/0/28860/coverbig.jpg?v=20251203185311&imageMogr2/format/webp)
Lira tak pernah menyangka bahwa aksinya membela seorang pelayan laki-laki akan membawa dirinya ke nasib yang jauh lebih berbahaya. Dalam sekejap, ia disergap oleh sekawanan orang misterius, dan akhirnya jatuh ke tangan seorang pria yang haus akan kehangatan seorang wanita. Pria itu, Arion, memiliki cara yang membuat setiap detik bersamanya terasa menakutkan sekaligus memikat. Lira kini harus menghadapi dilema: apakah ia sanggup menahan semua keinginan Arion yang begitu besar, ataukah ia akan menemukan kekuatan untuk melepaskan diri dari cengkeramannya?
Malam itu, hujan turun dengan deras, membasahi jalanan kota yang sepi. Lampu jalan berkelap-kelip, memantulkan warna kuning pucat di genangan air. Lira menarik mantel tipisnya lebih rapat, berlari di antara tetes hujan yang seolah ingin menelan setiap langkahnya. Ia tak peduli basah, tak peduli dingin. Yang terpenting saat itu hanyalah satu: membantu pelayan yang terjerat masalah.
"Hei! Hati-hati!" teriak Lira, saat seorang pemuda hampir tersandung karena membawa nampan penuh gelas. Beberapa pria dengan wajah keras tampak mengelilinginya, tawa mereka dingin dan menyeringai.
"Lepaskan dia!" suara Lira tegas, meski gemetar di ujungnya. Tanpa pikir panjang, ia mendorong salah satu pria yang tampak paling besar, membuat gelas di nampan pemuda itu jatuh pecah.
"Kamu-!" salah satu dari mereka melotot, tapi Lira tak menunggu mereka. Ia menarik pelayan itu pergi dari kerumunan, menepi di bawah atap toko yang sedikit menjorok.
"Terima kasih... aku-aku tidak tahu harus bagaimana kalau kau tidak muncul," gumam pemuda itu, wajahnya pucat dan basah kuyup.
Lira tersenyum tipis, "Jangan khawatir. Orang macam mereka biasanya... hmm, mudah diperingatkan."
Namun, senyum itu belum sempat berkembang, karena langkah berat terdengar dari belakang. Dalam sekejap, tubuh Lira terseret ke kegelapan, tangan-tangan kasar menahan geraknya. Ia berjuang, menendang, berteriak, tapi semuanya sia-sia.
Seketika, semua menjadi gelap.
Ketika Lira membuka matanya, ia sudah berada di ruangan asing. Lampu-lampu temaram menggantung, menyorot dinding yang penuh lukisan klasik dan perabot mewah. Aroma parfum berat dan alkohol menusuk hidungnya.
Seorang pria duduk di kursi besar, tubuh tegap, wajahnya tegas dengan garis rahang yang tajam. Matanya yang gelap menatap Lira seolah menelannya hidup-hidup.
"Selamat datang," suaranya dalam dan dingin. "Aku Arion. Dan kau... akan tinggal di sini untuk sementara."
"Me... melepaskan aku!" Lira berteriak, suaranya parau. "Aku tidak tahu siapa kalian, tapi ini gila! Lepaskan aku sekarang!"
Arion hanya tersenyum tipis, menyingkirkan sehelai rambut yang menutupi matanya. "Tenang, aku tidak akan menyakitimu... setidaknya, belum."
Lira menggigil, antara takut dan marah. Hatinya berdegup kencang, kepala penuh pertanyaan: mengapa ia, seorang gadis biasa, bisa terjebak dalam situasi seperti ini?
"Kenapa... kenapa aku?" gumamnya sendiri, suaranya nyaris hilang.
"Karena keberanianmu," jawab Arion, seakan membaca pikirannya. "Kau menolong orang lain... itu membuatmu berbeda dari kebanyakan. Tapi, sayangnya, dunia ini tidak ramah pada yang berbeda."
Hari-hari berikutnya menjadi mimpi buruk bagi Lira. Ia diperlakukan seperti tamu yang terkurung. Arion selalu ada di dekatnya, mengawasi setiap gerakannya, menanyai setiap langkahnya. Namun, ada hal aneh yang membuatnya semakin bingung: di tengah ketakutannya, ada saat-saat ketika kehadiran Arion membuatnya merasa hangat, seperti ada perlindungan aneh yang sulit ia jelaskan.
"Jika kau berperilaku baik, aku tidak akan membuatmu menderita," kata Arion suatu malam, duduk di tepi ranjang Lira. "Tapi jangan salah, aku tidak mudah memaafkan pembangkangan."
Lira menunduk, menahan air mata. "Aku... aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tidak ingin... membuatmu marah."
Arion mendekat, wajahnya hanya beberapa inci dari wajahnya. "Membuatku marah? Itu sudah terlalu terlambat. Tapi kau harus belajar, Lira. Belajar untuk... tunduk, untuk menerima keadaan."
Setiap kata yang keluar dari mulut Arion seperti duri yang menusuk hati Lira. Namun, ada sesuatu di matanya yang sulit diabaikan-sebuah ambisi yang gelap, namun sekaligus memikat.
Hari demi hari berlalu, Lira mencoba mencari celah untuk melarikan diri. Ia mengamati setiap sudut rumah megah itu, menghafal pola pengawasan, mempelajari kebiasaan Arion. Tapi setiap kali ia berpikir untuk mencoba, langkahnya selalu tertahan. Pria itu selalu berada di tempat yang tak terduga, seakan mengetahui semua niatnya.
Suatu malam, saat Lira mencoba keluar melalui jendela kecil di lantai atas, ia mendengar suara langkah mendekat. Sebelum ia sempat bergerak, Arion sudah berada di belakangnya.
"Kau pikir ini mudah?" tanyanya, matanya menyorot tajam. "Tidak ada yang mudah dalam permainan ini."
Lira menelan ludah, tubuhnya gemetar. Ia merasa terpojok, tapi sebuah tekad muncul dari dalam dirinya. "Aku... aku harus keluar. Aku tidak bisa terus di sini. Tidak peduli apapun yang terjadi."
Arion tersenyum tipis, menyukai keberanian itu. "Aku suka semangatmu, Lira. Tapi semangat itu juga bisa menjadi kelemahanmu."
Malam itu, Lira terbaring di tempat tidur, mencoba menenangkan pikirannya. Ia tahu, semakin ia melawan, semakin ia terjebak dalam permainan berbahaya Arion. Namun, ada satu hal yang ia yakini: ia tidak akan menyerah. Tidak akan membiarkan dirinya menjadi korban selamanya.
Tapi pertanyaan itu terus menghantui: bisakah ia menahan diri dari tarikan kuat Arion, ataukah ia akan terseret oleh arus yang tak bisa ia kendalikan?
Sementara itu, Arion menatap dari jendela kamarnya, pikirannya bermain dengan rencana-rencana yang gelap dan kompleks. Ia menyukai Lira, tapi bukan dalam cara yang biasa. Keinginannya lebih dari sekadar ketertarikan-ada hasrat untuk memiliki, untuk menguasai.
"Lira..." gumamnya, suaranya nyaris tak terdengar di antara hujan yang terus menimpa atap. "Aku ingin melihat seberapa jauh kau bisa bertahan. Dan seberapa jauh aku harus mendorongmu."
Bab 1 membantu pelayan yang terjerat masalah
21/10/2025
Bab 2 menyimpan mata yang tak terlihat
21/10/2025
Bab 3 Lira merasakan sesuatu akan terjadi
21/10/2025
Bab 4 antara keputusasaan dan tekad untuk bertahan
21/10/2025
Bab 5 Arion terlalu kuat untuk ditaklukkan
21/10/2025
Bab 6 Ia berhasil mengambil risiko terbesar
21/10/2025
Bab 7 Tubuhnya basah kuyup
21/10/2025
Bab 8 ke mana harus bersembunyi
21/10/2025
Bab 9 obsesinya yang mengerikan
21/10/2025
Bab 10 Malam itu terasa seperti jebakan
21/10/2025
Bab 11 melakukan kesalahan
21/10/2025
Bab 12 akhirnya ia bisa melangkah bebas
21/10/2025
Bab 13 menyelamatkan hidupnya
21/10/2025
Bab 14 Lira ingin marah
21/10/2025
Bab 15 Setelah berhari-hari bersembunyi di tempat terpencil
21/10/2025
Bab 16 Di dalam mobil tua
21/10/2025
Bab 17 akibat pelarian beberapa jam
21/10/2025
Bab 18 ketenangan
21/10/2025
Bab 19 Harlan tetap memantau
21/10/2025
Bab 20 menghentikanku
21/10/2025
Bab 21 dikenal lebih cerdas dan agresif
21/10/2025
Bab 22 Mereka tahu kita datang
21/10/2025
Bab 23 perasaan itu segera digantikan
21/10/2025
Bab 24 Mereka memanfaatkan kepanikan
21/10/2025
Bab 25 mencurigakan dari pihak ketiga
21/10/2025
Bab 26 menerima pesan dari sumber anonim
21/10/2025
Buku lain oleh Rio Faldi
Selebihnya