Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Air Force Skadron7

Air Force Skadron7

Gita Chuby

5.0
Komentar
2.6K
Penayangan
14
Bab

Kisah ini mengisahkan tentang Yudi Juliansyah, pemuda tampan asal kota kembang Bandung. Ayah Yudi merupakan Dokter ternama di kota Kembang, sedangkan Mama Yudi adalah seorang model cantik berkebangsaan Prancis yang menikah dengan orang Indonesia dan menetap di Indonesia. Ketika SMA niat Yudi yang ingin menjadi Tentara, sempat mendapatkan tentangan dari Ayah dan Mamanya. Hingga Yudi, akhirnya terusir dari rumah. Yudi berjuang seorang diri. Karena niat yang kuat pada dirinya. Dengan modal nekat, Yudi berjualan gorengan sambil sekolah militer di AAU Jogjakarta. Yudi lulus dengan mendapatkan Adi Mahakasa, sebagai lulusan terbaik di Akademik Militer khususnya Angkatan Udara. Yudi pulang ke rumah ke dua orang tuanya, ketika dia sudah mengenakan seragam militer. Apakah Yudi akan mendapatkan penolakan dari kedua orang tuanya? Apakah Yudi mampu meyakinkan jika dirinya adalah prajurit yang berbudi luhur? Cover by: canva

Bab 1 Terusir Dari Rumah

Kisah ini mengisahkan tentang pemuda tampan bernama Yudi Juliansyah, Yudi adalah kelahiran Kota Kembang Bandung. Ayahnya adalah seorang dokter ternama di kota kembang, sedangkan Ibunya awalnya adalah seorang model cantik berkebangsaan Prancis. Yang tinggal di Indonesia karena menikah dengan pemuda asal Bandung.

Hari ini Yudi sudah kelas tiga SMP, dia pulang sekolah membantu Mamanya memasak dan membuat kue.

"Yudi putraku sayang, tolong bantu Mama dulu nak!" pinta Mama Yudi dengan tersenyum.

"Iya Mama, aku bantu apa?" tanya Yudi dengan penuh keramahan.

"Nak kamu bantu Mama memasak dan membuat kue," jawab Mama Yudi dengan tersenyum.

"Iya Mama, aku bantu Memangnya Grandma dan Grandpa jadi datang dari Prancis?" tanya Yudi dengan sangat antusia sekali.

"Jadi sayang, mereka jadi datang. Yudi kamu kalau ada mereka berbahasa Prancis saja. Karena Grandma dan Grandpa kamu kurang pasih berbahasa Indonesia,"ucap Mama Yudi dengan tersenyum.

"Baik Mama, saya akan berbahasa Prancis. Tetapi kenapa Grandma dan Grandpa tidak belajar bahasa Indonesia? Sedangkan aku saja harus belajar bahasa Prancis dan Jerman," tanyaku dengan sangat kritis.

"Mereka sudah terlalu tua nak, tetapi sekalipun mereka tak bisa bahasa Indonesia. Mereka hanya paham sedikit kata," jawab Mama dengan tersenyum.

"Ok Mama," ucap Yudi dengan tersenyum.

Ketika Yudi, ke tempat kerja Papanya dia yang melihat Tentara sangat gagah sekali, niatnya yang menjadi Tentara akhirnya tumbuh dan semakin tumbuh ketika dia sudah masuk Sma.

Yudi akhirnya harus bertengkar oleh Ayah dan ibunya. karena dia di paksa untuk masuk ke universitas kedokteran setelah lolos ke universitas kedokteran.

"Kamu pokoknya harus masuk ke universitas kedokteran seperti papa, Papa nggak mau tau anak aku. Kamu harus menjadi dokter. Jadi akmu lebih memilih menjadi Tentara. Kamu segeralah angkat kaki dari rumah ini," ucap Papa dengaj penuh murka dan amarah.

"Kamu itu adalah calon dokter hebat nak, Mama nggak mau jika kamu menjadi Tentara. Mama sangat takut kamu mati dan tertembak. Apalagi kamu m,au jadi Air Force yang ada kamu mati dan tewas ketika terjun payung," ungkap Mama dengan menitikan air mata.

"Mama dan Papa, aku sangat ingin sekali menjadi Angkatan Udara. Tolong hargai dan dukung kemauan anak kamu, jika memang nyawa aku harus tewas dengan cara seperti itu. Aku sungguh bangga karena gugur menjadi pahlawan bangsa. Yang mengharumkan bangsanya, aku sungguh ingin dan tekad aku sangat kuat.

Tetapi mau nggak mau, Yudi harus mengabulkan permintaan orang tuanya untuk ikut tes di Malang. Mengikuti ujian masuk kedokteran di Malang, jika lolos dia akan kuliah di Jakarta. Tetapi Yudi menjawabnya dengan jawaban asal-asalan.

Sehingga membuat Papa dan Mamanya sangat marah dan murka kepadanya.

"Kamu ini kan pintar nak, masa jawab pertanyaan yang sangat mudah kamu nggak mampu, kamu ini sengaja kan menjawab asal-asalan Kamu sungguh nggak berguna," maki Papa dengan memelototi Yudi.

