Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Surgaku Yang Hilang

Surgaku Yang Hilang

Desi Diah Pangesti

5.0
Komentar
5.9K
Penayangan
52
Bab

Kebahagiaan yang tujuh tahun ini selalu mengitari dirinya kini telah sirna dalam sekejap mata. Sosok yang selama ini ia banggakan dan agungkan telah menancapkan duri tajam. Menusuk relung hati hatinya yang paling dalam. "Kenapa Mas tega melakukan ini padaku? Apa salahku, Mas? Apa?!" pertanyaan beruntun keluar dari perempuan beranak satu sembari terisak-isak dalam tangisnya. Jilbab navy menjulur ke dadanya kini telah basah. Ia berusaha mengusap kedua pipinya karena air mata yang terus mengalir deras tanpa henti. Kehidupannya kini terasa begitu suram. Dadanya sangat sesak, matanya sembab dengan lutut yang sudah bergetar hebat hingga tak mampu lagi untuk menopang badannya. Apa perempuan itu masih bisa mengulas senyuman di bibirnya setelah sang suami merenggut segala kemanisan yang selama ini telah mereka bina?

Bab 1 Tertampar Kenyataan

Setelah menunaikan ibadah solat isya, Siska mengadahkan kedua tangannya, memohon kepada Allah SWT. Agar selalu menjaga suami tercintanya saat berada dimana saja.

Suaminya adalah seroang lelaki berambut hitam lekat dengan perawakannya yang tinggi. Wajah berseri, mata kecoklatan dengan hindung mancung, serta ditambah dengan rahang yang ditumbuhi dengan bulu-bulu halus yang nyaris menyamai pangeran dari negeri Arab.

Ia adalah sosok laki-laki yang bertanggung jawab dan penyayang dalam keluarga, serta taat beribadah.

Sekalipun ia tak pernah alpa untuk membahagiakan Siska, lahir, dan batin. Bagaimana Siska tak semakin cinta pada suaminya jika semua sikap manis dan perhatiannya membuat hati Siska seakan di tumbuhi bunga-bunga yang disirami air surga?

Setiap pagi suaminya itu selalu memberikan senyum manis dan pelukan hangat untuk Siska.

Namun, sudah empat hari ini suaminya belum pulang ke rumah karena pergi keluar kota, ada beberapa urusan kantor yang harus suaminya kerjakan dan terpaksa meninggalkan istri dan putri kecilnya yang baru berusia tiga tahun di rumah.

Siska meremas mukenahnya sembari menahan buliran air yang ingin keluar dari kedua kelopak matanya. Tak dapat dipungkiri, ia sangat merindukan sosok suaminya itu.

Ia duduk diatas kasur seraya memandang wajah lugu dan manis putri kesayangannya yang bernama Aqila, lalu mengecup perlahan pipi chubby Aqila dan tersenyum.

Putri kecilnya itu memang memiliki wajah yang sangat mirip dengan ayahnya, hingga tiap kali Siska merindukan suaminya ia akan memandang dan mengecup pipi putrinya itu.

"Mas, kamu kapan pulang?" gumam Siska lirih, lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja dekat lampu duduk.

Ia hanya memastikan ada pesan atau tidak dari suaminya itu, karena tidak ada ia pun memutuskan untuk pergi ke dapur, membuka lemari pendingin dan menuangkan air dingin ke dalam gelas kaca dengan gagang kecil di bawahnya.

Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.

'Ceklek.'

Terdengar suara pintu terbuka, Siska melihat suaminya membawa koper dan masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum," ucap Ilham, suami Siska yang baru saja kembali dari luar kota.

Seketika senyum Siska merekah lebar, ia sangat bahagia. Akhirnya suaminya sudah kembali, ia pun segera mengampiri suaminya itu. Mengecup punggung tangan Ilham dan menghamburkan tubuhnya ke pelukan Ilham.

"Mas, lama banget si," ucap Siska dengan suara manja.

Ilham tertawa ringan sembari membelai kepala istrinya.

"Iya sayang, maaf. Kan Mas kerja begini juga demi kamu sama Qila," balas Ilham, lalu tersenyum memandang wajah manis istrinya.

"Bagaimana kabar, Mas? Apa urusannya lancar?"

"Alhamdulillah lancar," balas Ilham dan diiringi dengan senyuman.

"Mas kelihatan sangat tampan sekali, abis cukur ya, Mas?" tanya Siska sembari menatap wajah suaminya dan masi diiringi dengan senyum.

"Uhm, i-iya," jawab Ilham, namun dengan nada sedikit bergetar.

Ilham melepaskan pelukannya dan kini tatapannya berubah sedikit canggung, lalu ia pun menundukkan kepalanya.

Jelas saja Siska merasa heran dengan sikap suaminya yang tiba-tiba berubah.

"Mas!" panggil Siska dengan suara lembutnya, tetapi tidak ada jawaban dari Ilham. Sehingga membuat Siska sedikit merasa khawatir dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan suaminya itu.

"Mas! Ada apa?" tanya Siska seraya menguncang lirih pundak Ilham.

Kini barulah Ilham kembali mengangkat kepalanya dan memandang Siska dengan tatapan bersalah. Membuat Siska sedikit mengernyitkan dahinya dan menatap Ilham dengan terheran-heran.

"Mas, ngomong dong! Jangan bikin orang bingung!"

Ilham mencoba menenangkan hatinya sejenak, mengirup napas dalam-dalam sembari memejamkan kedua matanya lalu menghembuskannya dengan perlahan.

Kedua tangan Ilham kini telah memegang kedua tangan Siska dengan lembut, lalu mengecupnya perlahan.

"Sebelumnya Mas mau minta maaf ya sama kamu," ucap Ilham dengan nada yang sangat lirih.

Siska merasa tenggorokannya seperti ada yang mencekik dengan sangat kuat, hingga ia kesulitan untuk menelan tali safinya. Ia tau pasti ada hal buruk yang kini telah terjadi, tiba-tiba air matanya menetes tanpa ia tahu apa penyebabnya.

"Sebenarnya ada apa, Mas? Tolong katakan!"

"Ehm, anu Sayang, aku ingin bicara," kata Ilham sambil menuntun tangan Siska menuju kursi ruang tamu. Siska yang dituntun seperti itu mengikuti namun dalam hatinya mulai berdesir tak nyaman.

"Mas mau bicara sama Siska, tapi Mas mohon agar Siska tidak terburu-buru marah dan emosi dulu ya!"

"Apa sih, Mas? Bilang aja! Jangan bikin mati penasaran deh, mau bicara kabar baik atau kabar buruk sih?"

"A-anu." Ilham tampak sangat ragu-ragu.

"Mas..." Siska menunggu kalimat Ilham yang terjeda tadi.

"Kamu percaya sama Mas engga, kalau semua yang Mas lakuin itu demi kebaikan keluarga kita? Mas yakin kamu istri terbaik yang Allah kasih dan Mas akan selalu mencintaimu, Sayang."

"Apa sih, jangan bertele-tele!" ucap Siska dengan perasaan yang tidak karuan, tanpa bisa ia bendung lagi air matanya kembali mengalir membasahi pipi.

Terdengar suara langkah kaki yang sedang mengenakan high heels.

"Siapa itu, Mas?"

Orang yang ditanya Siska hanya menunduk dalam. Ia menguncang-guncang lengan Ilham agar segera menjawab pertanyaannya. Ia paham sesuatu tidak baik telah terjadi, sebuah bencana atau entahlah. Siska terus bertanya-tanya dan air matanya kian menderas hingga bayangan wanita itu hadir sempurna di depan pintu utama.

Mengenakan gamis berwarna armi dengan jilbab menjulur ke depan. Wanita itu menunduk tak sedikit pun menatap ke arah Siska.

"Kamu siapa?" tanya Siska dengan suara yang hampir tercekat.

Wanita itu tidak menjawab dan tetap menunduk sambil meremas gamisnya.

"Dia siapa, Mas?" Intonasi Siska seketika meninggi.

"Nabila, istriku."

Seketika pendengaran di telinga Siska menghilang, semunya bening. Ia bak tersambar pentir di siang bolong, semuanya hening, hanya hembusan angin yang dapat Siska tangkap sejenak. Ia menatap wajah wanita cantik itu, ya, Siska memastikan dirinya tidak bermimpi.

Kini dadanya terasa sangat sesak hingga membuatnya kesulitan untuk bernapas. Ia memadang wajah suaminya yang kini sedang menatap dirinya dengan mata nanar.

"Mas, yang benar saja? Ini hanya mimpi, kan?" tanya Siska lirih, energinya terkuras habis hingga membuatnya sangat lemas dan tersungkur ke lantai.

"Ini kenyataan Siska, bukan mimpi," ujar Ilham dengan tegas.

Membuat hati Siska seperti tercabik-cabik dan ia menjadi sangat lemah, lalu terisak dalam tangisnya yang sudah tak sanggup untuk ia tahan.

"Sebenernya aku sudah sampai ke rumah sehari yang lalu, tapi di jalan ada suatu musibah. Aku tak sengaja menabrak seorang kyai di pondok besar yang sedang berdiri di pinggir jalan di dekat dengan pondoknya," ucap Ilham terhenti sejenak lalu menarik napasnya, ia mencoba untuk merilekskan pikirannya dulu sebelum menceritakan semua kejadian yang telah menimpanya kemarin pagi.

"Lalu Kyai itu tidak terima dan memintamu untuk menikahi wanita itu? Wanita itu anak seorang Kyai?" tanya Siska dengan nada tinggi sembari masih terisak-isak.

"Kyai itu adalah guru besar di pondok yang telah lama ia besarkan, ia hanya ingin melihat putrinya segera menikah sebelum Allah mengambil nyawanya. Keadaanya kemarin sangat kritis, aku merasa sangat bersalah, karena aku lah yang menyebabkannya menjadi seperti itu, Siska" jelas Ilham dan menatap Siska dengan penuh rasa bersalah.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
Surgaku Yang Hilang
1

Bab 1 Tertampar Kenyataan

11/11/2023

2

Bab 2 Tidak Ihklas

11/11/2023

3

Bab 3 Kepiluan

11/11/2023

4

Bab 4 Putus Asa

11/11/2023

5

Bab 5 Minta Cerai

11/11/2023

6

Bab 6 Berbadan Dua

11/11/2023

7

Bab 7 Perdebatan Hebat

11/11/2023

8

Bab 8 Ingin Pergi Ke Rumah Bapak

11/11/2023

9

Bab 9 Mencari Ketenangan

11/11/2023

10

Bab 10 Keluar Dari Rumah

16/11/2023

11

Bab 11 Kehilangan Kandungan

02/12/2023

12

Bab 12 Kecemasan Dan Was-was

02/12/2023

13

Bab 13 Menjelaskan Pada Ibu Dan Bapak

02/12/2023

14

Bab 14 Kecewa

02/12/2023

15

Bab 15 Lebih Sakit Luka Yang Kau Beri

02/12/2023

16

Bab 16 Jangan Merayu!

02/12/2023

17

Bab 17 Masuk Rumah Sakit

02/12/2023

18

Bab 18 Siska Atau Nabila

02/12/2023

19

Bab 19 Aqila Malang

02/12/2023

20

Bab 20 Kesayangan Bunda

02/12/2023

21

Bab 21 Datang Bersama Madu

09/12/2023

22

Bab 22 Meluapkan Emosi

11/12/2023

23

Bab 23 Pendarahan

18/12/2023

24

Bab 24 Butuh Dua Kantung Darah

19/12/2023

25

Bab 25 Nabila Membuat Ilham Marah Besar

20/12/2023

26

Bab 26 Mendapatkan Donor Darah

21/12/2023

27

Bab 27 Suara Hati Nabila

22/12/2023

28

Bab 28 Berhasil Melewati Masa Kritis

23/12/2023

29

Bab 29 Kebimbangan Ilham

24/12/2023

30

Bab 30 Nabila Keterlaluan

25/12/2023

31

Bab 31 Akhirnya Sikapnya Terlihat

26/12/2023

32

Bab 32 Selamat Tinggal Sayang

27/12/2023

33

Bab 33 Kunci Ketenangan Hati

28/12/2023

34

Bab 34 Mengambil Keputusan

29/12/2023

35

Bab 35 Nasib Baik Yang Tidak Berpihak

30/12/2023

36

Bab 36 Usaha Membujuk Siska

31/12/2023

37

Bab 37 Membesuk Bapak

01/01/2024

38

Bab 38 Terlalu Percaya Diri Itu Tidak Bagus

02/12/2024

39

Bab 39 Kebijaksanaan

03/01/2024

40

Bab 40 Mengingat Kejadian Lalu

04/01/2024