Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
KESAKSIAN CINTA STEVI

KESAKSIAN CINTA STEVI

Hanapuspariniramadan

5.0
Komentar
123
Penayangan
20
Bab

Stevi yang berada di taksi, memikirkan kata-kata yang dibicarakan ibu kandungnya.  "Stevi, kamu harus rajin bekerja ya. Ingat, ibu sebentar lagi tidak akan ada." Wanita paruh baya yang tidur di kasur memegang kerah, keringatnya membasahi pakaian. Tak lama setelah beberapa jam, Stevi yang menggengam tangan ibu kandungnya berlinang Air mata. "Non, sudah sampai di Keraton Pontianak. Silahkan turun." "Makasih banyak pak." Ibu, aku sudah kerja dan menikah. Tolong ibu jangan jemput Stevi, karena Aria sendirian butuh Stevi. Sementara itu Aria ada di fakultas. Banyak mahasiswa dan mahasiswi lalu lalang. Ada satu mahasiswi yang di kantor Aria sedang menghadap untuk konsultasi makalah yang akan diseminarkan. "Jadi, makalahnya jika diambil dari buku harus ada nama pengarang supaya tidak ada plagiat. Dan harus 10 persen dari plagiat," ucap Aria. Cover by Pexels Edit by Canva

Bab 1 PONTIANAK

Stevi yang berada di taksi, memikirkan kata-kata yang dibicarakan ibu kandungnya. Wanita ini duduk termenung di taksi. Dengan pakaian kerja yang rapi dan celana panjang kain serta rambutnya yang tidak diikat.

"Stevi, kamu harus rajin bekerja ya. Ingat, ibu sebentar lagi tidak akan ada."

Wanita paruh baya yang tidur di kasur memegang kerah, keringatnya membasahi pakaian. Tak lama setelah beberapa jam, Stevi yang menggengam tangan ibu kandungnya berlinang Air mata. Wanita paruh baya itu yang memakai baju batik pakaian tidur pucat.

"Non, sudah sampai di Keraton Pontianak. silakan turun."

"Makasih banyak pak."

Ibu, aku sudah kerja dan menikah. Tolong ibu jangan jemput Stevi, karena Aria sendirian butuh Stevi.

Sementara itu Aria ada di fakultas. Banyak mahasiswa dan mahasiswi lalu lalang. Ada satu mahasiswi yang di kantor Aria sedang menghadap untuk konsultasi makalah yang akan diseminarkan.

"Jadi, makalahnya jika diambil dari buku harus ada nama pengarang supaya tidak ada plagiat. Dan harus 10 persen dari plagiat," ucap Aria.

"Baik, saya akan menulis. Terima kasih atas pembetulannya."

Setelah mahasiswa dan mahasiswi ke luar. Pandangan Aria begitu tertuju pada foto Aria dan Stevi. Sementara Stevi yang kerja dan sampai di Keraton Pontianak masuk dan berjalan-jalan di Keraton.

"Wah, nona anda tepat sekali datang ke sini," ucap pemandu keraton Pontianak itu.

"Saya ke sini karena ingin mengetahui sejarah keraton Pontianak."

"Apakah nona sedang menulis blogger dan vlogger?" tanya pemandu keraton dengan sopan.

"Iya, saya tertarik dengan sejarah di Indonesia. Dan saya juga sering memposting di vlogger dan blogger saya." Stevi berjalan sambil melihat foto-foto pangeran yang di keraton dia terus melihat dan memprotet rekaman.

Aku berpikir untuk tidak memakan obat epilepsi lagi karena penyakitku tidak separah pada tahun lalu saat aku harus membuang obat nyawa anak yang ku kandung dan diriku terancam karena penyakit epilepsi, pikir Stevi. dia melihat-lihat foto pangeran keraton Pontianak, namun tidak bisa menahan air mata.

Tiba-tiba saja Stevi terjatuh, dan penyakit ayannya kambuh. Sehingga tubuh stevi kejang-kejang, mulutnya berbusa, dan mengompol karena tidak bisa menahan kencing ketika sakit ayannya kambuh. Pemandu yang menunjukkan, kaget dan langsung berteriak.

"Tolong, ada nona yang sakit ayan. Tolong bantu."

Seketika orang-orang yang berdatangan ada yang melihat, yang satunya membantu dan yang lainnya ikut mengangkat.

"Bu, coba telepon ambulans. daripada menonton orang yang kena ayan. Ini penyakit tidak menular tetapi penyakit yang mematikan."

Akhirnya ibu itu merasa bersalah dan memanggil ambulans untuk menjemput Stevi yang masih belum sadar dari kejang-kejang. Saat beberapa detik kemudian, pemandu di keraton menelepon suami Stevi.

"Halo apakah ini suami ibu Stevi, saya pemandu di keraton. Ibu Stevi kejang-kejang dan Stevi kambuh."

Di kantor.

"Oh, baik pak saya akan ke sana." Suami stevi langsung mengemaskan barang-barang dan bergegas menuju lift untuk ke keraton Pontianak, karena penyakit Stevi bisa membahayakan Stevi dan berujung kematian. Saat lift terbuka, Aria segera ke lift. dia terbayang pernah menemukan Stevi di apotek.

"Stevi, bangun. Bangun Stev, tolong. Apakah ada yang bisa membawa Stevi ke dokter."

Waktu itu di pontianak masih sore, Aria yang baru kenal dengan Stevi terkejut. Kejadian itu saat Stevi membeli obat untuk dirinya. Beberapa menit kemudian Stevi sadar dari kejang-kejang, dia bisa menahan sakit kejang karena sudah terbiasa dengan penyakit ayan yang diderita.

"Nona, tidak apa-apa?" tanya pemandu di keraton. Meskipun tugas Stevi masih belum selesai, dia sekarang hanya bisa memegang kepala karena pusing. Sebagai seorang blogger dan Vlogger yang punya penyakit saraf. Pekerjaan yang dilakukan di kota Pontianak sebagai vlogger dan blogger membuatnya menjadi lebih mengenal budaya Pontianak.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya suaminya yang berlarian menuju Stevi.

"emas, mengapa cepat sekali mengajar? Bukankah ini ada ujian untuk mahasiswa reguler A semester pertama?" tanya balik Stevi.

"Aku ditelephone sama pemandu, kamu ayannya kambuh. Aku cepat-cepat ke keraton menuju jalan raya. Kan naik kapal Veri bisa sampai keraton. Jadi sampai lah ke sini dengan cepat. Mobil ku titipkan di parkiran."

"Mbak, ambulans sudah datang. Mbak ke mobil ambulans." Sinar matahari di kota pontianak yang menyengat membuat mata Stevi susah melihat karena silau.

Stevi, mengapa kamu ga mau nurut sih. Aku sudah tahu kamu ga makan obat. tetapi jadi parah lagi penyakit mu ini, pikir Aria. dia mencium kening istrinya dan membantu berjalan, Stevi berjalan terpincang-pincang setelah ayannya sembuh. Hal ini biasa terjadi saat Stevi ayan, dia yang sering ayan harus merelakan suaminya karena usia Stevi tidak lama lagi dan dia sering mendapat pesan di hape dari nomor yang tidak dikenal.

Jam sepuluh malam, saat Stevi sedang mengetik naskah untuk vlogger dan blogger tentang keraton pontianak.

"Hari ini capai sekali, rasanya sudah berapa lama ya aku menikah dengan Aria. dosenku yang melamar."

Ingatan itu tiba-tiba teringat dan melekat di kepala Stevi.

Saat Stevi masih menjadi mahasiswa, 19 tahun dan saat itu Stevi sering absen di kampus tempat dia belajar dan tidak lagi meneruskan kuliah.

"Stevi, mengapa kamu tidak melanjutkan kuliah dan sengaja absen?"

"maaf pak, saya bantu orang tua jadi vlogger dan blogger. Karena orang tua saya kerja jadi tukang pijit dua-duanya, dan tidak bisa melihat. Sekarang saya sendirian. Karena kemarin orang tua saya dua-duanya meninggal, sakit jantung saya tidak bisa membayar uang kuliah. Karena uang saya sebagai vlogger dan blogger pemula belum masuk."

"Stevi, mau kamu menikah dengan saya. Saya tidak punya kekasih sudah lama single dan pekerjaan saya menjadi dosen banyak orang tidak suka sama saya."

Stevi tersenyum di kasur saat mengetik naskah buat Vlogger dan Blogger. Pernikahan itu membuat dia makin menjadi wanita yang paling bahagia karena Aria menolongnya. Namun belakangan ini, saat dia sibuk jadi Vlogger dan Blogger ada sms atau pesan dengan nomor tak di kenal.

No telepehone : 0821 sekian sekian

Kamu puas ya sudah merebut Aria dari aku. Kamu tahu tidak hubungan orang tuaku dengan keluarganya Aria retak gara-gara kamu.

ingatan yang indah saat bersama Aria menjadi ancaman buat Stevi, saat diapotik pas berbicara Stevi menyusahkan Aria karena penyakit ayannya. Hanya itu yang Stevi ingat, dia tidak ingat lagi. Hanya lamaran Aria dan Stevi merasa pusing. dia tidak pernah membuat orang lain terluka. Di kasur, masih malam dia terpaksa menulis surat wasiat.

Dear emas Aria

Aku sebagai istrimu ingin berpesan bahwa usiaku singkat karena penyakit epilepsi atau ayan

Saat sedang menulis, Stevi tiba-tiba memegang kepalanya karena kepala Stevi sakit seperti ada sesuatu. Stevi lalu kejang-kejang di kasur, mulutnya berbusa, dan tidak sadarkan diri di kasur. Naskah buat vlogger dan blogger yang dia ketik buat paginya juga belum selesai, bahkan surat wasiat yang Stevi tulis juga belum dilanjutkan karena penyakitnya kambuh.

"Stev, kamu tidak apa-apa?" tanya suami Stevi.

"emas Aria, maafkan Stevi. Tadi malam Stevi merepotkan emas lagi. Dan terima kasih emas sudah bantuin buat naskah untuk vlogger dan blogger." Stevi memeluk Aria, dia sangat sedih dan air mata tidak dapat ditahan lagi.

"Stev udah, jangan dipikirkan. Nanti penyakit kamu kambuh lagi."

Stevi, aku juga tahu kamu menulis surat wasiat. Tetapi mengapa kamu menulis surat wasiat seperti itu, aku ingin kamu mempunyai cita-cita sebagai vlogger dan blogger tercapai. Aku juga sudah menikahi kamu demi menyelamatkan kamu dari kemiskinan dan menjaga kamu saat sedang sakit, pikir Aria.

Batin Aria terluka karena Stevi jarang minum obat, tidak memberitahukan mengapa Stevi menulis surat wasiat itu, lalu mengapa Stevi malah tersenyum saat Aria menanyakan kesehatannya.

Aria melupakan hal itu karena tidak ingin Stevi sakit lagi, dia membantu Stevi menuju ambulans dengan perlahan-lahan.

"emas, maaf ya. emas jangan marah lagi deh." Stevi memegang pipi Aria. Stevi memegang tangan Aria.

"Iya, aku tidak marah kok. Tenang saja."

Namun, saat di ambulans Stevi kejang-kejang lagi. Dan petugas medis menolongnya serta memberikan oksigen dan memasang infus, lalu Stevi dipasang alat pendeteksi jantung dan pendeteksi otaknya.

"Stev, kamu harus kuat. Ada sesuatu yang ingin aku mau kamu kasih tahu."

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Hanapuspariniramadan

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku