Nafkah Istri Pertama
aku minum? Aku haus n
edang membalas pesan-pesan pelanggan yang masuk d
gambilnya sendiri ke da
mendengar jawab
in hp ajah. Padahal aku baru pulang dari banting tulang cari uang untuk makan kita. Supaya mulut
terus terang Ika tak suka d
n hanya menganggap aku ini berdiam diri saja di rumah tanpa melakukan apa-apa. Aku sudah cukup berbaik hati selama ini melayanimu d
angan. Walaupun jujur di dalam hatinya
ini kami yang menjadi tulang punggung. Kamu cuma menikmati hasilnya sa
Rasa tidak terima
tulang punggung yang menafkahiku. Sekarang coba kau katakan, apa yang kau lakukan selama berada di rumah ini
perabotan di rumah ini yang dibeli dengan uangmu? Ada apa tidak? Kalau k
isu. Bingung mau menjawab apa. Karena mema
jawab, Ika kembali mel
untukku, aku tanya sama kamu, apa kau percaya
kela
al melebihi yang ada di rumah ini. Bahkan dengan pernak-pernik nya juga. Tentu saja bukan barang murahan yang akan kubeli. Kulih
juk-nunjuk kursi pajangan dindin
-kursi ini bukanlah barang bagus. Ini yang Mbak Ika sombongkan? Duduk saja di sofa ini rasanya s
tertaw
bermutu. Itu yang membuat aku malas berkutat di dapur bersa
t menggigit. Sama sekali tidak mengerti etika dalam berbicara. sambil berbicara pun tan
rdiri. Dan juga kalau kamu menganggap seisi dapurku tidak berbobot. Lebih baik kau tidak usah makan dan minu
suka dengan jawaban balasan
rumahmu, Mbak. Ta
Terlepas dari itu, yang pasti ini bukan rumahmu. Kau
uan yang begitu lembut, dan dari kerudung beserta busananya yang anggun, Ika membayangkan Naura adalah sosok
ri perempuan itu, Ika bisa menyimpulkan, Naura b
leh memilih untuk meninggalkan
ad itu adalah suamiku juga. Tentu saja rumah ini milik
erkata begitu
usah mengaku-ngaku. Seharusnya kau malu, apalagi kalau ka
kan tinggal
p denganku, seharusnya kau bisa men
nyum. Entah apa yang ia pi
Itu pasti menyangkut perasaan Mbak
, heran dengan tanggap
ksudmu
mend
iranku, bukan? Atau mbak sedikit khawatir jika dalam waktu tidak lama l
mengerti dengan ca
u aku mengizinkan Arsyad menikahimu sup
-jemarinya di atas meja kaca di hadapannya. Seh
a menebak perasaan Mbak. Hati siapa yang tidak sakit jika suaminya ingin berbagi hati. Apalagi itu dengan peremp
ebih cepat. Ucapan Nau
tu Naura? Tahu apa k
sudah tahu. Lihat saja nanti, sedikit demi sedikit a
li dengan kalian." Ika terbawa emosi. Sehingga suaranya ter
engapa bicara benta
lah tiba-tiba nampak tersedu-sed
Mi? mengapa N
menjatuhkan diri ke
kan aku macam-macam. Aku tidak bisa terima, Pa. Tidak bisa. katanya aku t
uh Ika untuk duduk di
galah kepada adik madumu, dia belum begitu lama mengarung
rkejut mende
rasa Arsyad tidak menyelidiki masalah yang sebenarn
untuk mengambilkan air minum padanya. Kukira itu masalah ringan, apa salahny
gan buliran air jatuh dari sudut matanya. Arsyad yang mul
dak perlu juga menjadi masalah besar apalagi sampai bertengkar. Lihat Naura menang
sam