/0/24416/coverorgin.jpg?v=3f42961cc95c0f05100f937190aa6aeb&imageMogr2/format/webp)
Seorang wanita cantik juga sederhana tengah memilih beberapa souvenir, dan pernak-pernik untuk dipajang di dalam kamarnya. Mencari barang-barang yang sangat unik membuatnya begitu bersemangat dan juga antusias. Selin terus berjalan, sambil melihat-lihat barang yang terpajang begitu indah dipandang mata.
Deg
Tak sengaja matanya menatap seorang pria yang sangat dikenalnya sedang bersama dengan wanita lain, dan bergandengan mesra di pusat perbelanjaan yang sama. Waktu seakan berhenti dan terdengar suara gemuruh di hatinya yang teriris. Berdiam diri dan melupakan tujuannya kesana, melihat sang suami telah mengkhianati cinta yang sudah dijalani selama lima tahun.
Cairan bening yang menumpuk di pelupuk mata, menetes membasahi kedua pipinya melihat kebersamaan dua orang yang tak berada jauh. "Siapa wanita yang bersama Edward?" gumamnya di dalam hati dan mengikuti kemana dua orang itu pergi secara diam-diam.
Ya, pria yang bersama wanita lain itu adalah suaminya, yang bahkan jarang meluangkan waktu bersamanya. Kedua tangannya meremas ujung pakaian, luka yang ditorehkan begitu dalam. Bahkan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, sangat sakit dan juga patah, kecewa dengan sang suami yang berkhianat.
Dua tungkai kaki yang terasa lemas, tetapi terus memaksakan diri untuk tetap mengikuti kemana suaminya pergi. "Ini sangat sakit, kenapa dia begitu tega menggores luka yang sangat dalam?" gumamnya selayak menahan isak tangis, berusaha tetap tegar dan kembali mengikuti dua orang yang sangat romantis.
Selin bertambah patah hati, di saat melihat wanita itu mengecup pipi sang suami dengan begitu mesra di tempat umum. Memperlihatkan keromantisan keduanya semakin membekas di hati. "Aku sudah berusaha keras menjadi istri yang baik, tapi dia masih saja menghianatiku. Apa yang harus aku lakukan, Tuhan. Aku sudah tidak sanggup melihat kemesraan mereka di hadapan mataku sendiri." Batinnya yang menutup mulut menggunakan tangan, agar tidak menimbulkan suara yang membuatnya bisa ketahuan, karena sudah dari tadi mengikuti mereka.
"Kapan kamu akan menceraikan wanita itu? Aku sudah bosan menjadi simpananmu," ucap sang wanita dengan sangat manja, memeluk lengan Edward untuk mendapatkan simpati.
"Sabarlah, Honey. Aku tidak bisa menceraikannya sekarang. Tapi, kamu tenang saja, tidak lama lagi wanita jelek itu akan aku ceraikan juga!" ucap Edward yang didengar Selin.
Ya, memang pernikahan yang mereka lewati selama lima tahun hanyalah sebuah pernikahan paksa, yang dijodohkan oleh kedua orang tua. Hubungan mereka juga sangat hampa, bahkan hingga saat ini Selin belum juga dikaruniai buah hati, dan hal itu semakin membuat Edward tidak terlalu menghiraukan keberadaannya dan bahkan dianggap sebagai pajangan.
"Tapi kita sudah menjalin hubungan selama tujuh tahun." Keluh wanita itu dengan raut wajah cemberut.
Edward mengusap pelan rambut sang kekasih, memberikan cinta kasih kepada wanita itu tanpa menghiraukan perasaan dari istrinya sendiri yang tidak pernah dicintai. "Aku akan mencari waktu yang tepat untuk menceraikan wanita jelek itu, dan untuk sementara waktu kita hanya bisa seperti ini."
"Aku cukup bersabar hingga saat ini, bahkan rela jika wanita itu menjadi istrimu tapi apa yang aku dapatkan? Hubungan yang tidak jelas membuatku sangat bosan untuk menjalaninya, jika seperti ini lebih baik aku mundur saja."
"Apa yang kamu bicarakan? Aku sangat mencintaimu."
"Aku butuh pembuktian cinta, bukan ucapan yang sebagai pemanis saja. Banyak pria yang mengantri untuk mendapatkan ku, seorang wanita cantik dan juga model papan atas. Tapi kamu menjebakku dan menjadikanku sebagai sekretaris di kantor."
"Bersabarlah, sebentar lagi. Cepat atau lambat, aku akan menceraikan wanita itu."
"Hem, baiklah. Aku pegang kata-katamu!"
Selin sudah tak tahan mendengar percakapan dua orang yang masih diawasi, dia segera pergi berlari keluar dari pusat perbelanjaan. Menerobos orang-orang seraya menahan air mata yang ingin membludak keluar. "Aku sudah berusaha keras untuk mendapatkan hatinya, tapi tetap saja usahaku tidak pernah dihargai sedikitpun. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku begitu buruk di mata Edward?" begitulah yang dipikirkan olehnya, dan segera masuk ke dalam mobil. Memerintah Pak sopir untuk membawanya pulang ke rumah.
Di dalam perjalanan pulang ke rumah, air mata sudah tak bisa dibendung lagi, keluar dengan begitu derasnya dengan hati yang terluka cukup dalam. Dia membuka jendela mobil dan membiarkan semilir angin menerpa wajah nya yang sedikit pucat, karena dirinya jarang berdandan setelah menikah. Sejuknya angin membuat sedikit perasaan menjadi tenang, Selalu mencari kekurangan dirinya yang membuat sang suami berpaling.
Mobil berhenti tepat di halaman rumah mewah yang dia tinggali selama ini, tapi itu hanya terlihat bagai sangkar emas yang tidak ada artinya. Tidak ada cinta di dalamnya, hanya rasa hampa yang selama ini dia rasakan. Selin
/0/6645/coverorgin.jpg?v=eb8a583f7f9a270566ae7feffedeedbd&imageMogr2/format/webp)
/0/8544/coverorgin.jpg?v=dabe4e2a9b37bf2fcd76697af718842d&imageMogr2/format/webp)
/0/4140/coverorgin.jpg?v=96bc234aca65def409292e6bc0e5257a&imageMogr2/format/webp)
/0/2043/coverorgin.jpg?v=93e3a3639434d4fc342eaf71edd5293d&imageMogr2/format/webp)
/0/2455/coverorgin.jpg?v=2c8a7b723e48a4f2527f44499f8fb291&imageMogr2/format/webp)
/0/7203/coverorgin.jpg?v=4ad306f8eba8a9e0bb9b5d9d4e5ecbc1&imageMogr2/format/webp)
/0/3502/coverorgin.jpg?v=329e28e2f3fbcd0a44963e4f911b409c&imageMogr2/format/webp)
/0/13379/coverorgin.jpg?v=5cd6134d73c677de0a7f1a81db34e23f&imageMogr2/format/webp)
/0/12904/coverorgin.jpg?v=2589c8c89ccd7dcafbfe40a8212f700b&imageMogr2/format/webp)
/0/7267/coverorgin.jpg?v=678d7d4e9c4dcfc24edd5139bf06dd3a&imageMogr2/format/webp)