Terpaksa Pelakor
perjalanan. Aku tak mau terj
jemari halus itu di dadanya yang berbulu. Berulang kali ia bergid
more,
iumi leher suaminya hingga timbul beberapa
aku sedan
u sekarang .
i jalan tol. Kita tak mu
permainanku." Bibir seksi itu berbisik lembut hingga me
alam fantasy-mu. Oke, silahkan.
lu menjadi candunya. Ia bergegas, mengangkat dress yang dikenakannya, lalu dengan penuh senyuman me
encipta keringat itu sudah mulai beradu di dalam perjalanan yang penuh tantangan. Sesekali Levin mencium
aku." Laura mencengker
ketika kita sampai di rumah. Kamu
nt, p
bay
ant
la, hingga terjadi sedik
R
a pendengaran Levin sedikit terganggu suara kla
DA
kang kepala Laura yang sudah tak sadarkan dir
sadar
itu datang mengerumuninya. Hingga ia segera berusaha memindahkan tu
ghampirinya dan berusaha mengeluarkan
a, La
a
si malamnya. Levin menoleh ke arah jar
diri untuk tidak terbuka pada wanita lain, selain menunggu sadarnya bidadari yang masih tergo
, seandainya keinginan Laura ia penuhi sejak acara di hotel, seandainya dirinya tidak egois. Pad
a karena kesibukan dia sebagai dokter muda di salah satu rumah sakit. Tentu menjadi dokter muda b
di dahinya, ia tahu, dirinya
siapkan. Cantik, memang sudah menjadi kelebihan Laura sejak dulu. Meski tiga
menunggumu," bisiknya se
*
an ketidak berdayaan. Pagi yang selalu ia lewati dengan hanya tersenyum sendiri, memasang deretan kancing dan membayangkan jika itu kini dilakukan is
hasrat, tapi kembali kesadaran membanting s
g," bisiknya selalu di telinga wanita
ih dapat memiliki jantung berdetak berkat bantuan beberapa alat. Levi
u jangan marah ya. Aku agak sibuk, sayang." Sepotong roti sandwich masuk ke dalam
kmati ketika ia merasa jika harapannya sudah mulai sia-sia. Namun, titik kecil keyakinan yang
" Air mata Levin mulai mengalir, kembali rasa
ka air mata. Seorang rekan sudah tersenyum, me
*
yang l
ampus. Seharusnya jam ini dia sudah pulang, tapi tugas
n berteriak meminta tolong. Namun, tak ada seorang pun yang datang untuk menolongnya. Ia putus
ergumam dari mulut si laki-laki
kan di mana-mana. Wajahnya lusuh, air mata terus mengalir tanpa henti. Kakinya terseok merasa lemas dan sakit di area sensitif yang tidak
*
i kamarnya. Hanya membiarkan tatapan kosong tetap mengarah pada apa saja benda yang ada di
n penghubung jalan yang hanya berjarak beberapa meter s
*