Still Yours
mu, jam segin
al dengan suara itu. Siapa lagi kalau bukan Yudhi-ayahnya. Tanpa menjawab, gadis
jadi mulai berani sama Bapak. Nggak salam,
amar. Dia berbalik arah, menatap taj
ginan. "Sampai kapan, sih, Bapak sama Ibu membenci Riyan? Apa salahnya seorang musisu nggak suka mendengarnya." Kini g
t dulu." Gadis itu masuk ke kamar
nya Neza hanya diam. Namun, kali ini rasa kesal di hatinya makin tak terbendung, hingga b
*
but panjang itu mengerjapkan mata. Tidak ada keinginan untuk bangun atau beranjak dari kasur empuk kesayangannya. Hati
Suara Nuning bersamaan
eriak Ne
kul setengah delapan, gadis itu sudah rapi dan siap berangkat. Waja
anya Nuning sambil
r," jawab
kerja. Dia bekerja sebagai asisten desain grafis. Pemilik penerbitan membebaskan jadwal masuk ses
i kursi. "Neza berangk
uga sarapan,"
, jadi mau belajar sama Rahma dulu
jar, tetapi memilih menghindar dari omelan
ke mana-mana. Di tengah perjalanan dia berhenti sejenak, lalu memutuskan untu
rang pria mengagetkan N
antungku copot gimana?" uca
Bang Joni biar nggak gampang copot," kel
kapi masuk. Devan mengiku
hari ini masu
ja, sih," ketus gadis ber
Devan atau rekan kerja lainnya pun hanya ditanggapi seperlunya. Bahkan, h
ada manyun terus kek gitu, bikin
rjanya itu tanpa menj
arti setu
ri, Devan memiliki wajah yang menawan, juga jago dalam urusan membuat desain dan ilustrasi. Sikapnya pun s
or, kita pergi boncengan aja.
sambil mengan
izin sama Bu Nuning, katany
r. "Ini namanya pemaksaa
uji Devan sambil mengusa
lalu ada debar aneh dalam dada s
m jaga. Mereka berdua berangkat berboncengan menuju Bukit Bintang di Jala
inggian. Devan beberapa kali mencoba membuka obrolan, tetapi gadis manis berambut sepinggang di sebelahnya itu sibuk sendiri menatap ke ar
Devan seraya menarik tangan Neza, lalu meletakkannya di punggun
at. Gadis itu tersenyum sendiri jadinya. Tak lama, dia kemba
mbil memutar tubuh men
ngguk. "Th
nt
dan penutup ke
i taman. Entah bagaimana bisa lelaki itu muncul, padaha
gak abis-abis. Sampai main hujan malam hari pu
lain. Dia tidak sesemangat hari-hari biasanya. Lelaki itu berusaha memancing agar Neza mau tertawa
ibuk sendiri. Kenapa, sih? Kalau ada masalah, tuh, jangan dipendam sen
lagi suntuk aja. Kan, dari tad
i bingung. Jadi bikin aku kepikiran ter
Perhatian dan penuh kelembutan. Setiap Neza sedih, dia selalu ada dan bisa mengobati kese
ng?" Tangan Devan melam
h, kamu baik ba
. Digenggamnya erat-erat
evan menghela napas panjang. "Perasaan lebih dari sekadar temen, lebih dari sekadar des
rcanda, deh. Aku lagi nggak mau bercand
Aku ... suka sama kamu, sejak pertama
ntang Riyan, kini ditambah pernyataan Devan. Matanya mulai berkaca-kaca, menahan ge
aku pulang
tertarik mundur dan jatuh di pelukan lelaki itu. Gadis itu memberontak, t
aca mata itu. Pertemuan kedua mata pun tidak terelakkan, hingga mem
ras tubuh pria atletis i