Terlambat Menyesal: Mantan Istriku Bersinar Terang

Terlambat Menyesal: Mantan Istriku Bersinar Terang

Gavin

5.0
Komentar
Penayangan
11
Bab

Selama empat puluh tahun, aku hidup sebagai istri pajangan Don John, pemimpin mafia yang kejam. Aku diam saja saat selingkuhannya, Angel, melenggang masuk ke rumahku, menghinaku di meja makan, dan bertingkah seolah dia adalah ratu di istana ini. Namun, saat aku akhirnya memutuskan untuk pergi dan menyerahkan surat cerai, takdir mempermainkanku dengan cara yang paling gila. Dokter menyatakan aku hamil di usia senja, tepat saat rahasia besar terkuak bahwa Angel sebenarnya mandul dan takkan pernah bisa memberi John pewaris. Aku memilih kabur ke desa seni terpencil di tengah badai salju, menyembunyikan perutku yang mulai membuncit. John, yang terlambat menyadari bahwa akulah satu-satunya yang setia, menjadi gila. Dia mencampakkan Angel dan menerobos badai es yang mematikan hanya untuk menemukanku. Dia berlutut di lantai pondokku yang dingin, menangis dan memohon demi anak dalam kandunganku, berharap bisa memperbaiki ego dan keluarganya yang hancur. Tapi dia lupa, cinta tidak butuh waktu empat puluh tahun untuk sadar. Aku menatap matanya tanpa rasa, lalu menutup pintu tepat di depan wajahnya. "Pergilah, John. Aku bukan lagi istrimu."

Bab 1

Selama empat puluh tahun, aku hidup sebagai istri pajangan Don John, pemimpin mafia yang kejam.

Aku diam saja saat selingkuhannya, Angel, melenggang masuk ke rumahku, menghinaku di meja makan, dan bertingkah seolah dia adalah ratu di istana ini.

Namun, saat aku akhirnya memutuskan untuk pergi dan menyerahkan surat cerai, takdir mempermainkanku dengan cara yang paling gila.

Dokter menyatakan aku hamil di usia senja, tepat saat rahasia besar terkuak bahwa Angel sebenarnya mandul dan takkan pernah bisa memberi John pewaris.

Aku memilih kabur ke desa seni terpencil di tengah badai salju, menyembunyikan perutku yang mulai membuncit.

John, yang terlambat menyadari bahwa akulah satu-satunya yang setia, menjadi gila.

Dia mencampakkan Angel dan menerobos badai es yang mematikan hanya untuk menemukanku.

Dia berlutut di lantai pondokku yang dingin, menangis dan memohon demi anak dalam kandunganku, berharap bisa memperbaiki ego dan keluarganya yang hancur.

Tapi dia lupa, cinta tidak butuh waktu empat puluh tahun untuk sadar.

Aku menatap matanya tanpa rasa, lalu menutup pintu tepat di depan wajahnya.

"Pergilah, John. Aku bukan lagi istrimu."

Bab 1

Celia POV

Baru saja aku menyapu wajah suamiku dengan lapisan cat hitam yang pekat dan tebal ketika wanita simpanannya melenggang masuk ke studio, menanyakan menu makan malam seolah-olah dialah nyonya rumah di sini.

Kuas di tanganku masih basah, membiarkan tetesan warna kegelapan jatuh satu per satu, menodai lantai kayu mahoni yang harganya selangit itu.

Aku tidak gemetar.

Aku tidak menangis.

Hanya ada rasa dingin yang merambat perlahan, membekukan ujung jari hingga menusuk ke sumsum tulangku.

Don John, pemimpin klan mafia yang paling ditakuti di kota ini, selalu menuntut lukisan dirinya yang sempurna.

Gagah.

Berwibawa.

Abadi.

Tapi hari ini, aku memutuskan untuk melukis sebuah kebenaran.

Studio ini luas, dikelilingi dinding kaca yang menghadap ke taman yang terawat sempurna, namun bagiku, tempat ini tak ubahnya peti mati kaca.

Indah, namun menyesakkan.

Suara langkah kaki yang ringan namun penuh percaya diri memecah kesunyian suci studioku.

Angel masuk.

Dia membawa katalog lelang seni terbaru di tangannya, mengibas-ngibaskannya di udara seolah itu adalah bendera kemenangan pasca perang.

Aroma parfum mahalnya langsung menyerbu hidungku, bertarung sengit dengan bau tajam terpentin dan cat minyak yang menenangkan.

Baunya seperti sebuah penjajahan.

"Celia, sayang," suaranya manis, terlalu manis, seperti sirup yang dicampur racun sianida. "Kau masih berkutat dengan itu? John sudah tidak sabar melihat hasilnya."

Dia berjalan mendekat, berdiri tepat di belakangku.

Tangannya yang terawat rapi-tanpa noda cat sedikitpun-menyentuh bahuku.

Sentuhan itu terasa seperti lilitan ular.

Dia menyodorkan katalog itu tepat di depan wajahku, sengaja memblokir pandanganku pada kanvas yang baru saja kurusak.

"Lihat ini, ada patung Renaisans yang John incar. Dia bilang itu akan sangat cocok di ruang tamu utama. Bagaimana menurutmu?"

Nada bicaranya santai, seolah dia sedang berbicara dengan kepala pelayan, bukan istri sah dari pria yang sedang dia bicarakan.

Aku memaksakan sudut bibirku untuk naik.

Senyum palsu ini adalah mahakarya yang sudah kulatih selama empat puluh tahun.

"Itu pilihan yang bagus, Angel," kataku pelan, suaraku datar tanpa emosi. "Tolong sampaikan pada John, makan malam akan siap tepat waktu. Apakah dia akan pulang malam ini?"

Angel tertawa kecil, suara yang terdengar seperti lonceng retak yang menyakitkan telingaku.

Dia melepaskan tangannya dari bahuku, dan rasanya aku baru bisa bernapas lagi.

Dia melempar katalog itu ke meja di samping sandaran kanvas, melirik sekilas ke lukisanku tanpa benar-benar melihat apa yang telah kulakukan.

Matanya berkilat meremehkan.

"Kau tahu bagaimana John," katanya sambil merapikan rambutnya yang sempurna. "Don John tidak punya waktu untuk hal-hal sepele seperti makan malam keluarga. Dia lebih peduli pada 'bisnis' dan masa depan klan."

Kata-kata itu menghantamku.

Masa depan.

Sesuatu yang tidak pernah dia diskusikan denganku.

Jariku menegang di pinggiran kanvas, mencengkeram kayu itu erat-erat, tapi aku segera menahannya dengan tangan kiriku.

Wajahku tetap datar, topeng porselen yang tak retak.

Pikiranku melayang ke empat puluh tahun yang lalu.

Saat itu aku hanya putri dari keluarga prajurit rendahan.

Ayahku menyerahkanku kepada John seperti menyerahkan seekor domba kurban di altar perdamaian.

Pernikahan yang diatur demi memperkuat aliansi, bukan menyatukan hati.

John muda saat itu tampan, penuh kekuatan yang memabukkan.

Ada saat-saat langka di mana dia menatapku dengan lembut, dan aku-gadis bodoh yang naif itu-mengira itu adalah cinta.

Tapi cinta dalam dunia mafia hanyalah ilusi optik.

Loyalitas adalah mata uang yang berlaku, dan aku telah membayarnya lunas dengan seluruh hidupku.

Sekarang, Angel ada di mana-mana.

Dia adalah sekretarisnya.

Penasihat seninya.

Wanita yang duduk di sampingnya saat rapat tertutup.

Dia seperti tanaman parasit yang melilit pohon tua, perlahan namun pasti mematikan inangnya.

Ingatanku terseret kembali ke rekaman CCTV tersembunyi yang kutemukan di ruang rahasia John minggu lalu.

Layar itu menampilkan mereka berdua.

Berpelukan.

Tertawa.

Menertawakan betapa "patuhnya" aku, betapa bodohnya kesetiaanku.

"Dia tidak akan pernah pergi," suara John terdengar jelas dalam rekaman itu, dingin dan tanpa penyesalan. "Celia terlalu takut pada dunia luar."

Fantasi empat puluh tahunku hancur menjadi debu dalam hitungan detik.

Angel sudah berbalik, bersiap untuk pergi, yakin sepenuhnya bahwa dia telah memenangkan pertempuran kecil ini.

Aku menatap punggungnya, lalu beralih ke tumpukan lukisan di sudut ruangan yang tertutup kain debu.

Itu adalah satu-satunya hal yang murni milikku.

Satu-satunya sumber uang yang tidak terlacak oleh radar klan.

Aku berjalan pelan ke salah satu bingkai lukisan besar di sudut gelap ruangan.

Dengan hati-hati, aku meraba bagian belakang bingkai itu, mencari celah tersembunyi, dan menarik keluar sebuah amplop tipis.

Di dalamnya ada catatan transaksi penjualan seni rahasia yang telah kulakukan selama bertahun-tahun di pasar gelap.

Uang darah yang perlahan kubersihkan menjadi tiket kebebasan.

"Empat puluh tahun aku hidup dalam bayanganmu, John," bisikku pada ruangan kosong itu, suaraku bergetar oleh amarah yang akhirnya terlepas.

"Kau mencuri hidupku, tapi sekarang aku akan mengambil harganya."

Aku menyentuh kertas-kertas itu, merasakan teksturnya yang kasar di ujung jariku.

Ini bukan sekadar uang.

Ini adalah bensin.

Dan aku siap menyalakan api yang akan membakar sangkar emas ini hingga menjadi abu.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gavin

Selebihnya
Penolakan Sang Luna: Hancurnya Hati Alpha Vincent

Penolakan Sang Luna: Hancurnya Hati Alpha Vincent

Likantrof

5.0

Ayahku menjualku kepada Alpha Vincent sebagai "Kontrak Disiplin", menjadikan aku bukan sebagai Mate yang dihormati, melainkan tawanan yang disembunyikan di gudang berdebu. Namun, neraka yang sesungguhnya dimulai saat Isabel, wanita licik yang ia puja, datang menginvasi hidupku. Isabel memalsukan penyerangan dan menuduhku sebagai pelakunya. Tanpa mendengar penjelasanku, Vincent menyeretku ke penjara bawah tanah dan merantaiku dengan perak murni—racun paling mematikan bagi kaum kami. Saat kulitku melepuh dan mendesis terbakar oleh lilitan rantai, Vincent justru melakukan hal yang paling kejam. Dia melelang kalung peninggalan almarhum ibuku tepat di depan mataku. "Vincent, belikan itu untukku," rengek Isabel manja. "Anjingku butuh kalung baru." Tanpa menatapku, Vincent memberikannya. "Terjual untuk Isabel." Hancur. Bukan hanya tubuhku, tapi juga jiwaku. Mereka menertawakanku, menyebutku jalang yang tidak berguna, sementara aku menahan rasa sakit dari *Silver* yang menggerogoti tulangku. Vincent tidak tahu satu hal. Darah yang ia tumpahkan malam ini bukanlah darah Omega lemah. Itu adalah darah *White Wolf*, serigala paling langka dan suci yang memiliki kekuatan penyembuh mutlak. Di ambang kematian, aku mendongak, menatap mata pria yang dulu kucintai itu dengan tatapan kosong. "Saya, Sofia Permana..." Vincent tertegun, matanya membelalak melihat aura putih menyilaukan yang tiba-tiba meledak dari tubuhku, melelehkan rantai besi itu. "...menolakmu, Vincent Dirgantara, sebagai Mate-ku." Malam itu, saat dia meraung kesakitan karena putusnya ikatan jiwa kami, aku bangkit dari abu, membakar penjara itu, dan berlari menuju takdirku sebagai Luna di Pack lain yang jauh lebih kuat.

Bangkit Dari Luka: Istri Yang Terbuang

Bangkit Dari Luka: Istri Yang Terbuang

Romantis

5.0

Aku menghabiskan seribu sembilan puluh lima hari mencintai Elton, tapi hanya butuh satu detik baginya untuk membuktikan bahwa nyawaku tidak ada harganya. Di tepi dermaga itu, saat Rachel—wanita masa lalunya—terpeleset, Elton tanpa ragu menghempaskan tubuhku ke samping. Aku terlempar ke dalam ombak ganas, meminum air asin yang membakar paru-paru, sementara dia mendekap Rachel erat-erat agar wanita itu tidak tergores sedikit pun. Saat aku berjuang naik ke permukaan dengan napas tersengal, yang menyambutku bukanlah uluran tangan suamiku, melainkan pemandangan dia yang sedang menenangkan Rachel dengan lembut. Di rumah sakit, kekejamannya berlanjut. Dia membiarkan Rachel memakan buah jatahku dan menuduhku hanya mencari perhatian. Dia tidak tahu, di balik wajahku yang pucat dan tubuhku yang menggigil, aku sedang menyembunyikan hasil laboratorium yang menyatakan aku hamil enam minggu. Melihatnya memayungi Rachel dengan mesra dan meninggalkanku kedinginan di tengah hujan, aku sadar aku hanyalah tokoh figuran di kisah cinta mereka. Malam itu, aku membuang cincin berlian seharga mobil mewah itu ke tumpukan sampah dapur. Aku berpura-pura patuh, menelan semua penghinaan, hanya untuk merencanakan pelarian sempurnaku. Sebulan kemudian, saat badai menghancurkan kota persembunyianku, Elton datang. Dia menggali reruntuhan dengan tangan telanjang hingga berdarah, menangis saat melihat perutku yang mulai membesar. "Beri aku kesempatan, Jilly. Demi anak kita," mohonnya sambil berlutut di lumpur. Aku menepis tangannya yang kotor dengan tatapan dingin, lalu berkata pelan namun menusuk: "Ini anakku. Bukan anak kita. Ayah dari anak ini sudah mati bagiku saat dia mendorong istrinya ke laut demi wanita lain."

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Penipuan Lima Tahun, Pembalasan Seumur Hidup

Gavin
5.0

Aku adalah Alina Wijaya, pewaris tunggal keluarga Wijaya yang telah lama hilang, akhirnya kembali ke rumah setelah masa kecilku kuhabiskan di panti asuhan. Orang tuaku memujaku, suamiku menyayangiku, dan wanita yang mencoba menghancurkan hidupku, Kiara Anindita, dikurung di fasilitas rehabilitasi mental. Aku aman. Aku dicintai. Di hari ulang tahunku, aku memutuskan untuk memberi kejutan pada suamiku, Bram, di kantornya. Tapi dia tidak ada di sana. Aku menemukannya di sebuah galeri seni pribadi di seberang kota. Dia bersama Kiara. Dia tidak berada di fasilitas rehabilitasi. Dia tampak bersinar, tertawa saat berdiri di samping suamiku dan putra mereka yang berusia lima tahun. Aku mengintip dari balik kaca saat Bram menciumnya, sebuah gestur mesra yang familier, yang baru pagi tadi ia lakukan padaku. Aku merayap mendekat dan tak sengaja mendengar percakapan mereka. Permintaan ulang tahunku untuk pergi ke Dunia Fantasi ditolak karena dia sudah menjanjikan seluruh taman hiburan itu untuk putra mereka—yang hari ulang tahunnya sama denganku. "Dia begitu bersyukur punya keluarga, dia akan percaya apa pun yang kita katakan," kata Bram, suaranya dipenuhi kekejaman yang membuat napasku tercekat. "Hampir menyedihkan." Seluruh realitasku—orang tua penyayang yang mendanai kehidupan rahasia ini, suamiku yang setia—ternyata adalah kebohongan selama lima tahun. Aku hanyalah orang bodoh yang mereka pajang di atas panggung. Ponselku bergetar. Sebuah pesan dari Bram, dikirim saat dia sedang berdiri bersama keluarga aslinya. "Baru selesai rapat. Capek banget. Aku kangen kamu." Kebohongan santai itu adalah pukulan telak terakhir. Mereka pikir aku adalah anak yatim piatu menyedihkan dan penurut yang bisa mereka kendalikan. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku