Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Monster Heart
5.0
Komentar
82
Penayangan
17
Bab

Alianna Monru seorang jurnalis ambisius yang kembali ke kampung halaman dengan satu tujuan, yaitu balas dendam. Namun sebelum itu, ia harus berhadapan dengan seorang pria misterius yang selalu menggagalkan rencananya. Hati nurani Alianna mulai terusik, ketika ia mengetahui bahwa pria misterius itu adalah seorang pembunuh berantai, ternyata memiliki sebagian masa lalunya yang hilang. Damian tidak pernah menyangka bahwa ia akan bertemu lagi dengan Alianna, gadis idamannya sejak sekolah menengah. Rasa itu tidak pernah terungkap dan semakin terkubur, ketika Damian memilih jalan hidup yang paling suram. Ia mulai menyadari, segala kepolosan dan keceriaan yang Alianna miliki dahulu, telah berganti dengan keinginan balas dendam. Batin Damian menjerit, karena mengetahui bahwa, segala hal yang terenggut dari hidup Alianna dan dijadikan alasan oleh gadis itu untuk balas dendam, merupakan hasil dari perbuatan kejinya di masa lalu.

Bab 1 Chapter 1: Man in The Hood

"Mau apa kau, bedebah sial!"

Seorang lelaki berteriak marah dan berusaha melepaskan diri dari cengkraman pria yang berbadan jauh lebih kekar dan jangkung. Tentu saja usahanya sia-sia.

Tak jauh dari sana, ada seorang gadis menyipitkan matanya, lalu beringsut mengeluarkan kamera, berusaha mendapatkan gambar sempurna di depan parkiran Mixy Bar, salah satu bar yang ada di kota kecil bernama Sedona. Lampu jalan yang temaram, menyulitkan upaya gadis itu untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Sedona adalah kota kecil yang berada di wilayah Arizona, memiliki banyak bukit batu dan tebing tinggi. Kota kecil yang indah, namun tidak untuk Alianna Monru.

Kota kelahirannya itu menyimpan semua kenangan terburuk dari segala hal buruk yang terjadi dalam hidupnya.

Alianna adalah reporter lepas, lulusan sarjana jurnalistik di universitas Arizona. Ia kembali ke kota kelahirannya, dan membuat harian surat kabar sekaligus laman berita online bersama tunangannya, Denzel Gideon. Setelah lima tahun berjalan, Voice Of Sedona menjadi situs berita yang cukup diperhitungkan.

Alianna mengamati kejadian itu dari dalam mobil, yang ia parkir tak jauh dari tempat kejadian. Ia mengamati sosok berjaket hitam, yang terus menghajar lelaki tadi tanpa ampun. Wajah orang berjaket hitam tersebut tertutup hoodie yang ia pakai, sehingga menyulitkan Alianna untuk melihat siapa yang telah menghajar Ryan Dallas.

Ryan adalah bajingan tengik yang menjadi satu-satunya alasan mengapa Alianna mau membuntuti pria tersebut, hingga tengah malam sepi begini.

Alianna telah merencanakan balas dendam yang manis untuk Ryan, atas segala dosa yang telah pria itu lakukan. Akan tetapi, ia tidak pernah punya keinginan mengambil nyawa lelaki tersebut. Kematian adalah hal yang terlalu indah, untuk pria amoral seperti Ryan. Yang Alianna inginkan adalah membuat seorang Ryan Dallas, calon walikota termuda di Sedona, menghabiskan seluruh sisa hidupnya membusuk dalam penjara yang kotor.

Namun sepertinya, bukan cuma Alianna saja yang punya perkara dengan pria sampah itu.

Kepala Ryan dibanting ke kap mobil, sebelum ia tergeletak pingsan tak berdaya. Alianna meringis sekaligus mencibir membayangkan sakit yang terpaksa Ryan tanggung. Ia merasa bahwa, rasa sakit tersebut masih tidak sepadan dengan apa yang telah pria jahat itu lakukan selama ini.

Alianna sebenarnya sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengambil gambar Ryan saat mabuk parah dan menghajar salah seorang yang di Mixy Bar. Ia akan mengunggah photo tersebut ke laman blog berita miliknya, kemudian membuat artikel mengenai betapa tidak pantas seorang Ryan Dallas menjadi walikota.

Namun, jika mengambil gambar saat Ryan dihajar begini, justru malah menguntungkan pria itu. Masyarakat Sedona nanti malah ramai-ramai bersimpati padanya dan makin memperkuat dukungan untuk menjadikan Ryan sebagai walikota.

Jelas, Alianna tidak menginginkan hal itu terjadi.

Mata Alianna membelalak panik, ketika orang dengan jaket hoodie tersebut menyeret tubuh Ryan menjauhi tempat parkir, menuju gang sempit yang berada di samping bar. Firasatnya mengatakan bahwa Ryan akan dihajar sampai merenggang nyawa.

Tidak boleh, jangan sampai Ryan mati sebelum rencana Alianna tuntas.

Alianna mengumpat pelan kemudian buru-buru keluar dari mobil seraya mengalungkan kamera ke leher jenjangnya, dan bergegas mengikuti mereka. Gang tersebut terletak cukup tersembunyi, mengarah ke belakang bar yang sepi. Tempat sempurna untuk menghabisi seseorang.

Alianna mengintip dari balik dinding gang, melihat tubuh kurus Ryan ditendang oleh orang bertudung hitam. Kalau saja tidak ingat bahwa, ia membutuhkan Ryan dalam keadaan hidup, tentu Alianna dengan senang hati ikut menghajar pria sampah tersebut.

Batin Alianna terkikik geli, ketika ia melihat wajah babak belur Ryan yang mencoba membentak lawannya, "Siapa kau sebenarnya, bedebah! Siapa yang menyuruhmu menghajarku, hah?!"

Orang yang dibentak Raymond itu, hanya menjawab dengan menyiramkan segalon air ke seluruh tubuh Raymond.

"Apa yang kau inginkan? Uang? Aku punya banyak, sebut saja berapa yang kau mau dan lepaskan aku!" Ryan terbatuk sambil mencaci maki tak karuan.

Alianna tiba-tiba tersadar, ketika bau familiar menyergap hidung mungilnya, tepat saat orang bertudung mengambil paksa korek api dari saku baju Ryan, sebelum meninju hidungnya karena

Bukan air yang disiram pada Ryan tadi, melainkan bensin!

Alianna terkejut setengah tak percaya. "Astaga, orang itu mau membakar Raymond hidup-hidup?"

"Punya kata-kata terakhir?" tanya sosok bertudung tersebut seraya menjentik korek api di tangannya.

Alianna serta-merta keluar dari persembunyiannya dan menghantam kepala orang bertudung, dengan kayu panjang yang sempat ia ambil dari lorong gang. Pria tersebut langsung limbung dan pingsan tanpa sempat melawan.

Alianna memastikan pria itu benar-benar tidak bergerak, sebelum membuka masker, dan hoodie yang menutupi wajahnya. Wajah pria yang cukup tampan, bahkan terlalu tampan, untuk ukuran seorang preman tukang pukul.

"Tunggu apa lagi, cepat hajar dia!" teriak Ryan pada Alianna.

Mendengar perkataan Ryan membuat tensi darah Alianna naik. Gadis itu berbalik dan menghampiri Ryan yang meringkuk kesakitan sambil memegangi kakinya yang terkilir.

"Kau tidak pantas memberi perintah padaku, Brengsek!"

Tak lama berselang, Inspektur Devon datang dan menghampiri mereka berdua. "Kau tidak apa-apa, Alianna?"

Gadis itu mengangguk singkat dan menoleh ke tempat dimana pria bertudung itu pingsan. Namun, orang tersebut terlihat melarikan diri dengan melompati dinding pembatas gang.

Jiwa jurnalis Alianna tersulut, serta merta ia berlari untuk mengejar pria itu.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku