Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gairah Api Cinta Bersama Mantan

Gairah Api Cinta Bersama Mantan

Nona Sagitarius

5.0
Komentar
287
Penayangan
9
Bab

Chloe terpaksa menikah dengan anak dari sahabat bibinya, demi mempertahankan rumah serta perusahaan keluarga sang paman yang berada diambang kebangkrutan. Namun, pernikahan itu tidak berjalan baik karena Chloe terus mempertahankan cinta pertamanya pada seorang lelaki sederhana, yang membuat hidupnya lebih berwarna. Hingga sang mantan kekasih berhasil menjadi lelaki kaya, yang membawa keduanya pada cinta kedua dengan orang yang sama. Akankah mereka kembali bersama, setelah Chloe mengakhiri hubungan mereka dengan alasan perbedaan kasta, dan mengobati luka yang telah ia toreh pada lelaki yang dia cinta? Atau justru ia tetap terjebak dalam pernikahan tanpa cinta seumur hidupnya?

Bab 1 Antara Hidup dan Mati

Tak ada sesuatu yang lebih membahagiakan bagi seseorang yang tengah merajut asmara, selain bertemu dengan kekasih tercinta.

Dengan wajah berseri, aku pulang dengan senyum merekah terulas indah. Namun, setibanya di rumah, senyumku surut begitu saja, ketika kudapati tanteku menangis tersedu di sofa. Aku langsung menghampiri beliau, dan mengabaikan tamu yang datang ke rumahku.

"Tante kenapa?" tanyaku merengkuh Tante Sophia yang tersedu.

"Perusahaan paman kamu, Chloe. Perusahaan paman kamu diambang kebangkrutan. Bahkan karyawan di kantor tadi demo, meminta gaji mereka," ujar Tante Sophia di sela isak tangisnya.

Aku sangat terkejut mendengar kabar ini. Karena mereka tidak memberitahuku apa pun, mengenai masalah ini.

"Lalu paman di mana, Tante?" tanyaku saat tidak mendapati Paman Louis di ruang tamu.

"Paman kamu di rumah sakit. Jantungnya tiba-tiba melemah, dan Ethan juga ada di sana," jawab Tante Sophia.

"Tante tenang dulu ya. Nanti aku akan berusaha untuk cari pinjaman atau kerja paruh waktu," ujarku berharap sedikit menenangkan kegelisahan Tante Sophia.

Namun, tampaknya hal ini tidak berhasil. Aku kemudian beralih pada tamu yang tidak kukenali.

"Kami pamit dulu, Sophia. Kalau kamu sudah mendapatkan keputusannya, kabari kami ya," ujar seorang wanita berambut ikal pirang pada Tante Sophia.

Wanita itu terlihat tidak jauh berbeda usianya dari tanteku.

"Chloe, kami pulang dulu ya, Nak," katanya padaku.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum canggung.

"Iya, Tante," jawabku kaku.

Setelah mereka pergi, aku langsung bertanya keputusan apa yang perempuan itu maksud pada tanteku.

Beliau menyeka air matanya, dan menatapku dengan raut sendu. Kemudian kutatap tanganku yang digenggamnya.

"Chloe. Tante tahu kamu berniat bantu keluarga ini. Tapi, kita sudah tidak ada waktu lagi, dan satu-satunya jalan adalah dengan menerima bantuan dari Tante Violetta, tamu kita tadi," tutur Tante Sophia.

"Ya, lalu? Tante terima saja bantuannya, aku akan berusaha untuk membantu paman melunasi hutang-hutangnya nanti," jawabku cepat.

Tante Sophia menggeleng pelan. "Bukan itu yang tante maksud, Chloe. Semua keputusan ada di tangan kamu."

Mataku memicing, aku tidak mengerti dengan apa yang Tante Sophia katakan.

"Maksud Tante?" tanyaku dengan kepala sedikit miring.

"Mereka akan membantu kita, dengan syarat kamu harus menikah dengan putra Tante Violetta, Chloe."

Mataku terbelalak. Apa-apaan ini. Kenapa mereka meminta syarat yang tidak masuk akal seperti itu?

"Nggak, Tante. Aku nggak mau," tolakku langsung.

"Chloe, tante mohon. Demi paman kamu. Kamu tega melihat paman kamu terbaring di rumah sakit semakin lama? Atau kamu mau paman kamu itu mati kena serangan jantung lagi?" cecar Tante Sophia dengan jemari tangannya meremas tanganku.

Aku tahu beliau saat ini sedang kalut. Tapi untuk menikah dan mengorbankan hidupku. Itu bukan hal sepele. Ditambah aku sudah memiliki kekasih, dan baru beberapa saat yang lalu kami bertemu.

"Tante, Chloe nggak bermaksud begitu. Sedikitpun nggak pernah dalam hidup Chloe, berpikiran untuk menyakiti paman yang sudah membesarkan dan merawat Chloe, Tante!" bantahku melepaskan genggaman tangan Tante Sophia.

Kusambar tasku yang tergeletak begitu saja di sampingku. Kembali keluar, dan menghubungi Ethan.

"Paman di rumah sakit mana, Ethan?" tanyaku saat panggilan kami terhubung.

["Aku akan kirim lokasinya,"] jawab Ethan langsung memutuskan panggilan kami.

Selang beberapa detik, aku mendapatkan lokasi tempat paman dirawat.

Tanpa pikir panjang, aku langsung mencari taksi dan menuju rumah sakit.

"Ethan!" panggilku saat melihat punggung lelaki yang mirip dengan Ethan.

Dia menoleh, dan berjalan mendekatiku. Aku pun langsung menghampirinya.

"Bagaimana keadaan paman? Dia baik-baik saja?" tanyaku mengintip dari pintu ruang rawat pamanku.

Ethan menggeleng pelan saat aku menoleh padanya.

"Daddy kritis. Dia sangat terkejut saat karyawannya tiba-tiba demo, dan melempari kaca kantor," jawab Ethan pelan.

Sontak aku langsung menutup mulut, tidak menyangka jika karyawan pamanku sangat nekad.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Gimana semua ini bisa terjadi?"

"Daddy sudah lama sakit jantung, perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar beberapa waktu belakang. Itulah yang buat daddy sampai seperti ini," papar Ethan.

Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkan berita ini. Karena yang terpenting bagiku sekarang, adalah keselamatan Paman Louis.

"Aku ingin masuk," pintaku pada Ethan.

Dia pun membantuku untuk bicara pada dokter, hingga akhirnya aku diizinkan untuk masuk.

Kulihat paman terbaring lemah dengan banyak alat medis di tubuhnya. Melihat keadaan beliau yang seperti ini, perasaanku semakin berkecamuk.

"Paman, kenapa Paman menyembunyikan ini semua dari Chloe?" tanyaku dengan air mata yang sudah mengalir begitu saja.

"Kalau paman kasih tahu Chloe dari awal, Chloe pasti akan bantu Paman."

Dadaku terasa sesak saat beliau seperti ini. Dia bukan hanya sekedar paman bagiku, tapi juga ayah. Karena beliau merawatku sejak aku kecil.

Cukup lama kupandangi wajah beliau yang begitu pucat, sebelum suster memintaku untuk keluar.

Sesampainya di luar ruang rawat paman, aku bersandar pada tembok. Perlahan tubuhku pun luruh begitu saja. Kututup wajahku menggunakan telapak tangan. Tidak ingin Ethan memergoki sedang menangis.

'Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Haruskah kukorbankan cintaku, demi menyelamatkan lelaki yang telah membesarkanku?' batinku.

"Chloe, are you oke?"

Aku mendongak, menatap Ethan yang merunduk menatapku.

"Yeah. I'm oke," jawabku menepuk punggung tangannya yang berada di pundakku.

Aku kemudian berdiri, dan berpamitan pulang, serta berjanji pada Ethan jika mommynya akan datang menemani dia.

"Chloe, hati-hati!" pesannya.

Aku mengangguk pelan, dan memaksakan senyumku sebelum berbalik meninggalkan dia.

Sepanjang perjalanan pulang, aku tidak dapat menyembunyikan air mataku. Aku terus menangis sampai taksi yang kunaiki berhenti di depan rumah.

"Nona, kita sudah sampai," ucap supir taksi padaku.

Cepat-cepat kusapu air mata yang membanjiri wajahku, kemudian membayar ongkos taksi.

Kutarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu rumah.

"Tante!" panggilku mencari keberadaan Tante Sophia.

Aku terus berjalan menyusuri kamar hingga mendapati Tante Sophia berada dalam kamar tidur Ethan.

"Tante," panggilku mendekati beliau.

"Ada apa?" tanyanya terdengar begitu dingin.

Kududukkan diri di tepi ranjang, tepat di samping beliau.

"Aku mau menikah dengan putra Tante Violetta itu," kataku dalam satu tarikan napas.

Tante Sophia yang semula enggan menatapku, kini tidak berkedip melihatku.

"Sungguh? Kamu mau menikah dengan Brian?" tanya beliau seakan tidak mendengar pernyataanku dengan jelas.

"Brian siapa, Tante?" tanyaku.

"Engh, itu. Anaknya Tante Violetta. Kamu tidak bohongkan?"

Beliau mengenggam kedua pundakku, memaksaku untuk memusatkan perhatian padanya.

"Iya, Tante. Chloe bersedia," jawabku.

"Tapi, dengan dua syarat," pintaku dengan tatapan memohon.

"Apa? Katakanlah Chloe."

"Pertama, aku mau menikah dengan dia setelah paman sembuh, dan semua masalah ini selesai. Kedua, izinkan aku bertemu dengan Daniel besok," ungkapku.

Tante Sophia langsung mengangguk cepat, dengan senyum merekah di bibirnya.

"Ya, tante terima syarat kamu. Tante akan kabari Tante Violetta malam ini juga. Kamu sekarang mandi, terus makan. Setelah itu kita ke rumah sakit," ujar Tante Sophia mengangkat pundakku, dan mendorongku menuju kamar.

"Tante hubungi mereka dulu. Mereka pasti menunggu jawaban kamu juga," kata Tante Sophia sebelum menutup pintu kamarku.

***

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Nona Sagitarius

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku