Randi yang selalu di hina dan direndahkan oleh mertuanya. Ternyata memiliki kekayaan yang tak terhitung jumlahnya. Akankah mertua Randi masih menghina menantunya. Setelah mengetahui, seberapa kaya Randi sebenarnya?
PYAAARRRRR........
Terdengar suara pecahan gelas dari dapur.
"Randi..!!!! buruan kesini cepat!!!" teriak Zaskia pada menantunya, yang saat ini masih tertidur di kamarnya.
"Mas, Mas, bangun Mas!!" ucap Jihan seraya menyenggol-nyenggol Randi untuk membangunkanya.
Randi pun sontak membuka matanya sebelum menjawab, "Ada apa Han?" tanyanya pada Jihan, istrinya.
"Mas, Ibu manggil kamu, sepertinya beliau marah-marah," jelas Jihan dengan nada khawatir.
"Ibu manggil aku? baiklah aku akan menemuinya Han," jawab Randi pasrah. Randi sudah terbiasa di bentak-bentak mertuanya karena kurangnya pemasukan, jadi Randi sudah terbiasa.
"Ya sudah, tapi Mas jangan ngelawan Ibu ya, Mas Randi nurut aja yang ibu minta nanti!" saran Jihan pasrah.
"Gak mungkin lah Mas ngelawan Ibu, walaupun Ibu adalah mertua Mas, Mas sudah anggap beliau sebagai orang tua sendiri, jadi mas bakal patuh Han," jawab Randi lembut.
"Randi....!!!! cepat!!!" teriakan Zaskia semakin keras karena tak ada jawaban.
"Iya Bu, saya keluar," Jawab Randi sedikit meninggikan suaranya agar mertuanya itu mendengarnya.
"Ya sudah Han, Mas keluar dulu ya,?? kamu lanjutin tidur dulu saja!" pinta Randi ke Jihan istrinya.
"Iya Mas, hati-hati ya Mas!" pinta Jihan lembut.
Randi hanya menjawab dengan anggukan, sebelum keluar dari kamarnya dan langsung menuju dapur.
"Apa apa Bu?" tanya Randi lembut setelah bertemu mertuanya.
"Eh Randi, apaan ini?" tanya Zaskia dengan nada kasar saat menyodorkan toples yang biasa untuk tempat gula pasir.
Randi pun hanya mengambil toples tersebut sebelum mengerutkan keningnya.
"Maaf Bu, Randi tidak mengetahui kalau gulanya sudah habis," jawab Randi pasrah, 'Ibu kan hanya masalah gula, tidak perlu sampai membanting gelas,' batin Randi seraya menghela nafas panjang.
"Makanya buruan beli gula di warung! Sekalian belikan aku kopi, jangan lupa nanti di buatkan sekalian, harus cepat dan jangan membuatku mengulangi perkataanku lagi!" perintah Zaskia dengan nada suara yang tidak menyenangkan sama sekali.
"Baik Bu," jawab Randi lembut, sebelum ke kamarnya untuk mengambil uang di dompetnya.
"Eh mau kemana kamu Randi? aku menyuruhmu ke warung, bukan kekamar!" teriak Zaskia saat melihat menantunya masuk kamar, dikiranya Randi ingin tidur lagi.
"Ibu, saya mau ambil uang dulu," jawab Randi lembut, karena tidak ingin melawan mertuanya.
"Oh kirain mau apa, tapi cepat jangan membuatku menunggu terlalu lama, huh," ucap Zaskia sinis, sebelum berbalik pergi menuju ruang tengah untuk menonton televisi.
Randi hanya menghela nafas sebelum mengeluarkanya perlahan.
Ceklek...
Randi masuk ke kamarnya, dan ternyata Jihan masih menunggunya.
"Mas Randi, tadi ibu nyuruh apalagi Mas?" tanya Jihan penasaran.
"Cuma minta di beliin gula dan kopi Han, kamu tidur saja dulu, Mas mau ambil uang dan pergi ke warung," jawab Randi lembut.
"Apa?? Itu kan seharusnya menjadi tanggung jawab perempuan Mas, baiklah biar Jihan saja yang ke warung Mas," Ucap Jihan menyarankan.
Jihan juga tidak habis pikir bahwa ibunya akan memerintahkan seorang lelaki untuk pergi kewarung hanya untuk membeli gula pasir.
"Tidak usah Han, nanti malah Ibu makin marah ke aku, kan aku yang di suruh, bukan kamu," jawab Randi lembut, sebelum mengambil uang dari dompetnya yang tipis, karena jarang terisi.
"Mas pakai uang Jihan saja, Ibu tidak akan tahu kok!" pinta Jihan ke Randi.
"Kali ini pakai uang Mas dulu saja Han, lain kali saja pakai uang kamu," jawab Randi tak enak. Masa iya seorang lelaki mengambil uang istrinya.
Walaupun kadang Jihan yang memberikanya, karena memang saat ini Randi tak punya pekerjaan.
Sedangkan Jihan punya pendapatan hasil bernyanyi dari panggung ke panggung.
"Ya sudah Mas beli gula dulu sama kopi, kamu mau nitip apa Han?" tanya Randi melanjutkan.
"Jihan gak nitip apa-apa mas, nitip cintanya Mas saja jangan bagikan ke orang lain, hehehe," jawab Jihan terkekeh.
Dia tahu bahwa suaminya selalu tertekan dengan sikap ibunya. Makanya Jihan selalu berusaha untuk menghibur suaminya tersebut.
Jihan tak punya pilihan lain dan tetap tinggal di rumah ibunya, karena belum mampu mengontrak Rumah, apalagi sampai membelinya.
Apalagi sekarang sedang pandemi, banyak Job yang di batalkan karena tidak mendapatkan ijin untuk mendatangkan kerumunan.
"Dasar istriku ini, iya pasti Mas jaga cinta ini," jawab Randi senang, karena istrinya selalu bisa menghiburnya.
Ini juga termasuk alasan Randi selalu berusaha sabar walaupun mertuanya sangat menjengkelkan.
Setelah mencium kening istrinya, Randi keluar kamar dan bersiap untuk membuka pintu depan rumah.
"Eh Randi, sebentar!" teriak Shaleh, mertua laki-lakinya.
Randi pun menghentikan langkahnya sebelum menoleh, dan menatap mertuanya dengan tatapan sayunya.
"Kalau ke warung sekalian belikan aku rokok, juga cemilan!" perintah Shaleh dengan suara tinggi.
"Tapi uangnya...."
"Kamu kan bisa ngutang dulu, dan bayar setelah kamu memilki uang? Ingatlah! Kamu disini hanya menumpang, jadi anggap saja sebagai biaya tinggal," cerocos Shaleh bahkan sebelum Randi sempat menjawabnya.
"Baiklah Pak," jawab Randi ramah, dan selalu berusaha tenang karena tidak ingin ribut.
"Eh Mas Randi, mau kemana? Aku nitip belikan Mie Goreng ya!" perintah datang dari Johan, saudara kembarnya Jihan, tapi laki-laki.
"Lalu uangnya...."
"Sudahlah cepat belikan saja Mas, jangan pelit sama adek sendiri!" potong Johan langsung. Sebelum Randi sempat menjelaskan, bahwa uangnya tidak cukup.
Jihan yang diam-diam mengamati, tidak tega melihat suaminya yang selalu di manfaatkan oleh keluarganya.
Tapi Jihan juga tidak bisa membantu, karena dirinya juga takut berdosa bila melawan orang tua.
Randi hanya menghela nafas panjang sebelum membuka pintu depan dan keluar menuju warung Bu Susi.
---
"Bu, Mau beli Gula pasir setengah kilo, dan kopi hitam satu ons!" ucap Randi setelah masuk ke warung dan bertemu dengan Bu Susi.
"Oh iya Mas Randi, sebentar," Bu Susi langsung menyiapkan pesanan Randi, karena warung sedang sepi.
"Ini Mas Randi, semuanya menjadi 12 ribu," ucap Bu Susi seraya menyerahkan pesanan Randi.
"Iya terimakasih Bu," jawab Randi seraya menerima pesananya dan membayar dengan uang 15 ribu.
"Bu, maaf sebelumnya. Tapi apakah saya boleh ngutang cemilan, rokok dan mie goreng, lebih dulu? Kalau sudah ada uangnya, nanti akan saya bayar Bu," tambah Randi mencoba meyakinkan.
Padahal, dirinya juga tidak tahu kapan dia akan punya uang untuk membayar hutang.
"Apa?" seru Bu Susi kaget, "Maaf Mas Randi, bukan masalah boleh atau tidaknya, tapi kapan mas Randi akan membayar, sedangkan saat ini saja Mas Randi tidak punya pekerjaan. Mohon jangan tersinggung ya Mas, saya hanya tidak ingin merugi,." tambah Bu Susi menjelaskan.
"Bu, pasti saya akan bayar secepatnya kok, saya minta tolong banget Bu, bantu saya ya sekali ini saja!" pinta Randi sedikit memohon saat telapak tanganya di satukan.
Susi yang melihat adegan di depanya, sunguh jadi merasa tidak enak. Lagi pula Randi adalah tetangga barunya setelah menikah dengan Jihan. Jadi tidak mungkin Susi akan tega melihat tetangga baru seperti ini.
"Jangan seperti itu Mas Randi! Baiklah saya akan memberikan utang, tapi jangan lama-lama bayarnya ya, solanya untuk jualan hasilnya juga tidak menentu," ucap Susi setelah mempertimbangkan.
Karena merasa tidak enak, setelah melihat ketulusan Randi yang memohon.
Setelah itu, Susi memberikan hutang rokok, cemilan, dan mie goreng untuk Randi. Randi berucap terimakasih berulang-ulang pada Susi, sebelum pergi meninggalkan warung.
"Bu Susi, berapa hutang Mas Randi? saya yang akan membayarnya," suara seseorang yang sangat familiar terdengar. Saat Susi hendak menghitung untung dari hasil jualanya hari ini.
Mendengar suara yang familiar, Susi langsung mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Sebelum di kagetkan dengan kedatangan seorang wanita cantik, yang sedang berdiri di hadapanya.
Bab 1 Ngutang
02/01/2024
Bab 2 Istri pengertian
02/01/2024
Bab 3 Bikin khawatir
02/01/2024
Bab 4 Pov Jihan
02/01/2024
Bab 5 Pov Jihan
02/01/2024
Bab 6 Pov Randi
02/01/2024
Bab 7 Pov Sholeh
03/01/2024
Bab 8 Pov Elisa
09/01/2024
Bab 9 Pov Elisa
10/01/2024
Bab 10 Pov Sholeh
15/01/2024
Bab 11 Pov Sholeh
15/01/2024
Bab 12 Pov Haji
15/01/2024
Bab 13 Pov Jihan
15/01/2024
Bab 14 Pov Jihan
15/01/2024
Bab 15 Pov Jihan
15/01/2024
Bab 16 Pov Nico
15/01/2024
Bab 17 Pov Myta
15/01/2024
Bab 18 Pov Jihan
15/01/2024
Bab 19 Pov Randi
26/01/2024
Bab 20 Pov Jihan
27/01/2024
Bab 21 Pov Jihan
28/01/2024
Bab 22 Pov Jihan
29/01/2024
Bab 23 Pov Elisa
30/01/2024
Bab 24 Pov Randi
31/01/2024
Bab 25 Pov Randi
01/02/2024
Bab 26 Pov Jihan
02/02/2024
Bab 27 Pov Randi
03/02/2024
Bab 28 Pov Randi
04/02/2024
Bab 29 Pov Randi
05/02/2024
Bab 30 Pov Randi
06/02/2024
Bab 31 Pov Johan
07/02/2024
Bab 32 Pov Johan
08/02/2024
Bab 33 Pov Randi
09/02/2024
Bab 34 Pov Randi
10/02/2024
Bab 35 Pov Randi
11/02/2024
Bab 36 Pov Autor
12/02/2024
Bab 37 Pov Autor
13/02/2024
Bab 38 Pov Randi
14/02/2024
Bab 39 Pov Jihan
15/02/2024
Bab 40 Pov Autor
16/02/2024
Buku lain oleh Safakr64
Selebihnya