CEO Saja Tidak Cukup
Kita perlu mengirim berkas ke pengadilan agama
Bapak hanya tinggal mengajukannya. Bukankah Bapak punya koneksi di pengadila
a yang cepat, tangkas, dan tepat sasaran. Mungkin instingnya sudah terlatih sejak menj
a anak saya untuk menjadi saksi, dan silakan Na
mau mahar apa
ku .
Sayang. Ap
belum siap denga
terseret dalam arus pikiran masing-masing. Semuanya terjadi begitu cepat.
eka. Sempat ia berpikir pernikahan mereka akan digelar dengan penuh bahagia. Dihadiri banyak kiai dan diberkahi dengan hujanan
-besaran. Dihadiri seluruh kolega maupun pesaing bisnisnya. Seolah dirinya ingin mengatakan kepada se
aku pun belu
as?" sahut Naya dengan suara agak tinggi lagi. Dad
ung tangan Naya yang mencengkeram gamisnya kuat. Beberapa menit kemudian hanya hening. Mereka kembali terdiam da
rapi dengan sarung dan pecinya memperhatikan Anam dan Naya lekat. Seolah penasaran dengan wajah-wa
ah siap,
mengangguk lemah. Diserahkannya seluruh uang yang
akan hatinya yang kembali nyeri. Merasa deolah dirinya perempuan penghibur yang d
Naya
k ketika wajah Abah dan Uminya lantas menggentayangi pikiran. Sekarang dirinya mengakui bahwa orang tuanya itu mungkin benar. Sebagai malaikat penjaga, Umi dan Abahnya jauh hari
Naya
angis di pipi. Memberi anggukan sebagai jawaban tanpa berani mengangkat
inkan anda dengan Inayatul Maula binti Romo Kiai Haji Nashihul Amin
Maula binti Romo Kiai Haji Nashihul Amin
mana s
ah
as mencium punggung tangan Anam takzim sembari tersedu-sedu. Sedih, kecewa, bahagia beradu satu memenuhi ruang dadanya. Ada sedikit lega setelah sehari penuh sesak itu meng
terisak-isak itu pada dada bidangnya. Tangis itu perlahan mere
ilakan diminum tehnya. Bu g
nam sembari menatap layar ponsel. Sudah hampir ratusan pesan dan puluhan panggilan yang belum sama seka
mengirim orang untuk mengurus surat-suratnya. Se
istrimu. Jangan sekali-kali kau sakiti dengan tindakanmu yang sewenang-wenang. Dengarkan dia. Setiap orang punya sisi salah dan Mbak Naya berhak mengingatkanmu untuk itu. Setelah ini, apa pun itu, selesaikanlah setiap masalah dengan du
rasa bahwa Pak Ali sungguh benar-benar mewakili Abahnya. Seorang ayah yang menitipk
o,
kembali sampai akhirnya merebahkan punggung masing-masing pada sandaran mobil. Anam l
Bersiap menghadapi masalah selanjutnya yang telah menghadang. Anam tampak masih sibuk memperhatikan jalanan.
erkejut dengan kegilaan-kegilaan pasangan baru itu. Bisa dibilang hari itu adalah malam
ah memulangkanmu k
ya. Lagipula dua kekasih itu kini telah resmi menjadi suami istri. Bayangan tidur di kasur sudah memenuhi pelupuk matanya sa
masuk kontrakan mereka. Sempat mereka berpelukan sebelum akhirnya Rofi b
belakang. Mengulurkan tangan pada gadis yang lekas beranjak. Me
k memandangi suaminya, sedangkan Anam fokus menyetir. Masih canggung
ang. Anam lekas mematikan deru kendaraannya, mengunci setir kemudian melepas sabuk pengaman. Beberapa menit,
am bunga di sisi kanan kiri rumah. Bangunan berpilar-pilar raksasa yang saat itu tampak begitu gemerlap dengan temaram lampu k
agu Naya menjejakkan kakinya keluar. Detak jantungnya mulai berdebam l
u yakin
ksu
n Mamamu sama de
melarangku dekat atau me
u tiba-tiba? Tanpa mengabari dan meminta izinny
megang kedua bahu Naya. Membuat tatapa
yang akan terjadi, aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanm
a. Sejenak ada ketentraman ketika dirinya menyandar pada
ng Naya sampai di hadapan pintu jati besar yang tertutup rapat. Bel yang dipen
ar-kabar juga. Kebiasaan kamu itu, Mama ini
ini s