Bacaan Khusu Dewasa (21+) Kisah unik tentang perjalanan para kids zaman now dalam mengenal cinta dan dunia dewasa. Hal yang sesungguhnya belum boleh mereka sentuh, namun justru lika-liku perjuangan mereka dalam mencari jadi dirinya itulah yang akan sangat menakjubkan. Siapapun yang pernah muda atau bahkan masih muda, wajib membaca cerita ini agar bisa kembali merasakan kapan dan bagaimana saat cinta dan gairah serta hasrat bercinta itu datang untuk pertama kalinya dengan segala romantikanya. Bacaan yang sangat sederhana, ringan, seru dan tentu saja nyandu banget. Buktikan saja
“Kondom?” tanyaku setengah berseru namun dengan suara yang tetap terkontrol.
“Yes!” balas Nabila sigap seraya memasukkan kembali bungkusan kecil berbentuk sachet yang baru saja dia ditunjukkan itu dalam saku celana jeansnya.
Walau belum pernah membeli apalagi menggunakannya, namun aku sudah sangat familiar dengan nama dan merek yng tertera pada kemasan benda itu. Kondom sering muncul dalam iklan di televisi dan memang alat kontrasepsi berbentuk balon itu dijual bebas di toko dan apotik.
“Lang, ku tadi udah janji gak bakal bilang sama siapa-siapa. Terutama sama Lucky dan Bryan,” ucap Nabila sambil menajamkan tatapannya padaku. Sepertinya dia masih meragukan janjiku untuk bicara pada siapapun tentang temuan ajaibnya di kamar Jesika.
“Ya, kalau lu gak percaya, ngapain cerita sama gua, sampe nunjukin kondomnya segala!” sergahku kesal.
Sebenarnya aku tidak kesal sama Nabila, malah seharusnya berterima kasih karena sudah menujukan sisi keburukan Jesika. Nabila karena hanya dia yang ada di depanku mau tidak mau dia sedikit kena semprot sebagai pelampiasanku kedal pada Jesika. Segala penilaianku tentang Jesika sudah berunah menjadi sangat buruk. Apa yang aku takutnya ternyata benar-benar terjadi.
“Nab, menurut lu untuk apa Jesika nyimpan kondom di kamarnya, hehehe?” tanyaku berpura-pura polos seraya nyengir kuda. Sekedar menyamarkan suasana hatiku yang terasa panas dan resah, sekaligus ungkapan maaf karena tadi sudah agak nyolot pada Nabila yang tak berdosa.
“Wajah lu kenapa jadi tegang banget, Lang.?” Nabila balik bertanya tanpa mempedulikan pertanyaaku. Tampaknya dia bisa membaca ekspresi wajahku yang terpancar dari hati yang marah, gusar dan tegang.
“Wajarlah tegang. Gua kan kaget juga. Emang menurut lu buat apa Jesika nyimpan yang begituan di kamarnya?” Aku kembali bertanya dengan nada yang sedikit datar untuk menyamarkan perasaan yang kian berkecamuk dengan hati yang mulai terasa dihiris.
Nabila menjawab dengan cibiran bibirnya seraya mengendikkan kedua bahunya. Seolah berkata ‘Mana gue tahu?’ atau ‘You know lah kondom itu buat apa?’
Ya, kami semua tahu. Tidak mungkin Jesika menyimpan kondom di kamarnya hanya untuk ditiup dijadikan balon. Jesika penggila Teddy Bear bukan balon. Si tomboy itu justru sangat parno dengan suara letusan balon. Bahkan dalam setiap perayaan ulang tahunnya tidak pernah ada balon yang warna-warni.
“Kemarin gue main ke rumah Jesika, tapi orangnya gak ada. Gue biasa aja masuk kamarnya dan menemukan satu box kondom itu di lacinya. Sumpah gue aja ampe shock, terus gue ambil satu.” Nabila menjelaskan kronologis mengapa kondom itu sampai berada di tangannya.
“Buat apa lu ambil? Buat dipamerin ke gua, hehehe.” Aku mulai bisa menguasai keadaan dan berpura-pura tenang, walau hatiku semakin terasa perih bak dihiris sejuta sembilu.
“Gak tahu. Sebenarnya gua juga salah ngambil kondom itu. Tapi, entahlah gua ngerasa lu harus tahu, Lang. Alasan lu harus tahu, gua juga gak tahu, hahahaha.” Nabila mentertawakan kekonyolan dirinya sendiri.
Nabila dan semua anggota geng yang lain pasti tidak mengetahui ada apa antara aku dengan Jesika. Aku tergabung dalam geng Soeseno yang melarang sesama anggota menjalin hubungan khusus. Sampai detik ini pun aku dan Jesika masih merahasiakannya, dan ternyata alasan Jesika merahasaiakannya lebih dari itu.
“Tapi, gua sempet ngeduga Jesika ngelakuin gituannya sama elu, Lang, makanya gue…”
“Gua balik dulu, Nab. Lu ada-ada aja nujukin yang gituan sama gua!” pungkasku memotong ucapan Nabila seraya membalikan badan.
“Gilang! kenapa sih gak jelas amat jadi cowok! Dasar kuper lu!” bentak Nabila terdengar sangat kesal.
‘Ya, aku memang sangat kuper, bahkan sangat bodoh makanya dengan sangat mudah dibodohi sama temen lu!’ gerutuku dalam hati.
Dengan berat hati aku pergi meninggalkan Nabila yang tentunya masih tertegun di halaman samping rumahnya.
Setengah jam yang lalu saat aku baru sampai rumah sepulang sekolah, Nabila memintaku untuk segera menemuinya. Dia bahkan tidak memberi waktu untuk aku mengganti seragam sekolah saking mendesak dan pentingnya berita yang akan dia sampikannya.
Berita itu bukan sangat penting, namun sangat menyakitkan bagiku. Aku yakin Nabila pun sangat kaget, terpukul dan sedih dengan temuannya itu. Ditambah sikap Jesika yang akhir-akhir ini mulai menjauh dari geng yang sudah hampir tiga tahun kami bangun bersama.
Namun mengapa tadi Nabila punya kecurigaan jika Jesika melakukan itu denganku. Padahal aku dan Jesika sudah menutupnya rapat-rapat. Ya, walau kecurigaan Nabila salah besar. Aku tidak tahu bagaimana ekspresi Lucky dan Bryan jika tahu berita mendebarkan ini.
Namun aku yakin, Nabila tidak mungkin menceritakan temuannya itu pada siapapun termasuk Lukcy dan Bryan. Nabila menceritakanya padaku karena saking bingungnya, saking curiganya atau mungkin juga karena aku memang yang paling akrab dengannya.
Nabila pasti kaget, terpukul dan tak menduga dengan sikap Jesika, wajar. Mereka sudah berteman akrab sejak SMP. Kekesalan dan kekecewaanku pada Jesika semakin bertamah. Ternyata dia bukan hanya meninggalkan aku demi lelaki itu, tapi juga meninggalkan semua teman yang telah menganggapnya keluarga besar.
Lelaki seperti apa yang sudah mengganggu hati cewek yang sedang mati-matian kukejar cintanya?
Lelaki sehebat apa yang membuat si tomboy yang super cuek nan cantik itu bisa bertekuk lutut?
Bagaimana tampang lelaki brengksek yang telah sanggup membuat Jesika melupakan segala keindah dan kenikmatan yang pernah tercipta antara aku dengan dirinya?
Aku terus berjalan menyusuri trotoar meninggalkan rumah Nabila yang entah mengapa saat ini terasa sangat tidak menyenangkan. Padahal hanya rumah Nabila yang paling bisa membuatku betah berlama-lama di sana. Bahkan kerap tertidur pulas hanya beralaskan tikar di halaman belakangnya.
Ketika melewati tempat parkir cafe tempat biasa kami nongkrong, aku melihat sebuah mobil sedan yang baru saja masuk parkiran. Seorang juru parkir mengarahkan mobil itu untuk parkir di bagian sudut yang tak jauh dari tempatku berdiri.
‘Mobil siapa ini?’ tanyaku dalam hati.
Eh, sejak kapan aku memiliki perhatian khusus pada kendaraan yang lalu lalang di depan café itu. Bukankah itu sudah sangat biasa. Setiap sore menjelang malam selalu ramai orang yang datang dan pergi dengan membawa kendaraan roda empat maupun dua.
Untuk beberapa saat aku berdiri tertegun di bawah Bunga Nusa Indah yang banyak tumbuh di sekitar. Tak lama kemudian sesosok pria, keluar dari dalam mobil itu. Dia memakai kemeja necis, celana bahan dan sepatu pantopel mengkilat. Rambut pendeknya disisir rapi ke samping. Sepertinya dia seorang eksekutif muda atau setidaknya pegawai kantoran.
Selang beberapa saat kemudin, dari pintu mobil yang satunya, keluar seorang cewek yang mengenakan kaos oblong, celana jeans belel dan sepatu kets. Penampian yang sangat casual dan tomboy. Penampilan yang sudah sangat aku kenali. Penampilan yang sangat kontras dengan sang lelaki.
‘Jadi seperti ini penampakan lelaki yang telah membuat Jesika berpaling dariku? Orangnya atau mobilnya yang membuat dia berubah?’ tanyaku dalam hati seraya terus memperhatikan kemesraan mereka.
Wajah Jesika seketika terlihat kaget saat melihatku yang berdiri kaku menatapnya. Mulutnya tampak menganga dan matanya pun menatap tajam mataku yang nyaris tak bisa berkedip. Aku sangat terkejut dan tidak siap ditatap sedemikian mendadaknya.
Perasanku sedikit gampang, benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Ada rasa rindu yang teramat sangat dalam dadaku saat menatap wajah Jesika. Namun perasaan marah dari hati yang terluka pun tidak bisa aku tutupi apalagi disingkirkan.
Andai tidak ada lelaki itu di sebelah Jesika, aku pasti bertanya tentang kondom yang ditemukan Nabila dari kamarnya. Atau setidaknya menanyakan kabar dia yang sudah beberapa minggu hilang ditelan bumi dari Sosesno.
Jesika mulai memasang wajah tidak bersahabatnya. Tampak sekali dia tidak senang dengan kehadiranku di sini. Ya aku pun sangat tidak senang terjebak dalam situasi yang sangat-sangat tidak menyenangkan ini.
Sejurus kemudian, bayangan kondom yang ditunjukan Nabila tadi, membayang dalam kelopak mataku. Seketika itu juga aku membayangkan Jesika dengan lelaki yang berdiri di sampingnya, sedang melakukan hubungan badan. Aku bahkan membayangkan seks macam apa yang mereka lakukan di kamar itu. Aku tahu bagaimana liarnya Jesika saat birahi tinggi.
“Gilang!” Jesika akhirnya memanggil namaku ketika aku sudah membalikan badan dan berjalan menjauhinya. Entah bagaimana wana kulit wajahku yang terasa seperti tersiram air panas. Mungkin melepuh.
Aku terus berjalan tanpa menggubris panggiln Siska yang hingga beberapa kali. Beberapa langkah kemudian aku memelankannya. Merasa ada seseorang yang mengikutiku dari belakang. Beberapa detik kemudian ada tepukan cukup keras pada bahu kananku. Ini bukan tepukan Jesika.
Tangan lelaki brengsek itukah?
“Hei Bro, tunggu bentar!” bentak seseorang yang menepuk bahuku. Benar saja, dia bukan Jesika.
Sialan banget orang ini. Asal bra bro aja, dia pikir dia siapa?
Aku orang yang terkenal tidak suka ribut apalagi mencari masalah dengan siapapun. Tapi untuk saat ini aku sudah tidak mampu lagi menahan amarah yang telah menggerus kesabaranku.
Dengan agak pelan, aku membalikan badan, menghadap dan menatap lelaki muda berambut klimis yang berdiri tak lebih dari setengah meter dariku. Sepertinya usia dia beberapa tahun lebih tua dariku. Mungkin itulah yang membuatnya terlihat begitu mapan, namun borak. Ekspresi wajahnya teramat datar.
Dia membetulkan posisi kerah kemejanya seperti sedang mengatakan, ‘Ini lah gua pacarnya Jesika.’ Mendapati gesture tantangan seperti itu, emosiku seketika tersulut dan benar-benar siap untuk berperang.
“Bro, lu yang namanya Gilang kan, temannya Jes….”
BUK! Tanpa bada-basi kepalan tinjuku melayang kuat menghantam kepala lelaki culun itu sebelum dia menyelesaikan ucapannya.
“Gilaaaaang!” Teriakan keras Jesika mengiringi tubuh lelaki itu yang terhuyung dan akhirnya tersungkur ke terotoar.
Aku menahan napas yang memburu. Pertama kalinya dalam hidupku memukul orang karena amarah. Tak kusangka pukulanku ternyata sangat kuat. Satpam dan tukang parkir memperhatikan kami. Tampaknya mereka bersiap untuk melerai. Sementara Jesika sibuk membangunkan lelakinya yang tak berada itu.
Sialan!
“Dasar cowok berengsek lu, Gilang!” Jesika tiba-tiba nyolot seraya berkacak pinggang setelah berhasil membangunkan lelakinya yang masih meringis memegangi kepalanya.
“Bilangin sama pacar lu yang kaya ini. Lain kali kalau mau ngeseks beli kondom sendiri, jangan minta disediain sama cewek!” bentaku tak terkontrol.
Jesika tampak terkesiap, bberapa saat mematung mendengar ucapanku yang benar-benar di luar kontrolku. Wajahnya sangat pucat dengan mata terbelalak dan mulut menganga.
“Dasar anjing sialan lu, Gilang! Pengecut!” Terdengar umpatan kesal dari mulut Jesika saat aku membalikan badan dan berlalu meninggalkannya.
Ya, aku memang sangat pengecut. Jangankan Jesika, aku sendiri tak percaya bisa mengucapkan kata-kata kotor dan norak seperti itu di depannya. Terlebih aku pun sangat tidak mengerti dengan apa yang telah kulakukan pada lelakinya itu.
Memangnya aku ini siapanya Jesika?
Memangnya apa hakku marah pada pacarnya Jesika?
Memangnya lelaki itu salah apa?
Memangnya salahnya apa kalau Jesika menjalin hubungan dengan lelaki lain?
“Aaaargh!” Aku menggeram seraya berlari sekencang-kencangnya agar bisa secepat mungkin keluar dari sana.
Teriakan Jesika yang memakiku masih terdengar samar-samar. Aku baru tersadar telah berbuat kriminal dan menjadi pusat perhatian banyak orang.
Bagaimana kalau Jesika dengan lelaki itu meneriaki maling dan semua orang mengejarku untuk menghakiminya?
Matilah aku!
Bab 1 Kondom
12/04/2022
Bab 2 Calon Tunangan
12/04/2022
Bab 3 Gadis Tomboy
13/04/2022
Bab 4 Candu
13/04/2022
Bab 5 Candu
13/04/2022
Bab 6 Candu
13/04/2022
Bab 7 Candu
13/04/2022
Bab 8 Candu
13/04/2022
Bab 9 Candu
13/04/2022
Bab 10 Candu
13/04/2022
Bab 11 Candu
14/04/2022
Bab 12 Candu
17/04/2022
Bab 13 Candu
21/04/2022
Bab 14 Candu
21/04/2022