/0/29114/coverorgin.jpg?v=8ef50e2564eedbd7adab40a8459a0b58&imageMogr2/format/webp)
Lampu malam bersinar redup di dalam kamar Ana, rintik-rintik hujan berjatuhan membasahi bumi, membuat udara malam terasa semakin dingin menusuk hingga tulang, suara kucing nampak semakin kencang bersama pasangan kucing lainnya yang ikut berdiam di teras rumah Ana, dan dengan begitu teganya membiarkan kedua telinganya menggunakan headset agar tidak menganggu dirinya sedang mengerjakan skripsi di tengah malam dalam kesendiriannya, dari dekat seorang gadis muda menembus deadline skripsinya di depan laptop, ia mengetik dengan cepat sambil memilah buku dan jurnal yang ia telah simpan di folder wisu
da 2022 sebelumnya.
Ana Purbalarang, namanya, bisa dipanggil dengan sebutan Ana, gadis cantik dengan pesonanya yang selalu bekerja keras, begitulah adanya, namun jangan salah sangka ia tidak pernah berpacaran karena dirinya terlalu pemilih dalam mencari pasangan hidup hingga dirinya menanggung biaya kehidupannya sendiri tanpa adanya sang kekasih maupun suami dalam hidupnya.
Ia adalah gadis cantik yang berprofesi sebagai mahasiswa ilmu hukum terkenal di kota J bahkan eksistensinya tidak perlu dipertanyakan karena dirinya mengikuti berbagai organisasi hingga berjualan semasa kuliahnya, selain itu ia adalah mahasiswa yang paling telat lulus di angkatan 2017nya, bahkan teman-teman angkatannya telah lulus dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan ternama.
Ia sudah berada di titik frustasi, dan tentu saja pilihannya mengambil skripsi yang bernuansa internasional harus dibayar sampai titik ini, berangkat tanpa adanya usaha adalah hal yang sia-sia, dari itu mari bekerja keras dan kurangi berkhayal serta berangan terlalu tinggi.
"Nak, tidurlah, matamu sudah berhari-hari di depan laptop dan belum kunjung di tanda tangani juga oleh dosen bimbinganmu," ucap ibunya kepada Ana, setelahnya Ana menjawab dalam diam karena terlalu berkonsentrasi dengan laptopnya.
Dalam diam Ana meraih handphone yang baru saja melihat catatan revisi dari dosen bimbingannya, Ana berulang kali menghela napas dan kembali menikmati lagu sedihnya yang menggelitik di dua gendang telinganya, sembari menikmati permen untuk menghilangkan kantuk yang sudah begadang semasa kuliahnya, jangan lewatkan lampu yang remang-remang di dalam kamar.
Sudah dua belas jam ia akhirnya berhasil mengirimkan revisinya kepada dosen pembimbing. Pikirannya meluncur kemana-mana meminta agar dosen bimbingan segera menyetujui proposal skripsi dan masuk akal kenapa ia bisa berada disini? Kenapa ia berada di tubuh mungil yang entah dunia mana ini?
Ia sebelumnya hanya ingin menyelesaikan seluruh pekerjaannya baik dari skripsi, jurnalis, hingga menulis novel, dan terbangun di tubuh mungil ini. Akh tidak-tidak ini pasti mimpi bukan haha?
Mana ada hal konyol seperti ini di dunia ini bukan? Selain kepercayaan dari mitologi yunani mungkin?
Ia berteriak yang keluar suara bayi, ia melihat lengan gumpalan bulat itu miliknya. Ia gigit terasa sakit membuat ia mendesis. Ini memang tubuhnya, tapi bagaimana bisa?? Ini tak masuk akal, tidak mungkin kan ia bertransmigrasi di tubuh orang lain??
Tapi apa alasannya?
Apa yang membuat ia masuk ke dalam tubuh ini?
Perasaan ia hanya merasakan kantuk mendallam saat mematikan laptopnya dan bergegas tidur..Ehh udah tapi kan harusnya dia ke neraka atau ke surga!
Dimana ibunya?
Ia itu gadis berumur 23 tahun yang belum wisuda di angkatan 2017-nya. Ia hanya orang sederhana yang menginginkan kelulusan dan mencari uang, ah tidak-tidak ia memang sudah mencari uang saat ayahnya meninggal di semester awal perkuliahan.
Ia bekerja menulis novel, menjadi jurnalis, berjualan, hingga membuat joki tugas orang lain. Ia orangnya pendiam dalam hal gosip, dan banyak bicara saat orang mempertanyakan kemampuan berpikirnya yang terlihat tidak suka membaca buku.
Ohh tragisnya hidupku. Sudah mau bebas dari masa muda, kini dirinya harus mengulanginya dari awal kehidupan lagi..!! mana ijazah sarjana hukumku..!! baju wisuda hingga selempang cumlaude. Ya Allah ia ingin menangis keras saat ini.
Pertanyaan menggerayangi di kepalanya hingga ia mendengar suara dari semak-semak yang mendengarkan tangisan bayinya.
/0/9024/coverorgin.jpg?v=7a2b9388187c6810ec1403666ec164a2&imageMogr2/format/webp)
/0/2043/coverorgin.jpg?v=93e3a3639434d4fc342eaf71edd5293d&imageMogr2/format/webp)
/0/15086/coverorgin.jpg?v=ed932dc4c3e6e491002255cee070dc9e&imageMogr2/format/webp)
/0/2287/coverorgin.jpg?v=aa8b619f19e4c975cb5f12070b94f9b5&imageMogr2/format/webp)
/0/2427/coverorgin.jpg?v=bb1335dffe278bb11ddc1413dda3e2da&imageMogr2/format/webp)
/0/5299/coverorgin.jpg?v=f04d288bec7c84c404fec4565ec4f6e8&imageMogr2/format/webp)
/0/29788/coverorgin.jpg?v=2db6c1d51b5e2cf2a28c128544250bc1&imageMogr2/format/webp)
/0/30642/coverorgin.jpg?v=41240a2e48e1064cb6b8ed23eee2d95d&imageMogr2/format/webp)
/0/18472/coverorgin.jpg?v=8129e08c5be673a953fc32d0071ef17d&imageMogr2/format/webp)
/0/22491/coverorgin.jpg?v=b226bf8c8c8eb75f83759b3311dca1bb&imageMogr2/format/webp)
/0/2707/coverorgin.jpg?v=398eb140c6fccf6c0a33976a940d7d57&imageMogr2/format/webp)
/0/2203/coverorgin.jpg?v=0cb8bb80e668133227e7dc2de2ca1b3c&imageMogr2/format/webp)
/0/2948/coverorgin.jpg?v=8d634d9ded1afc4c2e43d2532b33f7e8&imageMogr2/format/webp)