"Padahal Mama sudah membanggakan kamu sama kawan-kawan Mama. Tetapi kamu sungguh mengecewakan Mama nak," ucap Mama dengan ekpresi penuh kesedihan.

"Maafkan Yudi jika mengecewakan, Yudi sungguh meminta maaf dengan sepenuh hati. Mama dan Papa Yudi harap kalian mengerti aku," ucap Yudi dengan memohon kepada orang tuanya.

"Papa kasih kamu kesempatan sekali lagi nak, kamu pergi ke Kabupaten segera kamu daftarkan sekolah di universitas kedokteran. Jika kamu ingin mendapatkan maaf dari aku," ucap Papa dengan memolototi Yudi.

"Maaf Papa, aku nggak bisa. Aku maunya menjadi Tentara, aku mohon Papa paham dan menbgerti aku. Aku mohon Papa," ucap Yudi dengan memohon.

"Ok baiklah nak, kamu segeralah angkat kaki dari rumah ini. Jika kamu hanya membantah. Mama sungguh sangat menyesal memiliki anak seperti kamu. kamu nggak bisa Mama andalkan," ucap mama dengan nada sangat sinis danm kejam sekali.

"Iya kamu segeralah pergi nak, dari rumah ini. Papa sudah males melihat kamu lagi. Mulai sekarang kamu bukan tanggung jawsab kami lagi!" ucap Papa dengan nada sangat sinis sekali.

Ya ampun Yudi sampai menitikan air mata, ketika dia mendengarkan ucapan Mama dan Papanya seperti itu.

Yudi akhirnya mengerpak semua tasnya, membawa uang tabungannya. Tetapi Papanya melarang Yudi membvawa motor dan kartu kreditnya.

"Karena kamu anak yang pembakang dan susah di atur, kamu tak perlu membawa motor dan kartu kredit. Kamu jangan harap kami akan memberikan fasilitas ini," ucap Papa dengan nada meninggi.

"Baik Papa dan Mama, maafkan saya. Saya pergi dulu. Maaf jika saya mengecewakan mama dan papa," ucap Yudi dengan mengecup kaki kedua orang tuanya sebelum dia pergi dari rumahnya.

Yudi akhirnya menghubungi kawannya, dia segera menyamper kawannya. Mereka berdua akhirny pergi ke Jogjakarta.

"Halo brother!" sapa Yudi dengan menyapa sahabatnya Jeremy.

"Halo Yudi, kamu ke rumah aku saja!" sapa Jeremy dengan sangat ramahnya.

"Kita jadi kan brother, kita jadi akn segera ke Jogjakarta. Kita kan mau mendaftar Angkatan Udara," ucap Yudi dengan tersenyum.

"Jadi dong, kamu datang saja ke rumah aku. Kita berangkat naik kereta!" titah Jeremy denganh tersenyum.

SetIbanya di Jogjakarta, mereka akhirnya berjuang mengikuti seleksi. Mereka mendaftar untuk calon siswa Taruna di AAU. Dengan kekuatan doa dan kerja keras mereka akhirnya mereka berdoa lolos dan kini mereka sudah menjadi siswa.

Jeremy sangat heran sekali, kenapa sahabatnya Yudi murung. Dia akhirnya membuyarkan lamunanya.

"Kamu kenapa Yudi? Kenapa kamu melamun Yudi? Nanti kamu kesurupan tau!" ucap dan tanya Jeremy dengan memperingatkan.

Wajar jika Yudi melamun, karena dia memikirkan ungnya yang tinggal menipis, apalagi uang tabungannya tinggal dua juta rupiah.

"Aku hanya bingung brother, uang aku tinggal dua juta. Seenjak aku terusir dari rumah kedua orang tua aku kan sudah tak mau membiayai aku. Merek sangat marah dan murka brother. Uang saku aku tinggal dua juta," jawab Yudi dengan ekpresi wajah sedih.

"Ya ampun brother, keahlihan kamu apa? kamu segera jualan atau apa untuk menyambung hidup kamu. Kamu pasti hidup dan bertahan," ucap Jeremy dengan memberikan usul.

"Aku jualan gorengan saja iya, gorengan pasti laku. Apalagi tidak terlalu mahal. Semoga saja gorengan yang aku jula laku iya, aku mau lakukan apa pun demi aku bisa lulus denngan nilai terbaik," ucap Yudi dengan tersenyum termanis.

"Ok brother, kamu harus tetap semangat iya. Nanti sore kan kita tidak ada kelas penervbangan. Gimana jika kita belikan bahan-bahannya," ucap Yudi dengan mengusulkan.

"Boleh brother, aku juga akan menjual pakaian semoga saja ada hasilnya iya. Aku mau lulus dengan nilai terbaik. Setelah aku menjadi prajurit yang sukses, aku akan segera pulang dan membuktikan kepada orang tuaku jika aku bisa sukses tanpa slalu mengadalkan mereka!" ucap Yudi dengan semangat berapi-apai.

Bersambung.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gita Chuby

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku