Terbakar oleh penghinaan dan cemoohan dari semua orang karena ibunya yang gila setelah melahirkan, Nadira, seorang gadis muda yang penuh harapan, akhirnya memilih jalan kelam. Dalam keputusasaan, ia bergabung dengan kelompok wanita malam demi uang untuk menyembuhkan ibunya yang terbaring tak berdaya. Namun, takdir membawanya pada sebuah tawaran yang menggoda dari seorang miliarder yang bisa mengubah hidupnya selamanya. Tapi, harga yang harus ia bayar untuk kesuksesan itu lebih besar dari yang ia bayangkan. Seiring berjalannya waktu, Nadira mulai mempertanyakan apakah semua yang ia lakukan sebanding dengan kebahagiaan yang dicarinya, dan apakah ia bisa kembali dari jalan yang telah ia pilih.
Nadira menatap kosong ke arah ibu yang terbaring lemah di ranjang tua mereka. Matanya yang dulunya penuh harapan kini tampak redup, terperangkap dalam bayang-bayang penderitaan. Ia bisa merasakan panasnya air mata yang perlahan mengalir di pipinya, namun ia tak pernah sekali pun mengizinkan diri untuk menangis di depan ibunya. Tidak sekarang, tidak setelah semua yang terjadi.
"Ibu... Aku akan membuatmu sembuh," bisiknya, berusaha keras meyakinkan dirinya sendiri. "Aku akan menemukannya, obat itu."
Namun, bagaimana mungkin ia bisa? Siapa yang peduli dengan seorang gadis miskin yang tak lebih dari bayang-bayang di kota ini? Semua orang sudah melupakan mereka, menjadikan ibunya sebagai contoh kegilaan yang menjijikkan. Mereka tidak tahu betapa dalamnya luka yang disebabkan oleh kata-kata mereka, bagaimana setiap makian dan cacian itu membekas di hati Nadira seperti pisau tajam.
Malam itu, seperti biasa, Nadira berdiri di depan cermin tua di ruang kecil mereka, menatap dirinya sendiri dengan tatapan penuh keraguan. Wajahnya yang dulu ceria kini tampak pucat dan lelah. Ia sudah berusaha segala cara untuk mendapatkan uang, dari pekerjaan kasar hingga menjual barang-barang yang dimiliki, namun tidak ada yang berhasil. Ibu yang sakit semakin parah, dan Nadira merasa seperti terjebak dalam lingkaran tak berujung.
Tiba-tiba, sebuah suara mengganggu keheningan malam. Suara itu datang dari ponsel tua miliknya, yang seakan berteriak di tengah kesunyian. Nadira menoleh, matanya memicing ketika melihat pesan yang masuk.
"Kamu ingin mengubah hidupmu, Nadira? Aku bisa memberimu apa yang kamu cari. Temui aku di klub malam Luminous pukul dua belas malam ini."
Pesan itu datang dari nomor yang tidak dikenal, namun ada sesuatu dalam kata-kata itu yang menarik hatinya. Nadira tahu bahwa pesan ini bisa saja jebakan, tapi perasaan terdesak yang membara dalam dirinya membuatnya tak bisa berpaling.
Ia menggigit bibirnya, merasakan ketakutan yang mengalir di seluruh tubuhnya. Namun, ada harapan yang lebih besar mengalahkan ketakutan itu. Harapan akan masa depan ibunya yang lebih baik. Harapan untuk membebaskan diri dari kehidupan yang penuh dengan penghinaan dan kebingungan.
Dengan hati yang berdebar-debar, Nadira mengambil jaket tua miliknya dan melangkah keluar dari rumah kumuh mereka, menatap langit malam yang gelap dengan tatapan penuh tanda tanya. Di dalam dadanya, perasaan campur aduk-apakah ia benar-benar siap untuk mengambil langkah ini?
Klub malam Luminous berdiri dengan angkuh di ujung jalan, terang benderang dengan lampu neon yang menyilaukan. Nadira berdiri di depan pintu masuk, terhenti sejenak. Bau alkohol dan asap rokok menyeruak keluar, tapi ia tetap melangkah masuk, meski perasaan was-was menyelimuti hatinya.
Di dalam klub, suara musik keras menggema, tubuh-tubuh bergerak liar mengikuti irama, sementara sosok-sosok gelap mengintai di sudut ruangan. Nadira mencari-cari, hingga matanya bertemu dengan seorang pria yang duduk sendiri di sudut bar, mengenakan jas hitam rapi dan kacamata gelap meskipun di dalam ruangan itu sudah gelap.
Pria itu tersenyum tipis, menyadari kedatangannya. Nadira menahan napas, berjalan mendekat dengan langkah ragu-ragu.
"Kamu datang," kata pria itu, suaranya dalam dan penuh dengan kekuatan yang membuat Nadira merasa seolah terjebak dalam lingkaran yang lebih besar dari dirinya.
"Apa yang kamu inginkan dariku?" tanya Nadira, berusaha terdengar lebih tenang daripada yang ia rasakan.
Pria itu memandangnya dalam-dalam, seolah sedang menilai setiap gerak-geriknya. "Aku bisa memberimu uang yang cukup untuk mengobati ibumu, dan lebih banyak lagi. Tapi ada satu hal yang harus kamu pahami, Nadira. Setiap keputusan yang diambil, ada harga yang harus dibayar. Terkadang, harga itu tidak sesuai dengan apa yang kamu bayangkan."
Nadira terdiam, pikirannya kacau. "Apa yang kamu maksud?"
Pria itu mengedipkan matanya, "Kamu akan tahu waktunya. Tapi untuk sekarang, cukup percaya padaku. Kamu tidak akan menyesal."
Keputusan ini, meskipun sangat cepat datangnya, mulai memeluknya dengan rasa khawatir yang semakin besar. Nadira tahu ini bukan jalan yang benar. Namun, di dalam hatinya, ada suara yang berbisik, memberitahunya bahwa ia tak punya pilihan lain. Ibu-nya harus sembuh, dan jika itu berarti harus mengambil jalan yang gelap, maka ia akan melakukannya. Namun, ia tidak bisa menahan rasa takut yang mulai tumbuh dalam dirinya. Apa yang akan terjadi setelah ini?
Bab 1 menangis di depan ibunya
29/01/2025
Bab 2 Waktu seakan berhenti berputar
29/01/2025
Bab 3 Nadira merasa seperti tubuhnya tergerak sendiri
29/01/2025
Bab 4 Keputusan itu seakan mengikat Nadira dengan kekuatan
29/01/2025
Bab 5 Bayaran yang Lebih Mahal
29/01/2025
Buku lain oleh Farid
Selebihnya