Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Dia Yang Kupinta
5.0
Komentar
71
Penayangan
5
Bab

Ayah tenang saja, aku baik-baik saja Ayah, cukup tinggalkan aku dan biarkan aku istirahat." Hanya membutuhkan beberapa waktu setelah Ian mengatakan itu, langsung terjadi hal yang tak disukai oleh Ian, yaitu mendengar ayannya terus mengoceh,bsejatunua Ian pergi dan pulang tepat waktu, tetapi sekarang Ian malah keluyuran sepanjang malam. "Ayah sudahlah, jangan terlalu banyak bicara, aku rasa ayah terlalu berlebih-lebihan," kata Ian dengan kesal  pada sant Ayah. "Apa kau bilang? Kau bilang aku berlebihan? Kau tahu tidak bahwa kau adalah aset aset ayah dan tidak akan kubiarkan orang lain menyakiti hati putraku." "Sudahlah Ayah, jangan cemaskan tentang masalah hari ini karena aku hanya ingin beristirahat saja, tolong tinggalkan aku ayah," ucap Ian dengan tenang tetapi dengan nada mengeluh, terlihat kecemasan di kedua kelopak mata James, sementara Liam yang berdiri di belakang ayahnya hanya menepuk bahu sang ayah dan berjanji akan mengatakan semuanya pada James jika James ingin meninggalkan Ian. "Tenang saja Ayah, aku akan mengatakan semuanya pada Ayah, semua yang Ayah ingin tahu tentang apa yang terjadi pada adikku," ucap Liam yang kemudian membuat James berbalik kepada sang anak. "Benarkah kau akan mengatakan semuanya, padaku putraku?"  tanya James lagi pada Liam dan Liam hanya menjawab dengan anggukan. Maka berdirilah James dan mereka saling bertatap tetapi James masih ingin berada di sana. Karena Liam merasa bahwa adiknya merasa tidak nyaman karena ayahnya yang masih ada di kamarnya maka Liam memaksa sang ayah untuk keluar dari sana. "Aku akan menceritakan semuanya pada ayah hanya saja jika Ayah ingin keluar dari sini bersamaku," ucap Liam yang membuat James kemudian terbujuk untuk ikut bersama sang putra sulung.

Bab 1 Keluar

Setelah Chyntia keluar dari sana, keluar dari kamar hotel milik Devino Milano Rogers, terlihat Devino menutup pintunya lalu dia menengok ke arah jendela dan menatap ke arah luar, tak lama setelahnya Devino melihat Chyntia yang terlihat berjalan ke arah jalan yang sepi kendaraan, memang kota kecil itu cukup sepi akan kendaraan.

Matanya memandang keluar melalui jendela dan menatap akan menjauhnya langkah kaki garis yang bernama Chyntia sang gadis bermata cerah. Sebenarnya Devino sebelumnya ingin mengantar Chyntia untuk pulang tetapi Devino ingin melihat bagaimana reaksi Chyntia saat Devino mengatakan bahwa pria ini menyuruhnya untuk pulang dan gadis ini cukup mengejutkan baginya. Cynthia ingin pulang tetapi dia ingin sendiri, dan saat itu Devino cukup takjub pada gadis ini. Karena tidak hanya wajahnya yang bisa dicintai tetapi luka dan kemandirian Chyntia yang begitu menakjubkan membuat Devino cukup jatuh cinta pada Chyntia.

Devina mengatakan bahwa dia tengah sibuk pada Sintia sebelum gadis itu pulang dan pergi dari sana tapi nyatanya tak ada kesibukan sama sekali yang bisa menahan sosok devino Milano Rogers di kota kecil itu. Devino kini lebih memilih untuk menyandarkan tubuhnya di atas sofa dan menikmati segelas wine dan tak lama setelahnya, seorang pelayan hotel masuk dan membersihkan stik yang dijatuhkan oleh Devino

Semalam saat dia kesal pada Chyntia.

"Apa kau berasal dari kota ini, maksudku kau asli di sini pelayan?" tanta Devino pada pelayan laki-laki muda itu dan si pelayan terlihat hanya fokus dan tak menjawab pertanyaan sang Rogers yang kemudian membuat Devino merasa kesal. Kembali Devino berkata, "Apa kau tuli pelayan?" Sedikit tegas dengan kening yang mengernyit.

"Mohon maaf Tuan, tetapi kami para pelayan dilarang untuk berbicara dengan para tamu hotel," kata pelayan itu dan membuat Devino merasa sedikit geram karena baru pertama kalinya dalam pengalaman seumur hidupnya dia menemukan hotel dengan pelayanan seperti itu.

"Lalu, pelayanan seperti apa yang kau berikan pada para tamu pelayan? Aku ingin mengetahui banyak hal tentang kota ini tetapi kau malah menjawab seperti itu astaga bagaimana bisa seorang pelayan tidak diizinkan untuk berbicara dengan para tamu hotel?" kata Devino dengan tegas dan matanya yang menatap itu selalu tajam membuat pelan itu terlihat gugup.

"Ma ... Maaf Tuan, tetapi Anda sebaiknya mengatakan keluhan Anda itu semua pada atasan kami," kata pelayan itu dengan sedikit gugup dan gagap. Hal itu membuat Devina Milano Rogers merasa heran tentunya.

"Maka bawa aku pada atasan mu!" Devino berdiri dari duduknya dan pelayan itu juga berdiri setelah berlutut di atas di lantai karena membersihkan pecahan-pecahan piring dan juga steak yang terhampar di atas lantai.

Pelayan itu tampak ragu tetapi Devino tampak mengintimidasi dan memang dia dikenal dan diketahui bahwa Devino datang ke kota kecil itu hanya untuk seorang gadis Davis saja.

"Pelayan?" Hampir habis kesabaran Devino karena si pelayan terlalu lambat dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh Devino.

"Baiklah Tuan, aku akan berbicara dengan atasanku terlebih dahulu."

"Tidak usah, antar saja aku ke Tuan mu itu!" Balas Devino tetapi pelayan itu kembali diam dan membuat Devino naik pitam. "Ada apa denganmu pelayan? Kenapa kau diam saat aku bicara padamu?"

Karena terkejut pelayan itu terhentak dan membuat pelayan ini mau tidak mau harus mengantar Devino menuju atasannya yang tidak lain adalah seorang pria setengah baya yang ternyata adalah teman baik James. Dan rupa-rupanya mereka sudah bersekongkol agar tak ada satu pun di hotel itu yang ingin dan akan berbicara pada Devino karena semua orang di kota itu dan di hotel itu tahu betul siapa pria seperti James ini dan seberapa buruk pria tua ini. Jangan sampai Devino bertanya tentang James dan jangan sampai ada sesuatu dan seorang pelayan yang membicarakan semuanya bahwa ada hal yang disembunyikan oleh seluruh kota itu tentang Chyntia yang tidak seharusnya diketahui oleh Devino

"Oh Tuan Devino Milano Rogers, astaga kau tumbuh besar sekarang, kau tahu bahwa aku kenal betul dengan ayahmu dan aku pernah berdagang dengan kakekmu dahulu," ujar pria tua ini setidaknya sedikit lebih tua dari James mendengar itu Devino tampak mengerenyet dan heran.

"Aku kemari untuk berbicara denganmu tentang pelayanan yang tidak aku sukai di hotel ini," ucap Devino, dia duduk di hadapan meja pribadi milik si pria tua, dan kembali dia berbicara, "Bukan berbicara tentang bagaimana kau kenal ayahku atau pun kakekku dan pernah berdagang bersama mereka, dan asal kau tahu, aku tidak peduli seberapa kau kenal dengan keluarga ku, dan aku sama sekali tidak membuang waktu untuk peduli dengan hal itu!" Kata Devina udah membuat pria yang ada di hadapannya tampak sangat tersinggung. Dan pria ini berusaha untuk membujuk Devino agar tak kesal apalagi marah.

"Baiklah Tuan silakan katakan apa yang membuat Anda datang padaku, dan apa yang mungkin Tuan kesal kan terhadap pelayanan yang diberikan oleh para pelayan kami, tolong jangan terlalu menekan kami untuk melayani Tuan dengan apa yang Tuan inginkan karena itu bukan gaya dari hotel kami," jelas dari pria tua ini. Lalu dia lanjutkan ucapannya yang berkata, "Aku rasa jika mungkin soal pelayanan maka itu semua tidak ada masalah bukan begitu Tuan?"

"Apa maksudmu tidak ada masalah,.justru aku di sini karena ada masalah, tentu aku merasa bahwa ada masalah, katakan kenapa kau tidak mengizinkan para pelayanmu untuk bicara pada penghuni hotel?" tanya Devino dengan nada suara yang sedikit tenang, sebenarnya dia hanya tidak nyaman saat ini lalu ia ingin tahu kenapa hotel ini begitu tertutup padanya.

"Maafkan kami Tuan, tapi itu adalah urusan kami dan Anda tak bisa menanyakan hal itu karena itu sudah menjadi kebijakan dari hotel kami," kata si pria setengah bahaya atau mungkin memang sudah sangat tua tetapi memiliki wajah yang masih cukup terbilang muda atau bisa dikatakan masih setengah baya. Dia mungkin berusia lima puluhan tahun tapi wajahnya terlihat sekitar empat puluhan tahun, entahlah.

"Kalau begitu aku pindah saja dari hotel ini dan aku akan tuntut karena pelayanan yang buruk!" Kini Devino berkata dengan tegas, dia sudah cukup sabar menahan rasa kesalnya dan dia sudah cukup sabar menahan rasa kesalnya dan sampai sekarang rasa kesal itu tak bisa lagi ditahannya.

"Apa maksud anda Tuan? Kenapa Anda ingin menuntut kami hanya karena kebijakan yang kami terapkan di hotel ini membuat Anda keberatan?" Protes pria tua ini yang melakukan proses kembali dan devino dia menjawab bahwa di hotel itu sama sekali tak ada peringatan untuknya bahwa pelayan dilarang untuk bicara pada penghuni hotel, seandainya Devino tahu maka dia akan pindah sejak awal dan tak memilih hotel itu.

"Dengar, di hotel ini tak ada sama sekali sebuah peringatan bahwa para pelayan tak bisa bicara dengan penghuni hotel dan aku tidak tahu soal itu, maka aku berhak untuk menuntut!" Devino yang masih membalas ucapan pria itu atau pria pemilik hotel ini yang wajahnya tampak panik sekarang.

"Well ... Tuan anda tidak bisa melakukan ini semua ...."

"Kenapa tidak bisa, bukan kah ada hukum untuk para tamu hotel dan kami para penghuni hotel ingin merasa nyaman dan dilayani dengan baik dan pada saat kami tak mendapatkan apa yang menjadi hak kami maka kami berhak menuntut bukan begitu?" jelas Devino yang membuat pria pemilik hotel ini pun pasrah dan tak tahu apa lagi yang ingin dia katakan.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Serindu Mentari

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku