi nomor yang sengaja ia sematkan. Berkali-kali nada pangg
arkan payung dari bagasi. Sempat ia mengumpat k
ereka pernah melihat gadis yang ditunjukkannya dalam ponsel. Puluhan gelengan membuat pikirannya semakin kacau. Tida
ccino sa
dadanya yang kembang kempis, napasnya yang terengah-engah. Di teng
di sana-sini. Tubuhnya yang tinggi besar terduduk lesu di sal
beranikan diri masih sambil
tentu saja Anam tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya. Ada beberapa asisten dan ribuan karyawan yang siap sedia kapan pun ia membut
orkan gelas ke meja. Raut muka itu kemudian berubah. Dahi mengernyit, b
ya? Oh tadi, iya barusan. Dia tany
nar lekas muncul. Sedikit titik terang. Mungkin da
nggah di sini sebentar, tetapi sepertinya dia tida
pkan terima kasih. Meninggalkan gadis penjaga kafe yang tampak masih terpukau meski dengan penampilan A
anya. Pernah liha
, sang pemilik ruko lantas mengama
suruh berteduh dulu di sini. Tapi baru beberap
ak rambutnya kesal. Kalau saja dia tidak berhenti
i. Menggeser layar dan menelepon Rofi kembali. Jika pere
di masjid.
Ibu masuk rumah sakit. Aku sudah mengirim pesan tapi kamu be
Secepatnya dia berusaha mencapai masjid. Namun, begitu sampai di
lataran. Meneliti satu per satu sandal para jamaah. Jik
emukan Rofi ataupun aku, kemudian pergi," umpatnya kesa
il. Memutuskan untuk menunggu. Meski entah kapan, tet
engemudi. Membuka lebar kaca mobil sambil
njaja aneka makanan mulai pedagang kaki lima, warung-warung pinggir jalan, terutama kafe-kafe yang gemerlap dengan cahaya lam
mpu memutuskan untuk tutup lebih awal. Tak sadar berjam-jam kemudian kesibukan-kesibukan yang tak p
h di rumah. Bagaiman
enempel di pergelangan tangannya. Sudah hampir tiga jam, tetapi Naya tak j
n keluar. Menyisir jalanan yang tergenang air sembari meng
pat-tempat yang mungkin bisa digunakan untuk berteduh. Namun, pencariannya di tengah
kerumun. Tidak tahu sedang meributkan apa. Entah mengapa juga Anam
ya tubuh lemas yang sudah dipangku oleh seorang ibu-ibu. Tepukan berulang kali pada pipi tidak berhasil membuat gadis yang ta
lamat-lamat entah berapa puluh oran
nya ya
at sang penanya yang mengertukan alis sambil menatap penuh selidik. Se
ya,
Lihat bibirnya sudah membiru, bajunya b
m pergi, seorang pemilik ruko lantas menyerah
mis buat ga
yup Naya menuju mobil. Tak peduli puluhan pasang mata menyorot mereka. T
elajukan kencang mobilnya. Beruntunglah jalanan sepi akibat hujan. Namu
kedinginan. Tidak mungkin dia akan membawanya langsung pulang. Butuh waktu lebih dari tiga jam
ng di seberang mengangkat telepon. Dia
Nak? Kamu j
dus. Kita punya villa