Pengkhianatan yang Tak Pernah Kusangka
larikan diri semakin kuat. Setiap langkah yang ia lakukan di rumah itu selalu d
uh nampan berisi sarapan. Wajahnya lel
ira. Tidur cukup?" ta
um tipis. "Kurang tidur. Tapi
annya, merasa bersalah karena harus menyembunyikan rencana yang sedang ia susun
lu menjadi kunci untuk menemukan celah. Lira mencatat setiap detail: kapan Arion meninggalkan rua
u ruang tengah. Tatapannya menu
a, suaranya dalam dan tenang. "A
... hanya ingin menyeles
i ingat, setiap langkahmu selalu aku
an hanya peringatan-itu ujian. Ia harus menyeimbangkan keber
annya menyentuh logam dingin itu, hatinya berdebar kencang. Ia tahu, j
gan muncul di pintu. Arion berdiri d
nyanya, suaranya dingin tapi ada k
atapnya. "Aku... hanya
"Udara segar atau melawan? Kau selal
tiap kata Arion adalah ujian. Namun ada s
dan pelayan, mencatat pola yang memungkinkan untuk bergerak tanpa terli
dari ruang kerja dengan pura-pura menjatuhkan
disengaja?
ura kaget. "Tidak, Tu
pi kau harus hati-hati, Lira. Kadan
kencang. Ia tahu, permainan ini semak
eras. Dingin menusuk tulang, tapi tekadnya semakin kuat
l balkon. "Kau keras kepala, Lira," katanya, suaran
nuh tantangan. "Aku tidak main-main, Tu
an lupa, setiap langkahmu selalu aku amati. Kau mungki
jika ia menyerah pada ketakutan, ia akan kehilangan d
n, latihan fisik, dan manipulasi psikologis. Ia tahu, ke
Ada sesuatu dalam diri Lira yang membuatnya tidak bisa sepenuhnya mengendalikannya. Setiap
ap melalui ventilasi. Tubuhnya tegang, napas tertahan. Set
ahan bahunya. Ia menatapnya
, Lira," katanya, suara
. "Aku... tidak ak
s. Keberanianmu menarik... tapi ingat,
i titik kritis: satu langkah salah, dan kebebasannya hilang selamanya. Na
lah strategi, refleksi, dan tekad untuk bertahan. Ia tahu perjalan
pada gadis itu. Ia merasa tertantang, terikat, dan tergoda. Sema
nemukan kekuatan untuk melawan sepenuhnya, a
uar, menyelimuti rumah dengan suara gemericik yang menenangkan sekaligus menakutkan. Ia menarik napas pan
-hari. Setiap detail diperhitungkan dengan matang: langkah Arion, posisi pelayan, dan setiap kemungkinan yang bisa terjad
ng terasa hangat. Pelayan muda itu datang
a Lira. Tidur cuku
pis. "Kurang tidur, tapi a
a, merasa bersalah karena harus menyembunyikan rencana pelarian yang sedang ia susu
di kunci untuk menemukan celah. Ia mencatat semua detail: kapan Arion meninggalkan ruang ke
intu ruang tengah, matanya taj
engan nada yang dingin namun tenang
... hanya ingin menyeles
matanya tetap menembus. "Ingat, setiap langkahm
kadar peringatan, tapi ujian psikologis. Ia harus menyeimbangkan
i. Dingin menusuk tulang, tapi hatinya dipenuhi tekad. Ia tahu, kesempatan un
lkon. "Kau keras kepala, Lira," katanya, suaranya dalam
nuh tantangan. "Aku tidak main-main, Tu
an lupa, setiap langkahmu selalu aku amati. Kau mungki
takutan, ia akan kehilangan dirinya sendiri. Namu
ra diam-diam, mempelajari posisi pelayan, pintu, dan setiap celah yang bisa ia manfaatkan. Tubu
ri ruang kerja dengan pura-pura menjatuhkan doku
disengaja?
ura kaget. "Tidak, Tu
i kau harus berhati-hati, Lira. Kada
kencang. Ia tahu, permainan ini semak
ventilasi besar di ruang bawah tanah. Tubuhnya tegang, napas terta
ahan bahunya. Ia menatapnya
, Lira," katanya, suara
. "Aku... tidak ak
s. Keberanianmu menarik... tapi ingat,
i titik kritis: satu langkah salah, dan kebebasannya hilang selamanya. Na
menggabungkan pengamatan, latihan fisik, dan manipulasi psikologis. Ia
da sesuatu dalam diri Lira yang membuatnya tidak bisa sepenuhnya mengendalikannya. Setiap
bisa mengarah ke halaman belakang rumah. Napasnya tertahan, jantungnya berdeta
ap, Arion muncul dari bayan
, ya?" tanyanya dengan nada
ah. "Aku... haru
nianmu. Tapi ingat, satu langkah salah.
gagal, tidak akan ada kesempatan kedua. Namun keberanian itu memberinya kekuata
enasaran, kekaguman, tapi juga rasa ingin mengendalikan gadis it
uah tangan menahan lengannya. Arion muncul dari ba
katanya dengan suara rendah.
hnya gemetar. "Aku... ti
itu membuat permainan ini semakin menyenangkan. Tapi i
. Ia tahu, pertarungan ini belum selesai,
ah strategi, refleksi, dan tekad untuk bertahan hidup. Ia tahu, perjal
mbali pada gadis itu. Ia merasa tertantang, terikat, dan tergoda.
dan pertanyaan tersisa: apakah Lira akan berhasil mela