Duda itu Suamiku
Bianca, langsung memposisikan diri di
imana pun, Bianca tidak tahu siapa dan bagaimana bentuk orang tua Bea. Dia hanya ingin melindungi bocah
pulang," jawab seorang lelaki yang terlihat seperti pemimpin
iga dan tak mempercayai mereka. "Memangnya s
tak menjawab, hanya mengangkat dagu untuk
apan Bianca memicing. "Siapa nama
na." Lelaki itu menjawab
g, Bianca pun menjadi heran. Wanita itu menarik Bea ke sudut rua
bicara dengan bocah ini!" bentak Bianc
a paling ujung kemudian mendudukkan bocah itu. Dirinya berjongkok menyamai tinggi Bea. "Bea sayang,"
kerut. "Meleka bukan olang jahat, Mama. Mel
sih saja memanggilnya Mama. Hal ini membuat
dingin itu. Matanya memicing, masih tak mempercayai
u adalah Nona kecil kalian?
nca tadi, mengeluarkan telepon.
ya dia harus pasrah dan percaya mene
itu tegas pada Bianca. Tatapan matanya melirik ke belakang, memberikan kode pada teman-temannya.
n bocah kecil itu tak segan menggigit penjaganya yang membuat para penjaga itu kesakitan d
puyang!" teri
liau sudah menunggu Anda di rumah," kata lelaki pemimpin kelompok tadi berusaha me
merasa tidak tega lalu menggendong bocah kecil itu penuh sayang. "Bea pula
g lemah. "Boo
k boleh seperti itu, ya,"
tap para pengawalnya dengan mata berair.
lagi untuk Bea sebelum lelaki di dekatnya mengulurkan sebuah telepon padanya.
nya. Bisakah kau ikut sebe
an. Bianca merasa bingung, dari mana orang yang menelpon itu bisa tahu. Dan jawabannya, ternyata semu
menolak, namun matanya justru berpapasan dengan mata
yanggupi permintaan orang yang be
ng-orang yang berpakaian rapi tersebut. Bea benar-benar tak melepask
Karyawannya itu menatapnya dengan cemas sekaligus panik. Memangnya ora
tidak akan diapa-apain kan, sama ora
agi pula jika mereka macam-macam, aku akan mene
pi,
epat, Tuan su
emimpin itu menyela. Dia menatap Bianca taj
anjutkan langkah mengikuti lelaki itu. Dia hanya mengacungkan jempol pada
a memeluk Bianca sangat erat dalam diamnya. Bianca pun sama, tak mengenal lelaki yang semobil deng
dari mobil dan lagi-lagi Bea minta untuk digendong. Wanita itu terlihat mengagumi kemewahan bangunan tinggi di depannya. Tanaman-t
aat langkahnya sudah berada di dalam rumah. Dia terkejut,
pa
ngat tampan. Potongan rambutnya yang rapi, menambah nilai plus untuk wajahnya. Dan saat tersenyum membalas p
ah kenapa dia merasa kecewa apalagi saat lelaki itu tak lagi menunjukkan s
isa du
icara sama sekali. Namun, meskipun lelaki itu terlihat dingin, jantung Bianca justru berdegup kencang dengan liar. Hati Bianca berdenyut nyeri, seolah mera
*