My Possessive Sugar Daddy
ia yang tengah berdiri berkacak pinggang di sebelahnya itu. Namun, Fatih
uhnya, bukanlah pakaian miliknya. Hingga membuat mata bulat gadis itu semakin membola. Dengan cepat, Fahira men
ia menjawab pertanyaan gadis itu. Ia lalu bergumam dalam hati,
awabnya, datar.
at semuanya?" pekik Fah
ntengnya. Sebetulnya ia ingin tertawa melihat ekspresi Fahira yang begitu meng
lihat tubuhku tanpa seizin dariku!" emosi Fahira, seraya menatap Fatih dengan sorot tajam. T
Fahira, yang membuat Fahira langsung menggese
a itu masalah buatmu? Ini kan kamarku, suk
uatu. "Uangku, di mana uangku?
curi uangmu." Fatih sedi
aku sangat membutuhkan uang itu
tidak tahu uang yang mana yang kau maksu
manku, tolong kembalikan uang itu padaku
ng kau pinjam i
enjawab, "Dua
antinya. Dan akan aku ga
n. Karena kau sudah lancang melihat tubuhku tanpa seizin d
kirkan gadis manis di hadapannya itu. Tiba-tiba, sebuah keterkejutan tergambar di wajahnya. Matanya membola, memelotot tajam pada Fatih. Dan sebu
an, pria itu mengimbuhkan, "Tepatnya ... belum." Fatih tersenyum n
anyanya, sedikit gagap. Karena rasa takutnya akan ucapan Fat
bil perlahan mencondongkan tubuhnya lebih mendekat pada Fahira. Da
?" Fahira terus mundu
. Dan membuat Fahira tak bisa bergerak
Jangan sentuh aku, Tuan." Fahira men
ya, lebih dekat ke wajah Fahira. Dan otomatis membuat mata Fahira langsung terpejam rapat, begitu
pun, tak mampu untuk menahannya lagi. Dan tawa itu pun pecah. Seketika, membuat mata Fahira
itu? Apa dia sudah tida
sekali, ha
ada di sini bersama pria tidak waras ini. Tuhan, tolong
anya Fatih, sambil menyil
tu? sekarang, tolong menyingkir dari sana, Tuan!" g
ira di bawah kungkungannya, sambil berkata, "Tidak semudah itu, N
n kedua tangannya, sambil memohon, "Tuan
dak mengizinkannya," katanya. Ia lalu melanjutka
l terus menahan dada bidang Fatih, s
ik. Jika kau ingin uang leb
Fahira mengerti apa yang dimaksud oleh Fatih. "Apa kau bilang?
jika kau mau. Kalau kau tidak mau, ya sudah. Aku tidak memaksa." Ekspresinya terlihat begitu santai, seolah pembicaraan itu adalah hal biasa. Ya, memang itu
nunjuk wajah Fatih, "Dengarkan aku baik-baik, aku tidak mengharapkan uang lebih darimu. Dan aku tidak akan perna
uat Fatih semakin merasa gemas pada ga
rlu marah seperti itu, kalau kau tidak mau." Lagi-lagi, Fatih
n yang sudah di ubun-ubun yang siap meledak kapan saja. "Ingin rasanya aku mencek
segera membawa ibuku ke rumah sakit. Dan antarkan aku pulang sekarang juga, Ibu
uduknya sambil berkata, "Baiklah. Ayo, aku antar kau
ngantarku pulang dan kemba
ku, apa hakm