/0/19206/coverorgin.jpg?v=73b6aa1e2c1c449e7b4a460ba003c584&imageMogr2/format/webp)
2013- Jakarta
DUAK!
"Aaaa....!"
Malam itu suara teriakan melengking terdengar dari dalam kamar apartemen mewah yang kini sudah dalam keadaan berantakan.
Tampak seorang gadis duduk bersimpuh di sudut kamar dengan kondisi pakaian yang berantakan bersama barang-barang yang berserakan di sekitarnya. Tubuhnya tak berhenti gemetar dengan air matanya berlinang di pipi. Matanya memerah, pandangannya terpaku di tubuh pria setengah baya yang tergeletak tak sadarkan diri dengan bersimbah darah.
"Tidak...ak...ku...tidak sengaja...aku tak sengaja melakukannya," rancau gadis itu tergagap dengan sorot ketakutan, tangannya mencengkeram kuat-kuat vas keramik bernoda darah yang digunakan untuk memukul pria di depannya hingga tak sadarkan diri.
"Aku....hanya...mem...membela diri," rancaunya lagi dengan suara parau, kini sorot matanya berubah kebingungan dengan melihat ke sekelilingnya, "sungguh aku tak sengaja...melakukannya...."
Namun seakan tersadar, gadis itu bangkit. Dia dengan panik merogoh tas, mengambil ponselnya dan dengan cepat melakukan panggilan.
Tut...tut.... bunyi nada panggilan.
‘Halo ada apa? Kenapa menelepon malam-malam begini?’
"Tolong....tolong aku..." ucapnya begitu panggilan terhubung.
'Apa yang terjadi?' balas lawan bicaranya dari seberang panggilan.
"Tolong aku... kumohon tolong aku, aku tak sengaja melakukannya, sungguh aku tak sengaja..." gadis itu meracau dengan panik, dia sama sekali tak menghiraukan pertanyaan lawan bicaranya.
‘Dinar tenanglah, katakan padaku apa yang terjadi?' kali ini suara bas itu diliputi nada khawatir.
"Memukul, aku memukulnya dan itu berdarah...sangat banyak. Arkan aku takut... Aku sangat takut Arkan, kumohon tolong aku...huhuhu...tolong aku..." tangis Dinar tersedu-sedu, dia makin merapatkan duduknya disudut ruangan dan meringkuk di sana.
'Tenang jangan menangis, katakan kamu ada dimana, aku akan segera datang ke sana?' ujar Arkan setenang mungkin karena di saat seperti bukan waktunya untuk panik.
Sejenak Dinar tenang, sebelum dengan lirih menjawab, 'Aku ada...di...."
*****
Beberapa Jam Sebelumnya.
Pagi itu di Balai Pusat Administrasi Kota suasananya tampak ramai dari orang-orang bersetelan kerja yang lalu-lalang masuk ke kantor.
Begitu pun dengan tiga pemuda berpakaian hitam putih yang merupakan mahasiswa dari Universitas X kota A jurusan bisnis yang saat ini tengah melakukan magang di sana yang juga bergegas masuk kebangunan kantor.
Mereka tak ingin terlambat datang karena itu bisa mempengaruhi nilai mereka di akhir semester nanti. Bisa kacau jika itu terjadi, terlebih bagi ketiganya yang merupakan mahasiswa beasiswa.
Ketiganya berjalan melawati lorong kantor sambil berbincang tentang tugas yang mereka dapatkan dari divisi masing-masing.
Namun tiba-tiba saja langkah pemuda yang berada di tengah berhenti, dia mendongak menatap TV LED di dinding tepat samping mereka yang tengah menayangkan acara bincang pagi bersama beberapa seorang model baru yang tengah naik daun.
Pemuda itu mengulas senyum saat melihat salah satunya model yang merupakan teman masa kecil sekaligus kekasihnya berada di antara model-mode lain, tampak sangat cantik dan ceria.
"Ada apa, kenapa berhenti?" tanya pemuda berpotongan cepak dengan tag name Dika pada Arkan, dia heran dengan tingkah rekannya. Tak biasanya seorang Arkana Samudera yang hanya menyukai buku tertarik dengan acara televisi, terlebih acara gosip. Baginya itu merupakan pemandangan yang langka.
Karenanya dia tak bisa menghentikan matanya untuk bergantian melirik acara TV dan Arkan yang tetap terpaku di tempatnya.
"Kau mengenal mereka?" tanya pemuda yang lain, yang bernama Angga.
Arkan menggeleng, "tidak, hanya mengenal satu, dan itu adalah kekasihku," jawabnya, dagunya menunjuk salah satu di antara beberapa model itu.
"Ha? Kau bercanda kan?" ucap Dika dan Angga bersamaan dengan mata terbelalak tak percaya.
Yah mana mungkin keduanya percaya, secara mereka masih seorang mahasiswa semester tujuh yang bahkan saat ini masih melakukan magang.
"Kenapa tak percaya?" Arkan menatap keduanya dengan alis terangkat.
Dika dan Angga tak menjawab, namun dari ekspresi yang ditampilkan jelas sekali bahwa keduanya memang tak percaya dengan ucapannya.
Arkan menghela nafas kemudian menjelaskan, "namanya Dinara Wulandari, umurnya 25 tahun, dia dan aku adalah anak asuh dari panti asuhan yang sama, kami tumbuh bersama, besar bersama dan saling menjaga satu sama lain. Dan mungkin karena terbiasa bersama akhirnya membuat kami menyukai satu sama lain, bahkan kami memiliki janji untuk menikah ketika kita sudah dewasa dan sukses."
"Oh, begitu...." Dika dan Angga serentak mengangguk. Yah walaupun tak terlalu percaya keduanya tetap mengangguk. Hitung-hitung untuk menyenangkan Arkan.
"Lalu jika dia 25 tahun, bukankah artinya lebih tua dia darimu?" tanya Dika.
"Kenapa kalau lebih tua? Selama aku mencintainya dan dia juga mencintaiku, itu sudah cukup bagiku. Toh dia hanya lima tahun lebih tua dariku." Tukas Arkan, dia cukup tak suka saat Dika mengatakan bahwa Dinar sudah tua.
Tak ingin lama-lama berkutat dengan topik percakapan ini, Arkan akhirnya menginterupsi, "oke enggak usah di bahas lagi, sekarang ayo masuk, nanti keburu telat."
/0/9999/coverorgin.jpg?v=20250122140210&imageMogr2/format/webp)
/0/28646/coverorgin.jpg?v=26cd7df2b7b3c2006171a25b098ba4c8&imageMogr2/format/webp)
/0/29707/coverorgin.jpg?v=6a5e2553a396061dcab0e8081b7e7f0e&imageMogr2/format/webp)
/0/29097/coverorgin.jpg?v=20251106214000&imageMogr2/format/webp)
/0/25390/coverorgin.jpg?v=20251110165619&imageMogr2/format/webp)
/0/16090/coverorgin.jpg?v=74b9387fb8c57892d679de5c35374ace&imageMogr2/format/webp)
/0/6186/coverorgin.jpg?v=43c6e2845862814c93f4ca33753112ac&imageMogr2/format/webp)
/0/3598/coverorgin.jpg?v=20250122110024&imageMogr2/format/webp)
/0/29096/coverorgin.jpg?v=1de7e8449717e3b573f48b3fa22475c7&imageMogr2/format/webp)
/0/29142/coverorgin.jpg?v=b38885164abdd30fd131766a0b284955&imageMogr2/format/webp)
/0/3808/coverorgin.jpg?v=0bebe7327483068a0a258141f5f5da4e&imageMogr2/format/webp)
/0/18446/coverorgin.jpg?v=27b73657c0d70b191e06621a77e319a7&imageMogr2/format/webp)
/0/3535/coverorgin.jpg?v=cf6d4147b82a6674926caf0ce5506936&imageMogr2/format/webp)
/0/8164/coverorgin.jpg?v=f4aa42100d8a061d880270e14b5d538e&imageMogr2/format/webp)
/0/2941/coverorgin.jpg?v=a113f933c51b68be507cce6d077e3c5a&imageMogr2/format/webp)
/0/29606/coverorgin.jpg?v=43de8d7d2e394f3d3f370d1b2566c8f7&imageMogr2/format/webp)
/0/5053/coverorgin.jpg?v=b7288fd582e717b7e191b077dd23abc5&imageMogr2/format/webp)
/0/8543/coverorgin.jpg?v=3035e58b4e03e73dbf156abae74648d1&imageMogr2/format/webp)