Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Menantu Hina Ternyata Kaya Raya

Menantu Hina Ternyata Kaya Raya

Safakr64

5.0
Komentar
1.8K
Penayangan
56
Bab

Randi yang selalu di hina dan direndahkan oleh mertuanya. Ternyata memiliki kekayaan yang tak terhitung jumlahnya. Akankah mertua Randi masih menghina menantunya. Setelah mengetahui, seberapa kaya Randi sebenarnya?

Bab 1 Ngutang

PYAAARRRRR........

Terdengar suara pecahan gelas dari dapur.

"Randi..!!!! buruan kesini cepat!!!" teriak Zaskia pada menantunya, yang saat ini masih tertidur di kamarnya.

"Mas, Mas, bangun Mas!!" ucap Jihan seraya menyenggol-nyenggol Randi untuk membangunkanya.

Randi pun sontak membuka matanya sebelum menjawab, "Ada apa Han?" tanyanya pada Jihan, istrinya.

"Mas, Ibu manggil kamu, sepertinya beliau marah-marah," jelas Jihan dengan nada khawatir.

"Ibu manggil aku? baiklah aku akan menemuinya Han," jawab Randi pasrah. Randi sudah terbiasa di bentak-bentak mertuanya karena kurangnya pemasukan, jadi Randi sudah terbiasa.

"Ya sudah, tapi Mas jangan ngelawan Ibu ya, Mas Randi nurut aja yang ibu minta nanti!" saran Jihan pasrah.

"Gak mungkin lah Mas ngelawan Ibu, walaupun Ibu adalah mertua Mas, Mas sudah anggap beliau sebagai orang tua sendiri, jadi mas bakal patuh Han," jawab Randi lembut.

"Randi....!!!! cepat!!!" teriakan Zaskia semakin keras karena tak ada jawaban.

"Iya Bu, saya keluar," Jawab Randi sedikit meninggikan suaranya agar mertuanya itu mendengarnya.

"Ya sudah Han, Mas keluar dulu ya,?? kamu lanjutin tidur dulu saja!" pinta Randi ke Jihan istrinya.

"Iya Mas, hati-hati ya Mas!" pinta Jihan lembut.

Randi hanya menjawab dengan anggukan, sebelum keluar dari kamarnya dan langsung menuju dapur.

"Apa apa Bu?" tanya Randi lembut setelah bertemu mertuanya.

"Eh Randi, apaan ini?" tanya Zaskia dengan nada kasar saat menyodorkan toples yang biasa untuk tempat gula pasir.

Randi pun hanya mengambil toples tersebut sebelum mengerutkan keningnya.

"Maaf Bu, Randi tidak mengetahui kalau gulanya sudah habis," jawab Randi pasrah, 'Ibu kan hanya masalah gula, tidak perlu sampai membanting gelas,' batin Randi seraya menghela nafas panjang.

"Makanya buruan beli gula di warung! Sekalian belikan aku kopi, jangan lupa nanti di buatkan sekalian, harus cepat dan jangan membuatku mengulangi perkataanku lagi!" perintah Zaskia dengan nada suara yang tidak menyenangkan sama sekali.

"Baik Bu," jawab Randi lembut, sebelum ke kamarnya untuk mengambil uang di dompetnya.

"Eh mau kemana kamu Randi? aku menyuruhmu ke warung, bukan kekamar!" teriak Zaskia saat melihat menantunya masuk kamar, dikiranya Randi ingin tidur lagi.

"Ibu, saya mau ambil uang dulu," jawab Randi lembut, karena tidak ingin melawan mertuanya.

"Oh kirain mau apa, tapi cepat jangan membuatku menunggu terlalu lama, huh," ucap Zaskia sinis, sebelum berbalik pergi menuju ruang tengah untuk menonton televisi.

Randi hanya menghela nafas sebelum mengeluarkanya perlahan.

Ceklek...

Randi masuk ke kamarnya, dan ternyata Jihan masih menunggunya.

"Mas Randi, tadi ibu nyuruh apalagi Mas?" tanya Jihan penasaran.

"Cuma minta di beliin gula dan kopi Han, kamu tidur saja dulu, Mas mau ambil uang dan pergi ke warung," jawab Randi lembut.

"Apa?? Itu kan seharusnya menjadi tanggung jawab perempuan Mas, baiklah biar Jihan saja yang ke warung Mas," Ucap Jihan menyarankan.

Jihan juga tidak habis pikir bahwa ibunya akan memerintahkan seorang lelaki untuk pergi kewarung hanya untuk membeli gula pasir.

"Tidak usah Han, nanti malah Ibu makin marah ke aku, kan aku yang di suruh, bukan kamu," jawab Randi lembut, sebelum mengambil uang dari dompetnya yang tipis, karena jarang terisi.

"Mas pakai uang Jihan saja, Ibu tidak akan tahu kok!" pinta Jihan ke Randi.

"Kali ini pakai uang Mas dulu saja Han, lain kali saja pakai uang kamu," jawab Randi tak enak. Masa iya seorang lelaki mengambil uang istrinya.

Walaupun kadang Jihan yang memberikanya, karena memang saat ini Randi tak punya pekerjaan.

Sedangkan Jihan punya pendapatan hasil bernyanyi dari panggung ke panggung.

