icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Danny Hatta

Danny Hatta

Y Airy

5.0
Komentar
245
Penayangan
27
Bab

Ketika mengejar targetnya di Swiss, Danny Hatta justru menemukan sebuah fakta mengejutkan yang berkaitan dengan kematian sang ayah yang merupakan seorang hakim tinggi Negera. Ketika ia mulai menelusuri ada rahasia apa dibaliknya, ia justru terjebak situasi yang membuatnya menjadi buronan dengan tuduhan pembunuhan terhadap seorang aparat dan juga mantan sekretaris sang ayah. Bersama Sarah Hartono, seorang jurnalis yang memang mengekorinya. Mereka terjebak dalam situasi yang mendebarkan dan penuh ketegangan. Inilah perjalanan kisah Danny Hatta yang penuh petualangan dan romantisme.

Bab 1 Beri Aku Sebuah Nama

Jennewa, Swiss

Danny membuka mata ketika merasakan guyuran air membasahi kulit wajahnya. Ia sedikit mengibaskan kepalanya untuk membuat pandangannya lebih jelas, George menyiramkan wiski ke kepala Danny untuk membangunkannya. Perlahan Danny menatap pria di depannya yang sedang menenggak wiski langsung dari mulut botolnya. Pria itu menyunggingkan senyum sinis padanya. "Danny Hatta!" desisnya, terdengar ada tawa kecil yang keluar dari tenggorokannya.

"Aku sudah mendengar banyak tentangmu!" sekali lagi ia menyunggingkan senyum. “Kau sungguh berpikir bisa menangkapku? Aku ragu!” imbuhnya. Ia berbicara dengan bahasa asing.

George berjalan menjauh darinya lalu berbalik, Danny melirik ke beberapa orang yang ada di sana. Ia mencoba mengendurkan ikatan tangannya yang menggantungnya, untung kakinya tak diikat tapi hanya ujung sepatunya saja yang menempel di lantai. Ia berada di sebuah ruangan pengap, hanya diterangi sebuah lampu yang tak terlalu terang. Ada meja dan kursi yang sudah usang, juga ada pipa-pipa di sudut ruangan.

"Aku bukan datang untuk menangkapmu, tapi aku akan membunuhmu!" gerutu Danny menjawabnya.

Sekali lagi George tertawa. "Dan bagaimana caranya? Sedang kau akan segera mati!”

Danny menatap George tajam. "Aku bisa melakukan lebih dari yang kau bayangkan!”

Masih ada tawa yang keluar dari mulut George. "Kau hanyalah salah satu orang bodoh yang pernah aku kenal sama seperti ayahmu!”

"Apa yang kau bicarakan? Dan ayahku ... kenapa kau membawa nama ayahku?”

"Ya, ayahmu. Kau masih ingat dengan ayahmu? Apa kau merindukannya?” tanya George dengan seringai iblis.

“Apa maksudmu? Apa yang kau lakukan terhadap ayahku?" seru Danny setengah berteriak sambil menggerakkan tubuhnya yang tergantung.

“Aku tidak melakukan apa pun!”

"Haruskah aku percaya padamu?" Danny menatapnya tajam.

"Pria malang!" desis George,

"Apa!" sahut Danny,

Sekali lagi George menenggak wiski dari mulut botolnya. "Harusnya kau tanyakan pada orang-orang di sekitarmu.”

Jawaban George tidak memuaskan Danny. “Katakan apa yang kau ketahui tentang ayahku?”

Bukannya menjawab, George malah tertawa lebar.

"Kau bajingan!" maki Danny. Tapi salah satu anak buah George meninju perutnya, Danny merintih seketika seraya menutup matanya menahan sakit.

"Kuberitahu, aku tidak melakukan apa pun. Tapi jika aku jadi kau, aku tidak akan sudi jauh-jauh datang ke tempat ini hanya demi sesuatu yang tidak penting. Sementara di negerimu, harusnya kau bisa menegakkan sebuah keadilan untuk ayahmu tercinta!" George kembali menghampirinya.

“Kau tahu sesuatu tentang kasus ayahku, katakan apa yang sebenarnya terjadi?" teriak Danny.

"Oh ... itu bukan urusanku. Tapi kau tak perlu khawatir, karena aku akan segera mengirimmu pada ayahmu, jadi kau bisa menanyakan langsung padanya!" George kembali mengeluarkan tawa kecil. "Habisi dia!" desisnya pada anak buahnya seraya berjalan keluar.

Beberapa saat lalu ...

Danny duduk di sebuah kedai kopi seraya membaca surat kabar setempat, sesekali matanya ia tujukan ke arah dapur kedai itu seolah sedang menunggu seseorang. Ia memang sedang menunggu seseorang, tapi bukan seorang kekasih ataupun teman. Ia sedang menunggu seseorang yang akan membawanya kepada George.

Danny adalah seorang Mayor TNI AD, usianya memang terbilang masih muda "28 tahun" tapi prestasinya cukup diakui di dunia militer. Bahkan ia menjadi panutan teman-teman skuadnya, banyak yang ingin menjadi seperti dirinya. Karena prestasinya maka ia dipromosikan ke dunia internasional, sudah hampir lima tahun dirinya menjadi agent internasional di bawah Bendera PBB. Menangani banyak kasus dan selalu berhasil, meski terkadang ia harus menelan kepahitan. Selain prestasinya di dalam pekerjaannya ia juga cukup berprestasi dalam hubungan asmara. Banyak gadis yang mengejarnya, bahkan putri Menteri Pertahanan pun tergila-gila padanya. Gadis mana yang tidak terkesima jika bertemu dengannya? Wajahnya yang rupawan, kulitnya yang coklat eksotis, postur tubuhnya yang perfect memang membuat banyak wanita jatuh bertekuk lutut di hadapannya.

Danny masih jeli mengawasi pintu dapur di dalam kedai itu, ia tak mau menerobos masuk karena tak mau membuat keributan di dalam tempat itu. Ini Swiss bukan Jakarta! Tiba-tiba matanya menangkap seseorang yang memang ia incar sejak beberapa hari lalu. Orang itu berjalan menuju pintu keluar kedai, Danny menaruh surat kabarnya dan ikut beranjak. Mengikuti orang itu ke mana pun melangkah. Mereka menapaki jalanan di dalam kerumunan orang yang lalu-lalang. Sejauh itu Ferdinant tidak curiga jika ada yang membuntutinya, hingga saat mereka memasuki gang yang sepi ia baru menyadari kalau sepertinya ada seseorang yang menguntitnya. Ia berhenti sejenak dengan sedikit melirikkan matanya ke belakang punggungnya. Danny ikut berhenti dan bersembunyi di balik tembok di tikungan. Ferdinant kembali melangkah, Danny pun kembali mengikutinya. Perlahan langkah kaki Ferdinant semakin cepat dan berakhir dengan langkah seribu. Danny ikut berlari karena sepertinya sang target sudah tahu keberadaannya. Terjadi kejar-kejaran di antara mereka, kali ini targetnya cukup lihai. Apakah dia seorang pelari maraton? Larinya cepat sekali, Danny harus mengejarnya hingga melompati pagar.

Orang itu gesit sekali, Danny cukup kesulitan menangkapnya. Ia berhenti lalu celingukan, matanya menangkap potongan kayu beberapa biji. Dengan segera ia pun memungutnya lalu melemparnya ke arah kaki Ferdinant. Pria itu tersungkur akibat hantaman kayu yang Danny lemparkan, Danny segera berlari ke arahnya. Ferdinant bangkit dan tak punya jalan lain selain melawannya. Mereka pun beradu fisik, saling hantam, saling tendang. Ternyata tak membutuhkan waktu lama bagi Danny untuk menjatuhkan lawannya, setelah Ferdinant tersungkur ia memungut bajunya. Mendirikannya di kakinya, ia memberikan hantaman lagi ke perut Ferdinant.

"Katakan di mana George!"

Ferdinant adalah seorang kurir internasional yang memang ia incar, dia adalah orang yang biasa George bayar untuk menyelundupkan narkotika ke banyak negara termasuk Indonesia.

"Lebih baik kau katakan padaku di mana bajingan itu sebelum aku membunuhmu?" ancam Danny.

Ferdinant malah tertawa. "Ha ... ha ... meskipun kau membunuhku, kau tidak akan mendapatkan apa yang kau inginkan?"

Bukk!

Sekali lagi Danny meninju wajah Ferdinant. "Kau pikir aku main-main!" katanya melayangkan pukulan lagi ke perutnya beberapa kali hingga tersungkur.

"Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan, dan kali ini pun aku akan mendapatkannya!" serunya seraya berjalan ke arah Ferdinant. Tapi bersamaan dengan itu, sebuah Mercy hitam di seberang jalan melontarkan tembakan bertubi-tubi ke arah mereka. Danny segera menghindar dan bersembunyi di balik tembok, ia tak sempat meraih Ferdinant hingga pria itu harus bersimbah darah akibat berondongan peluru. Danny mencabut senjata apinya dan membalas tembakan itu. Tapi mobil itu malah meluncur meninggalkan TKP, Danny memunculkan diri dan mengejarnya seraya melontarkan tembakan. Tapi ia tak mungkin mengejar mobil itu dengan kaki, maka ia pun celingukan. Ada banyak mobil di sana, ia menghampiri yang paling dekat dengannya. Dengan sigap ia memecahkan kaca depan dengan sikunya, memasukkan tangannya untuk membuka pintu lalu menghempaskan diri ke dalamnya. Seorang pria keluar dari sebuah rumah, ia melihat mobilnya menyala dan mulai melaju. Orang itu pun berlari mengejar seraya berseru. "My car ...!" paniknya, lalu ia segera menelepon Polisi.

Danny mengendarai mobil itu dengan kecepatan tinggi, ia sudah bisa melihat kembali Mercy hitam itu. Ia kembali melontarkan tembakan ke arah mobil di depannya, dan salah satu orang di dalam mobil itu pun membalas tembakannya. Terjadi kejar-kejaran dan baku tembak di antara mereka.

Danny mengejarnya hingga ke sebuah bangunan tua, memasuki tempat itu. Begitu ia memarkir mobil dan keluar sudah ada beberapa orang yang menghadangnya dengan membawa beberapa balok kayu. Terpaksa Danny harus menghadapi mereka dulu, tak membutuhkan waktu lama bagi Danny untuk melumpuhkan mereka. Lalu ia mulai melangkah masuk, terlihat olehnya mobil yang dikejarnya tadi tapi pengemudinya sudah tidak ada. Ia kembali melanjutkan langkahnya dengan hati-hati, semakin ia masuk ternyata yang datang menghadangnya juga semakin banyak. Ia harus menghadapi mereka lagi, sebenarnya ia bisa saja menghabisi mereka semua tapi itu akan memberikan waktu buat George untuk lari lagi. Maka ia pun sengaja membiarkan dirinya terkena hantaman berkali-kali hingga tak sadarkan diri.

Sekarang di sinilah ia, tergantung melawan para bedebah itu. Sementara beberapa orang mulai mendekatinya. Salah satunya meninju perutnya kembali, membuatnya harus merengut menahan sakit. Lalu orang itu juga meninju wajahnya, membuat kepalanya terpental ke belakang. Darah mengalir dari hidungnya, ia mengembalikan posisi kepalanya. Ada yang lain yang mendekat dengan membawa pisau, ia pun menendang orang yang meninjunya barusan hingga terpental. Beberapa orang maju, ia pun melawan dengan kakinya termasuk orang dengan pisau itu. Ia menendang lengannya hingga pisaunya terpental ke atas, lalu ia mengayunkan dirinya. Mengapitkan kakinya ke leher salah satu orang itu, menekannya hingga orang itu berlutut dan meronta. Danny menekan pundak orang itu dengan kakinya agar dirinya bisa sedikit meloncat untuk menangkap pisau yang hampir jatuh tadi. Sedikit meleset tapi syukurlah bisa ia tangkap dengan tangannya yang terikat.

Beberapa orang itu masih menyerangnya, ia pun terpaksa masih melawan dengan kakinya hingga memiliki celah untuk memotong tali yang menggantungnya dengan cepat. Tapi pergelangannya masih terikat, pisau masih ada di tangannya dan ia harus menyelesaikan orang-orang ini dengan segera. Meski tangannya terikat ia tetap bisa bergerak gesit untuk memukul dan membanting lawannya, bahkan pisau itu pun berguna untuk menggorok leher salah satu orang dan berakhir di jantung yang lainnya. Setelah semuanya tersungkur ia mencabut pisau yang berlumur darah itu untuk memotong ikatan di pergelangannya. Lalu ia pun segera berlari keluar dari ruangan itu, berharap George belum meluncur meninggalkan gedung itu.

Ia berlari dengan kencang, menuruni tangga. Karena terlalu lamban maka ia pun meloncat saja ke bawah dari tangga ke tangga hingga sampai di lantai dasar. Ia kembali berlari, dilihatnya George dan beberapa orang itu menuju mobil. Ia berlari, meloncatkan kakinya ke tiang tembok lalu menendang orang yang paling belakang hingga tersungkur. Semuanya menoleh, ia sudah berdiri di atas kakinya. Mata George melotot karena Danny masih hidup dan kini justru ada di hadapannya.

Danny menyunggingkan senyum. "Kau salah tentang aku, tidak semudah itu menghabisiku!" seru Danny lalu menyerang mereka semua, perkelahian berlangsung sengit. Beberapa anak buah George mengeluarkan tongkat dan pisau, tapi Danny berhasil merebut salah satu tongkatnya untuk melawan mereka semua. Bahkan ada yang mengeluarkan senjata api, tapi Danny selalu bisa menghindar bahkan merebut senjata api itu dan menggunakannya untuk menembaki semua orang tanpa meleset. Kini hanya tinggal Danny dan George saja, Danny menodongnya dengan senjata api itu, tapi iapun akhirnya membuang senjata itu dari tangannya.

“Pertanyaan terakhir, siapa mereka?" tanya Danny, George menyunggingkan senyum dan langsung menyerang Danny. Keduanya berkelahi, tapi rupanya George tak cukup tangguh melawan Danny. Hanya dalam sekejap, ia terhuyung oleh serangan Danny yang bertubi-tubi. Danny tak ingin membuang waktu, ia menghantam wajah George berkali-kali hingga berdarah. Beberapa mobil polisi mendekati tempat itu. Raungannya pun terdengar jelas oleh Danny.

"Aku tidak akan bertanya lagi, katakan!" desaknya.

"Orang-orang di sekitarmu!" sahut George, tapi Danny tak puas dengan jawaban itu, sekali lagi meninju George hingga terpelanting ke lantai dengan posisi tengkurap. Danny menghampirinya, melangkahi tubuhnya dan memungut kepalanya. Sementara beberapa polisi setempat sudah mulai memasuki daerah itu.

"Beri aku sebuah nama?" pintanya dengan geram.

George masih sempat menyunggingkan senyum seraya berdesis. "Kupikir kau cukup pintar, harusnya kau bisa ...," belum sempat George melanjutkan kalimatnya Danny sudah lebih dulu mematahkan lehernya hingga terkulai. Karena ia tahu bajingan ini tidak akan memberikannya sebuah nama.

Suara derap langkah kaki pun makin mendekat. "Jangan bergerak!" teriak salah satu polisi itu, Danny pun berdiri dan melirik beberapa orang berseragam itu. Tanpa diperintah ia pun mengangkat kedua tangannya ke atas lalu menaruhnya di belakang kepala, dua di antara orang-orang itu menghampirinya dan menyergapnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku