Duda itu Suamiku
t Bianca cepat, dia segera bangun, dan berdiri d
ndekati Bryan dan menepuk pundak lelaki itu dua kali. "Hati-hati, Bro, jangan sampai terpesona pada pemilik toko kue ini. Dia suda
n Maxim, dan dia memaksakan senyumnya
sik Mary yang tiba-tiba ada di de
ak bingung
a beneran, bolehkan saya berkenalan dengann
, bukankah kamu banyak pekerjaan, sana kembali!" keluh Bianca yang
i enggan, dia tetap pergi dari sana. Namun, sebelum
asa malu. Dia segera mendekat kembali pada lelaki itu. "Bisakah kita
e buatanmu," jawab Papa Bea dengan wajahnya ya
elanggan setia, bahkan para karyawannya menatap lek
sakah kau tunggu saja di taman seberang jalan? Aku a
ya cepat-cepat masuk ke dalam, menyiapkan beberapa wadah dan mengambil beberap
ea dan Bea masih ada di toko kuenya. Mereka berdua duduk di dekat pintu
enunggu di taman?" tanya Bianca
u," jawab Pap
ama. Kita jalan b
mendesah pelan. Dia berusaha tersen
dan mengajak bocah itu keluar,
itu memangg
tang ke sini. Cepat-cepat, dia menggandeng wanita paru
semuanya. Ibu percaya, kan sama B
kembali ke arah Bea karena bocah itu merengek. Dia hanya bi
a menyeberangi jalan. Sungguh, dia tak ingin seorang pun tahu tentang kesalahpahaman
Bea. Meninggalkan Papa Bea di belakang, yang
a menggelar satu tikar yang dibawanya tadi dari toko. Lalu mengambi
melihat black forest tersedia di hadapannya.
," peringat papa Bea, samb
" keluh Bea
itu bisa merusak gigimu
boleh makan asalkan setelah ini kau harus sikat gigi samp
teriak Bea senan
dia meringis saat Papa
u cara mengajarku, Bianca
as, Bea masih kecil, dia hanya perlu diberi
ketika sebuah kue tiba-tiba ada di hadapannya. Saat men
a in
mencoba sesuap, dan lama-lama menjadi ketagihan. Rasa manis yang ada d
nar enak," ka
minuman kopi dingin pada papa Bea. Melihat Papa B
engalihkan pandang pada Bea, dia terkejut melihat bocah itu m
saja tadi dia membawa tisu. Dengan cep
an. Apalagi saat makannya begitu
leh pada Papa Bea, dan melihat jika mulut lelaki itu j
melihat Papa Bea menatapnya lekat. "Maaf, maaf, aku tidak sengaja. Aku ... aku
Karena sudah lama tak berdekatan dengan
mbunyi di wajah dingin lelaki itu, jantungnya kembali berdegup dengan kencang. Mata
Boo mau
lengkan kepala menyadarkan diri. Entah apa yang terjadi, tapi setiap kali dia
elamat itu. "Jangan jauh-jauh, ya, mainnya. Ingat, la
kat salah satu tangannya dengan hormat. Setela
menjadi canggung. Bianca memilih menik
apa lama kau mem
mempunyai kesempatan untuk menatap Papa Bea lagi. Sambi
kapan-kapan kau memperlihatkan pada
aku akan de
r begitu nyaring. Refleks Bianca menoleh, mendapati Bea tengah t
*