Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
AKHIR CERITA PERJALANAN AQILLA

AKHIR CERITA PERJALANAN AQILLA

matcha~latte

5.0
Komentar
507
Penayangan
1
Bab

"Aku belum siap menikah dan menjalankan tugas sebagai istri.." "Aku masih ingin bekerja dan melanjutkan S2 dam S3, Ma.." Pernikahan menjadi momok bagi Aqilla. Bagaimana tidak, perempuan zodiak Virgo harus menikah padahal hatinya belum siap.. Namun, pernikahan hanya bertahan 90 hari karena Azada menghamili perempuan bernama Bella. Rasa sakit dan sedih menjadi satu, hingga akhirnya Bastian sahabat Aqilla dari kecil melamar dirinya yang masih mengurusi percerain ia dengan Azada. Apakah Bastian bisa membuat Aqilla tertawa? Bagaimana kelanjutan perceraian antara Aqilla denagn Azada? ***** Salam hangat, matcha~latte

Bab 1 AKU BELUM SIAP MENIKAH!!

Pagi ini Aqilla sudah tampil cantik dengan kemeja putih, rok panjang berwarna coklat susu dan kerudung warna senada dengan rok. Ia mulai hijrah, tak memakai pakaian terbuka ke luar rumah. Niat itu sudah ada di hati dirinya sejak lima bulan yang lalu. Setelah, mendapat nasehat dari seluruh keluarganya, ia mulai berubah. Dengan langkah gontai, ia turun dari kamarnya menuju ke meja makan untuk sarapan.

"Masya Allah, anak papa sudah cantik banget.. Mau kemana kamu?" tanya Papa takjub.

"Aku mau ke kantor, Pa.. Aku harus bertemu dengan klien." kata Aqilla menatap papanya.

"Kamu ngapain bawa koper juga?" Mama memandang anak bungsunya heran.

"Aku mau ke Bali, Ma, Pa. Ada urusan kantor, harusnya Anggita dan Andini mewakili namun semalam sekretaris perusahaan Bali meminta aku untuk bertemu." ucap Aqilla tersenyum.

"Harus hari in berangkatnya Sayang? Padahal nanti sore kita kedatangan tamu loh." Papa mengusap bahu Aqilla.

"Tamu siapa, Pa?" tanya Aqilla masih asyik makan pancake buatan mamanya.

"Teman papa mau datang bersama anak dan keluarganya. Mau ketemu sama kamu." Aqilla sontak kaget ketika mendengarnya.

"Pak Devan Benjamin dan keluarganya mau datang?" Aqilla memastikan perkataan papanya.

"Iya, Nak, mereka sudah lama tidak datang. Terakhir mereka kesini lima tahun yang lalu." jawab mama ikut bergabung di meja makan.

"Maaf, Pa, Ma aku nggak bisa. Aku sudah beli tiket, sudah janji juga. Papa kan selalu bilang ke aku janji harus ditepati walaupun di keadaan genting." Papa hanya mengangguk.

"Mama tidak setuju kamu berangkat. Mereka sudah menyempatkan hadir untuk bertemu dengan kita. Pokoknya, kamu nggak boleh pergi, untuk urusan ke Bali mama yang akan bilang. Karena, CEO perusahaan yang ingin kamu ajak kerjasama mama kenal." Aqilla ingin membantah, tapi dia takut jika mama dan papa sudah memberikan perintah tak bisa ditolak.

"Ikuti saja keinginan kami, kamu bisa menyusul besok atau lusa." kata Papa tersenyum.

"Nggak!! Aku tetap berangkat.. Mulai hari ini, Aqilla tidak akan menuruti keinginan papa dan mama lagi!!!" Aqilla bergegas pergi meninggalkan papa dan mamanya yang masih memanggil dirinya.

"Anakmu tuh keras kepala banget." ujar papa kesal.

"Itu anakmu juga, Mas."

"Pokoknya kita harus buat rencana gimana caranya Aqilla tak jadi berangkat ke Bali!!" Mama setuju dengan ide papa.

Papa langsung menghubungi orang suruhannya untuk membantu rencana ini. Hari ini, ia harus kembali ke rumah. Setelah, papa menghubungi Dani dan lima temannya, papa langsung menuju ke kamar mamanya. Rencana dimulai.

***

Sesampainya Aqilla di bandara, Sherly dan Dania sudah ada disana menunggu sambil menatap layar ponsel masing-masing. Dirinya langsung menghampiri sahabatnya.

"Hallo, sudah lama menunggu?" sapa Aqilla kepada Sherly dan Dania.

"Dari tadi tahu kita nungguin lo." ujar Dania kesal.

"Lo ngapain sih? Lama banget, untung pesawatnya belum terbang." kata Sherly cemberut.

"Macet di jalan tadi." jawab Aqilla singkat.

Ketika, mereka bertiga sudah melakukan check in untuk keberangkatan ke Bali secara tiba-tiba Aqilla dan kedua sahabatnya terkejut karena pesawat yang mereka naiki sudah terbang lima belas menit yang lalu. Ia dan kedua temannya kaget ketika mendengar pemberitahuan tersebut dari pihak bandara.

"Mbak, gimana sih kok pesawat yang saya naiki sudah terbang.. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya lagi." cerocos Sherly marah.

"Mohon maaf, Kak, saya tidak tahu perihal itu." ucap perempuan yang bernama Asri, salah satu pramugari pesawat.

"Saya nggak mau tahu, saya harus berangkat ke Bali sekarang!!!" ucap Aqilla tegas.

Terjadi perdebatan di antara Aqilla dengan perempuan yang berjaga di loket check in bandara. Ia dengan kesal berlalu pergi menuju ke luar bandara. Dengan kesal dan air mata yang sudah membasahi pipinya, ia membawa tas dan kopernya menuju ke tempat berhentinya taksi.

"Qilla..Qilla.." Sherly dan Dania dengan cepat berlarian menuju ke arah sahabatnya.

"Lo jalan cepat banget sih, kita sampai capek nih.." omel Dania ketus.

"Habis gua kesal banget sama itu perempuan dan semua orang yang ada di loket check-in. Sudah tahu kita buru-buru ke Bali, malah ditinggal sama pesawat." ucap Sherly mengeluarkan unek-uneknya.

Tiba-tiba ada mobil pajero sport berhenti, papa dan mama keluar dari mobil menghampiri anaknya. Betapa kagetnya, Sherly bertemu dengan Richard dan Bella kedua orang tuanya.

"Halo, Sayang kamu ketinggalan pesawat ya.." ujar papa tersenyum puas.

"Kok papa tahu sih?" Aqilla mulai curiga dengan keberadaan papa dan mamanya.

"Kok kamu masih disini? Bukannya kalian bertiga harusnya di ruang tunggu?" Mama berpura-pura tidak tahu dengan kejadian yang terjadi.

"Oh, pesawatnya delay selama 60 menit, Pa.." ucap Aqilla berbohong membuat kedua temannya kaget.

"Kok bisa delay?" Aqilla kehabisan kata-kata.

"Kamu nggak usah bohong, papa dan mama yang merencakan ini semua.." Sontak Sherly kaget mendengar penuturan papanya.

"Sengaja papa merencanakan ini karena kamu harus hadir di acara dinner nanti malam. Papa tidak menerima alasan apa pun dari kamu, sekarang juga kita pulang.. Untuk keberangkatan ke Bali, papa sudah menghubungi klien untuk datang ke Jakarta besok pagi." ucap Papa dingin.

"Kok papa jahat banget sama Aqilla, kenapa papa harus melakukan ini semua.. Papa tahu aku berjuang dari nol bisnis ini, sekarang papa dan mama menghancurkan semuanya!!! Mulai sekarang, aku akan tinggal sendiri." Aqilla pergi meninggalkan kedua orang tuanya dan sahabatnya. Ia entah pergi kemana, moodnya sudah hancur atas kelakuan papa dan mamanya.

Selama di perjalanan, mamanya menghubungi berkali-kali namun perempuan zodiak Virgo tak menggubrisnya. Ia mematikan data selulernya, menyalakan mode pesawat. Sama halnya, dengan sahabatnya yang terus menghubunginya namun tak mendapat respon dari Aqilla.

"Ya Allah, ini semua salah mama. Seharusnya, mama mengizinkan saja Aqilla berangkat ke Bali. Jika, mama tidak mengatakan hal tadi mungkin kejadian tidak seperti ini.." ucap mama sedih.

"Ini bukan salah Mama, tapi salah papa karena memaksa Aqilla untuk bertemu dengan Azada, Ma.." Papa menengkan istrinya.

"Apa yang harus kita lakukan, Pa?" tanya Mama panik.

"Tenang, Ma, kita suruh Sherly dan Dania mencari tahu keberadaan anak kita, lalu mereka berdua suruh untuk bujuk Sherly." jawab papa membuat Mama terdiam.

"Papa yakin rencana ini berhasil? Mama tidak mau kehilangan putri kesayangan kita." Papa tersenyum, lalu memeluk istrinya.

"Mama tenang saja, untuk rencana ini insya Allah berhasil." Mama terdiam sesaat, lalu setuju dengan rencana suaminya.

"Untuk bujuknya nanti seperti apa, Pa?" ujar Mama bingung.

"Sudah itu, nanti urusan mereka berdua. Mereka kan sahabat kecil Aqilla, pasti mereka berdua tahu bagaimana cara membujuk dia." kata Papa menatap mamanya tertawa kecil.

"Kayaknya papa senang banget, sampai ketawa gitu.." Mama heran dilihatnya suaminya senang sekali.

"Aku senanglah, putri bungsuku akan menjadi perempuan cantik di hari pernikahannya nanti. Dia akan menikah dengan Azada, keturunan Aceh, Arab dan Turkey. Ia akan menjadi perempuan cantik dan papa yakin dia akan bahagia. Mama tahu kan kalau papa punya penyakit kanker hati, dari situlah papa pengen lihat dia menikah sebelum pergi." Mama hanya terdiam ketika suaminya berkata seperti itu.

"Papa nggak boleh berkata seperti itu, Pa.. Tapi Mama setuju kalau anak kita menikah dengan dia, apakah Aqilla mau, Pa? Kalau yang mama lihat, dia masih belum ingin melepaskan masa lajangnya, Pa.. Dia masih asyik belajar di bidang kecantikan dan kuliner. Apalagi, sebentar lagi dia akan naik jabatan menjadi CEO bisnis papa batu bara." Pak Richard terdiam ketika istrinya berkata seperti itu.

"Nggak akan papa izinkan dia jadi CEO di perusahaanku. Karena, untuk yang mengurusi bisnis papa dia harus mengerti tentang batu bara, sedangkan anak kita tidak tahuu apa-apa. Dia kan lulusan jurusan Psikologi nggak mungkin bisa jadi CEO perusahaan milik papa. Kecuali, kalau dia mengurusi perusahaan hotel dan villa milik mama boleh." ucap papa tegas.

"Ya sudah, terus gimana ini Aqilla belum ketemu juga.. Mama semakin khawatir, takut terjadi apa-apa dengan dia." ujar Mama panik.

Papa sudah memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Aqilla dan meminta tolong kepada seluruh keluarga, teman, dan masyarakat setempat.

***

Malam hari semua persiapan untuk menyambut keluarga Azada sudah siap. Papa dan mama sudah stand by di ruang tamu, sambil menghubungi anaknya. Tiga kakak dan abang Aqilla sudah sampai, Sabrina bersama suaminya, Revan beserta anaknya, Samudra bersama istrinya Clarissa beserta anak dan kakak kembar, serta Aurora datang bersama suami dan anaknya. Aqilla memiliki kakak yang sayang dan peduli kepadanya. Dari kecil, merekalah yang selalu menemani hari-hari adiknya.

"Assalamualaikum, Papa, Mama, kami sudah mencari Aqilla tapi belum ketemu juga." ucap Sabrina dan adiknya panik.

"Iya, Pa, Ma, maafin kita belum menemukan Aqilla.. Handphonenya tidak aktif." ujar Samudra kaget.

"Cindy boleh menghubungi teman dia seorang detektif." pinta Cindy, adik kembar Clarissa, istri Samudra.

"Boleh, Cindy." Adik kembar Clarissa langsung menghubungi temannya, Danu untuk mencari tahu keberadaan Aqilla. Namun, ketika sedang panik atas hilang anaknya, keluarga Azada datang. Membuat mereka terkejut.

"Assalamualaikum, Bella, Richard kalian kenapa kok wajahnya panik gitu." Bu Natasha segera menghampiri sahabat kecilnya, Bella.

"Walaikumsalam, anakku hilang, Tasha, Aqilla." Mama menceritakan semua kejadiannya kepada Natasha dan Mario. Setelah mereka berdua tahu ceritanya, dengan sigap Azada dan dua abangnya bergegas mencari keberadaan Aqilla.

Singkat cerita, jam menunjukkan 22.00 malam hingga saat ini Aqilla belum juga ketemu. Mama dari tadi menangis sambil memegang foto anaknya, disampingnya ada seluruh keluarga yang sedang menghibur Bella.

"Yang sabar, Bel, gua yakin Qilla pasti ketemu." hibur Natasha.

"Gua salah seharusnya tidak perlu dilarang kepergian dia ke Bali. Jika, saja gua tadi pagi tidak melarang dia, mungkin tidak akan kejadian seperti ini." kata Bella menatap Natasha. Aqilla kebangun gara-gara suara berisik dari lantai bawah sekaligus ia kebelet ingin ke toilet.

Dengan langkah gontai, dirinya berjalan menuju ke toilet yang berada di lantai satu. Rumah Aqilla ada lima lantai di sebuah komplek perumahan elite dan rata-rata penghuni perumahannya adalah seorang CEO. Dengan memiliki kamar yang masing-masing luas dan mewah, serta memiliki halaman yang luas untuk mengadakan acara keluarga ataupun bersantai. Tiba di lantai bawah, Aqilla langsung menuju ke toilet, setelah itu perutnya merasa lapar jam. Sesampainya di lantai satu, betapa terkejutnya di ruang keluarga sudah kedatangan keluarga Azada dan keluarga Aqilla. Semua paman dan bibi serta sepupunya datang dengan wajah cemas. Di sofa dekat televisi, ada Kak Sabrina, Bunda Azada, dan mamanya yang sedang menangis.

"Itu Kak Sherly, Ma." tunjuk Salsa, sepupu Aqilla.

Semua orang yang berada di ruang keluarga dan ruang tamu kaget menatap Qilla yang sudah ada di anak tangga terakhir. Mama langsung menghampiri putri cantiknya sudah siap dengan tanduk.

"Kamu dari mana saja, Qilla? Semua orang mencari kamu, sampai tetangga, keluarga, dan teman-teman mencari keberadaan dirimu.." Tamparan datang di wajah mungil anaknya.

PLAK!!

PLAK!!

"Maafin Aqilla, Ma, semua keluarga, aku setelah dari bandara marah-marah dengan papa dan mama pergi ke Cafe dekat dengan bandara. Tiga jam, aku ada disana. Anak buah papa yang mengajak aku pulang." kata Aqilla jujur.

"Oh gitu, terus kamu ngapain di kamar? Sampai kami semua datang, kamu nggak sadar? Terus kamu ngapain ke Bali?" cerocos Kak Sabrina kesal.

"Aku sedang nonton drakor, terus ketiduran. Bangun-bangun sudah jam 22.30 malam, Qilla ke Bali ada kerjaan, Kak." jawab Aqilla santai.

"Nggak mungkin, kamu selama ini tidur. Terus nggak mungkin nggak sadar kalau ada suara tangis dari bawah. Jangan-jangan.." Kak Sabrina kesal dengan perkataan adiknya.

"Sampai rumah aku jam 16.30 sore kak, terus aku mandi, shalat ashar lalu nonton drakor sampai ketiduran." ucap Aqilla menatap tajam ke arah kakaknya.

"Oh gitu, ya sudah kamu minta maaf sama papa dan mama sudah membuat kesalahan." perintah Kak Sabrina tegas.

"Loh kok kamu kok sudah ada di rumah? Kapan datang?" tanya Papa kaget.

"Dia ada di kamar dari tadi sore, Pa." jawab Kak Sabrina membuat papa dan Azada terkejut.

"Beneran Sayang kamu dari tadi di rumah?" Aqilla menceritakan semuanya kepada papa dan ayah Azada.

"Pa, aku minta maaf ya, sudah buat papa, mama, Azada, Om dan Tante serta keluarga khawatir. Aku memang keras kepala dan gampang baperan, padahal usiaku sudah 29 tahun. Aku janji akan mengubah perilaku dan tidak akan mengulangi lagi." janji Aqilla kepada semua keluarga dan orang tua Azada.

"Iya, Nak mama dan papa serta keluarga sudah memaafkan. Kamu harus janji ya jangan mengulangi lagi.. Untung kamu nggak hilang, coba kalau ada hal yang terjadi kepada putri mama nggak bisa tidur dan makan." Aqilla memeluk papa dan mamanya hingga air mata membasahi pipinya.

"Sudah jangan menangis, ada yang papa dan mama bicarakan sama kamu.." Aqilla penasaran apa yang akan papa dan mama katakan.

***

Mereka semua sudah berada di taman rumah Aqilla. Matanya ditutup oleh sapu tangan sampai ia di taman. Kak Sabrina dan mamanya menuntut anak bungsunya sampai di lokasi. Sesampainya di taman, ia diperbolehkan membuka matanya. Betapa terkejutnya sudah banyak dekorasi bunga dan kursi-kursi.

"Acara apa ini, Ma?" bisik Aqilla kaget.

"Lihat saja nanti." ucap mama berkata di telinga anaknya.

Tak lama kemudian, datang Azada bersama kedua orang tuanya, disusul oleh keluarga besarnya. Walaupun ini bukan acara lamaran, Azada melaksanakan tunangan yang dihadiri oleh kedua keluarga.

"Acara lamaran kah ini?" gumam Aqilla.

"Ini acara tunangan kamu dengan Azada." ucap Kak Sabrina dengan berbisik.

"Aku belum siap untuk jadi suami dia.. Kenapa semua ini begitu cepat, memang aku dan Azada sudah pacaran selama dua tahun secara diam-diam. Siapa yang telah membocorkan hubungan mereka, hanya Azada dan dirinya tau tentang hubungan ini. Apakah laki-laki ini yang membocorkan kepada orang tuanya?" batin Sherly dengan perasaan panik.

"Kamu kenapa panik gitu, Sayang.. Santai saja, ini hanya tunangan kamu bisa tolak jika tidak setuju." kata mama berbisik.

"Aku sudah pacaran dengan Azada dua tahun, Ma.." Seluruh keluarga sontak kaget dan gembira. Mereka tak menyangka dua pasangan ini sudah berpacaran lama.

"Kamu tidak cerita sama papa dan mama." ujar papa mendekati anaknya.

"Malam ini aku mau menceritakan semuanya kepada papa dan mama. Maaf jika hubungan kami ditutupi karena ingin memberikan surprise kepada keluarga." mohon Aqilla diangguki oleh Azada.

"Alhamdulillah, anak kita sudah pacaran, Ma. Berarti malam ini langsung saja lamaran, seserahan besok kita bawa kesini." Ide Pak Richard langsung disetujui oleh seluruh keluarga yang hadir.

"No!!! Aku belum siap menikah, masih banyak impian belum terwujud." protes Aqilla tegas.

"Kamu mau menikah di umur berapa, Nak? Sebentar lagi kamu berkepala tiga." ucap Papa memohon kepada anaknya.

"Pa, menikah tidak gampang, butuh persiapan yang matang.. Aku belum siap, Pa, Ma, kasih waktu aku beberapa hari. Pasti aku menikah kok, tapi tidak untuk saat ini." kata Aqilla tegas.

"Kasih alasannya kenapa kamu belum siap, Nak.." mohon papa.

"Sorry, Pa, Ma, Azada, Om, Tante aku belum bisa menjelaskan alasan kenapa belum bisa menerima kamu, Azada.." Aqilla menatap Azada dengan wajah sedih. Air matanya tak bisa dibendung lagi. Azada sudah tahu mengapa Aqilla belum siap menikah.

"Terus kamu mau menikah di umur berapa? Masa iya, kamu mau sendiri terus sampai tua.." bentak Papa membuat Aqilla marah.

"Richard, Bella, biarkan saja putrimu. Dia butuh waktu untuk memikirkan semuanya, apalagi dia tadi habis bertengkar sama kamu dan istrimu. Itulah yang membuat anakmu marah." ucap Mario tersenyum.

"Benar yang kamu katakan, Rio. Aku terlalu keras kepada anakku, tapi di usianya yang sudah memasuki 30 tahun dia nggak mau menikah. Padahal, orang-orang di usia 30 tahun sudah memiliki dua anak sedangkan dia masih asyik sendiri." kata Papa pasrah dengan keadaan anaknya saat ini yang keras kepala dan bersikukuh untuk tidak mau menikah.

"Richard, Bella, kalian berdua adalah sahabatku dari kecil. Nanti aku akan coba bicara baik-baik dengan Aqilla. Insya Allah, dia mau mendengarkan nasehat dari aku." ujar Natasha tersenyum.

"Biarkan aku dan Bella yang bicara, Tasha." tolak Richard halus.

"Kamu lihat sendiri kan, dia tidak mau mendengarkan nasehatmu dan istrimu. Biarkan aku bicara baik-baik, siapa tau dia mau mendengarkan nasehat dariku.." ujar Natasha memeluk Aqilla.

"Kamu adalah anak kandung Natasha dan Mario, Aqilla.. Karena sifat keras kepala kamu sama seperti mereka berdua." batin Richard sedih.

"Aqilla, mama mohon kabulkan permintaan kami sebagai orang tuamu. Kalau kamu menikah dengan Azada, kamu tidak kesepian lagi. Kalau kerja kamu bisa diantar jemput sama suami, dan masih banyak lagi keuntungan kalau kamu menikah.." Ucapan mamanya dicerna baik-baik oleh Aqilla.

"Jika, kamu menikah kamu bisa memiliki anak ganteng, cantik, kembar pun bisa. Kamu dan suamimu bisa menghabiskan waktu berdua jalan-jalan kemanapun sesukamu. Tak hanya itu, kamu senang ketika melihat perkembangan anak-anakmu kelak." kata mama tersenyum.

"Maafkan aku, Ma, Pa.. Baiklah, kalau itu keinginan papa dan mama aku mau menikah tapi beri waktu aku dua bulan untuk mempersiapkan semuanya." Aqilla tak bisa menahan air matanya. Ia menangis di pelukan kedua orang tuanya. Seluruh keluarga yang berkumpul di taman, turut menangis.

"Iya, Nak, papa dan mama minta maaf ya karena sudah memaksa kamu untuk menikah.." mohon Papa tersenyum.

"Papa nggak salah, Aqilla keras kepala dan tidak mendengarkan perkataan dan nasehat mama dan papa.." Papa dan mama tersenyum mendengar perkataan anaknya..

***

BERSAMBUNG...

Terima kasih sudah mampir baca cerita ini..:):)

Salam hangat,

matcha~latte

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
AKHIR CERITA PERJALANAN AQILLA
1

Bab 1 AKU BELUM SIAP MENIKAH!!

02/06/2023