Still Yours
an Neza, mendadak berubah pikiran. Apalagi saat Neza makin susah dihubungi. Riyan makin yakin bahwa kuliah dan pekerjaan
mong penting. Kapan
iyan. Dia membalasnya hanya dengan sepatah kata, "Sekarang."
ndengaran sang gadis. Rasanya hambar dan kaku. Mungkin kare
uliah satu jam lagi," ucap Neza berbohong
pan kita m
bimbang. Dia tidak t
"Sejak kamu minta break, aku merasa kamu berubah. Dari cara kamu nangge
engarkan setiap kata de
k lain?" tanya laki-laki i
teria
ih mau kita pu
in putus dari Riyan. Namun, rumitnya keadaan juga tidak mungkin bisa diceritakan. Keduany
pikir, break sama aja menggantung hubungan. Cepat atau lambat, tetap saja hubungan ini
aat sebelum akhirnya
a lebih b
ggak mau!" Nez
sebuah kep
isak Neza ma
nahan sesak dalam dada. Sesungguhnya dia berat mengatakan hal itu kepada sa
at mempertahankan hubungan mereka. Hanya kata maaf da
tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Mimpinya merajut hubungan
onselnya. Dia membuka pesan WhatsApp dari nomor Riyan. Di sa
dia menyelipkan kata-kata manis. Riyan juga puitis dan sering menuliskan puisi atau bait lagu un
amu, Za!
eza teringat masa awal pertemuan mereka dua tahun yang s
*
engan terengah-engah. Jarak rumah yang jauh dengan perjalanan hampir satu jam tak pernah menyurutkan langkahnya untu
hanya untuk mengembalikan beberapa buku yang dia pinjam dari perpus
sebangkunya, Dea. Si centil cantik dan berambut ikal seb
Aku kangen jajan di pojok alun-alun,
ini? Besok
ketemu di sana," ucap Dea
kali menanggapi rengekan sahabat putih abu-abunya itu, karen
nuju alun-alun Kabupaten Sleman masih lengkap dengan seragam sekolah. Seperti bias
melaju cepat seakan saling berlomba. Suasana pagi itu sudah mulai lengang kare
jam sepuluh. Gadis itu pun menuju ke sebuah warung makan tak jauh dari
ali menyeruput es melalui sedotan. Tidak terasa, satu jam berlalu, es jeruk pun sudah habis. Dia menoleh kan
ea datang, padahal seharusnya gadis itu lebih dahulu tiba di sana karena lebih dekat dengan rumahny
. Kamu di mana?" gumamnya. Neza makin gelisah. Semu
dari sudut ruangan warung tersebut. Lelaki berkulit putih dengan ra
ebingungan Neza membuatnya gemas ingin bertatap lang
aku gabung
sekilas, lalu kembali
gannya dilambaikan d
leh, silakan," sa
yang bisa aku bantu?" Riyan m
sekian detik. Jantung gadis itu berdesir melihat lelaki tampan di ha
an," ujarnya, seolah-olah tahu Neza benar-benar ragu
Dia sengaja menyebutkan nama palsu karena dalam hati masih agak t
umayan jauh dari sekolahmu, kenapa kamu
pulang," jawabnya dengan terbata-bata. "Mem
lah Neza. Duh, malu! Neza lupa bahwa dia masih be
h dari satu jam dia belum datang. Aku khawatir dia kenapa-napa. Ngg
ah mengapa Neza menjadi sedikit lebih tenang mendengar laki-laki itu berbicara. Sungguh meneduhkan. Pem
...." Neza te
da jauh usianya, kok. Aku baru dua tahun
mbalas senyuma
ma yang bersua kembali. Sesekali tawa kecil menghiasi suasana menjelang siang itu. Neza pun se
canggung di antara keduanya. Hingga tanpa sadar waktu sudah m
ampirlah. Aku kerja di studio musi
san." Neza tertawa kecil
warna-warni?" Riyan pun
us kota membawa Neza kembali ke kabupaten tempatnya tinggal. Di perjalanan gadis itu
aku jika
mbuat Neza tersenyum. Gimana mungkin akan merin