"Ya sudah Mas beli gula dulu sama kopi, kamu mau nitip apa Han?" tanya Randi melanjutkan.

"Jihan gak nitip apa-apa mas, nitip cintanya Mas saja jangan bagikan ke orang lain, hehehe," jawab Jihan terkekeh.

Dia tahu bahwa suaminya selalu tertekan dengan sikap ibunya. Makanya Jihan selalu berusaha untuk menghibur suaminya tersebut.

Jihan tak punya pilihan lain dan tetap tinggal di rumah ibunya, karena belum mampu mengontrak Rumah, apalagi sampai membelinya.

Apalagi sekarang sedang pandemi, banyak Job yang di batalkan karena tidak mendapatkan ijin untuk mendatangkan kerumunan.

"Dasar istriku ini, iya pasti Mas jaga cinta ini," jawab Randi senang, karena istrinya selalu bisa menghiburnya.

Ini juga termasuk alasan Randi selalu berusaha sabar walaupun mertuanya sangat menjengkelkan.

Setelah mencium kening istrinya, Randi keluar kamar dan bersiap untuk membuka pintu depan rumah.

"Eh Randi, sebentar!" teriak Shaleh, mertua laki-lakinya.

Randi pun menghentikan langkahnya sebelum menoleh, dan menatap mertuanya dengan tatapan sayunya.

"Kalau ke warung sekalian belikan aku rokok, juga cemilan!" perintah Shaleh dengan suara tinggi.

"Tapi uangnya...."

"Kamu kan bisa ngutang dulu, dan bayar setelah kamu memilki uang? Ingatlah! Kamu disini hanya menumpang, jadi anggap saja sebagai biaya tinggal," cerocos Shaleh bahkan sebelum Randi sempat menjawabnya.

"Baiklah Pak," jawab Randi ramah, dan selalu berusaha tenang karena tidak ingin ribut.

"Eh Mas Randi, mau kemana? Aku nitip belikan Mie Goreng ya!" perintah datang dari Johan, saudara kembarnya Jihan, tapi laki-laki.

"Lalu uangnya...."

"Sudahlah cepat belikan saja Mas, jangan pelit sama adek sendiri!" potong Johan langsung. Sebelum Randi sempat menjelaskan, bahwa uangnya tidak cukup.

Jihan yang diam-diam mengamati, tidak tega melihat suaminya yang selalu di manfaatkan oleh keluarganya.

Tapi Jihan juga tidak bisa membantu, karena dirinya juga takut berdosa bila melawan orang tua.

Randi hanya menghela nafas panjang sebelum membuka pintu depan dan keluar menuju warung Bu Susi.

---

"Bu, Mau beli Gula pasir setengah kilo, dan kopi hitam satu ons!" ucap Randi setelah masuk ke warung dan bertemu dengan Bu Susi.

"Oh iya Mas Randi, sebentar," Bu Susi langsung menyiapkan pesanan Randi, karena warung sedang sepi.

"Ini Mas Randi, semuanya menjadi 12 ribu," ucap Bu Susi seraya menyerahkan pesanan Randi.

"Iya terimakasih Bu," jawab Randi seraya menerima pesananya dan membayar dengan uang 15 ribu.

"Bu, maaf sebelumnya. Tapi apakah saya boleh ngutang cemilan, rokok dan mie goreng, lebih dulu? Kalau sudah ada uangnya, nanti akan saya bayar Bu," tambah Randi mencoba meyakinkan.

Padahal, dirinya juga tidak tahu kapan dia akan punya uang untuk membayar hutang.

"Apa?" seru Bu Susi kaget, "Maaf Mas Randi, bukan masalah boleh atau tidaknya, tapi kapan mas Randi akan membayar, sedangkan saat ini saja Mas Randi tidak punya pekerjaan. Mohon jangan tersinggung ya Mas, saya hanya tidak ingin merugi,." tambah Bu Susi menjelaskan.

"Bu, pasti saya akan bayar secepatnya kok, saya minta tolong banget Bu, bantu saya ya sekali ini saja!" pinta Randi sedikit memohon saat telapak tanganya di satukan.

Susi yang melihat adegan di depanya, sunguh jadi merasa tidak enak. Lagi pula Randi adalah tetangga barunya setelah menikah dengan Jihan. Jadi tidak mungkin Susi akan tega melihat tetangga baru seperti ini.

"Jangan seperti itu Mas Randi! Baiklah saya akan memberikan utang, tapi jangan lama-lama bayarnya ya, solanya untuk jualan hasilnya juga tidak menentu," ucap Susi setelah mempertimbangkan.

Karena merasa tidak enak, setelah melihat ketulusan Randi yang memohon.

Setelah itu, Susi memberikan hutang rokok, cemilan, dan mie goreng untuk Randi. Randi berucap terimakasih berulang-ulang pada Susi, sebelum pergi meninggalkan warung.

"Bu Susi, berapa hutang Mas Randi? saya yang akan membayarnya," suara seseorang yang sangat familiar terdengar. Saat Susi hendak menghitung untung dari hasil jualanya hari ini.

Mendengar suara yang familiar, Susi langsung mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. Sebelum di kagetkan dengan kedatangan seorang wanita cantik, yang sedang berdiri di hadapanya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Safakr64

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku