icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Duda itu Suamiku

Bab 2 2. Ikut Pulang

Jumlah Kata:1073    |    Dirilis Pada: 08/10/2022

ianca, yang langsung memposisikan diri d

imana pun, Bianca tidak tahu siapa dan bagaimana bentuk orang tua Bea. Dia hanya ingin melindungi bocah i

ntuk pulang," jawab seorang lelaki yang terlihat seperti

iga dan tak mempercayai mereka. "Memangnya s

tak menjawab, hanya mengangkat dagu untuk

apan Bianca memicing. "Siapa nama

na." Lelaki itu menjawab

uat Bianca menjadi heran. Wanita itu menarik Bea ke sudut ruangan

bicara dengan bocah ini!" bentak Bianc

ling ujung, mendudukkan bocah itu lalu dirinya berjongkok menyamai tinggi. "Bea sayang," pang

kerut. "Meleka bukan olang jahat, Mama. Mel

sih saja memanggilnya Mama. Hal ini membua

a lelaki yang terlihat dingin itu. Matanya memicing, masih tak

u adalah Nona kecil kalian?

nca tadi, mengeluarkan telepon.

ya dia harus pasrah dan percaya mene

menunggunya di rumah," kata lelaki itu tegas pada Bianca. Lalu

jika orang-orang tadi mendekati

bocah kecil itu tak segan menggigit penjaganya, yang membuat penjaga itu kesakitan dan mel

puyang!" teri

mbali dari luar kota, dan beliau sudah menunggu Anda d

merasa tidak tega, lalu menggendong bocah kecil itu penuh sayang. "Bea pu

g lemah. "Boo

ak boleh begitu, ya," ka

p para pengawalnya dengan mata berair.

saja ingin memberi nasihat lagi untuk Bea, ketika l

manya. Lalu menempelkan be

nya. Bisakah kau ikut sebe

lakan. Bianca merasa bingung, dari mana orang yang menelpon itu bisa tahu. Dan jawabannya, ternyat

enolak. Namun, ketika matanya berpapasan dengan mata

nyanggupi permintaan orang yang

ng-orang yang berpakaian rapi tersebut. Bea benar-benar tak melepask

gkahnya dihadang oleh Mary. Karyawann

ak akan diapa-apain, kan sama oran

agi pula jika mereka macam-macam, aku akan mene

i, B

epat, Tuan su

emimpin itu menyela. Dia menatap Bianca taja

anjutkan langkah mengikuti lelaki itu. Dia hanya mengacungkan jempol pada

anya memeluk Bianca erat dalam diamnya. Bianca pun sama, tak mengenal lelaki yang semobil dengan

uhkan waktu hampir empat puluh menit, ketika mobil yang

apa mewahnya bangunan tinggi di depannya. Tanaman-tanaman hijau di depan rumah, benar-benar

aat langkahnya sudah berada di dalam rumah. Dia terkejut,

pa

ngat tampan. Potongan rambutnya yang rapi, menambah nilai plus untuk wajahnya. Dan saat tersenyum membalas p

ah kenapa dia merasa kecewa apalagi saat lelaki itu tak lagi menunjukkan s

isa du

icara sama sekali. Namun, meskipun lelaki itu terlihat dingin, entah kenapa jantung Bianca berdegup kencang dengan liar. Hati Bianca berdenyut nyeri, seolah

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka