icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Duda itu Suamiku

Duda itu Suamiku

Penulis: madamlee
icon

Bab 1 1. Pertemuan Pertama

Jumlah Kata:1059    |    Dirilis Pada: 08/10/2022

t sangat cantik h

t Bianca–yang sedang mengelap meja–menoleh. Dia terseny

tidak cantik?" tanyanya sambil ter

u. Aku bahkan menyukai wajahmu yang berkeringat," goda Maxim lagi,

gar seperti sebuah pujian

terkekeh. "Jadi, kapan kau mempunyai waktu

ng," kata Bianca serius. "Kau di sini untu

u," ucap Maxime terkekeh. "Bawakan aku

tur Bianca, tersenyum begitu manis

lapan puluh derajat. Senyum yang sejak tadi dia tampakkan, sirna

ka bukan langganan, sudah kudepak dia

ryawan kepercayaannya, mendekat dengan alis saling ber

g. Hanya menggerakkan dagunya, dia memberikan kode pada Mary. "Uru

nya, dia mengambil tasnya dan pergi lewat pintu belakang. Dia tak ingin sosoknya terlihat oleh Maxim, atau l

erhatian pelanggan toko kuenya. Namun, sepertinya beberapa pelanggan salah berspekulasi tentan

an untuknya duduk, lalu mengeluarkan kertas dan bolpoin. Dia terlihat terdiam sebentar menghadap depan deng

na tersebut. Suara tawa anak-anak kecil yang bermain, entah kenapa memb

kecil berlarian di depannya. Bianca mendongak, dan tersenyum melihatnya. Nam

apa, Nak?" tany

mpurna. Awalnya, bocah itu terdiam. Tetapi, tiba-

kecil itu agar bisa melihat wajahnya. "Hey, Nak, aku bukan Mamamu. Kau pasti salah orang. Lihatlah ke sekelili

Merangsek maju dan lagi-lagi meme

terlihat sedikit frus

rjatuh dan menangis ka

nya, dan menatapnya dengan tajam. Hal ini membuat Bianca salah tingkah, dia ingin sekali menjelaskan.

tku kesusahan," bisik Bianca, me

hinya saja. Namanya juga anak kecil, pasti banyak tingkah!" Seorang wanita paruh baya lain, d

i, B

ki Bea takit," rengek bocah it

orang menatapnya penuh tuntutan. Mau tak mau, akhirnya Bianca menggendong bocah it

an-kekesalannya, pada orang-orang yang telah menuntutnya tadi.

aki yang biasanya menggoda, Bianca terus berjalan sampai tiba di ruanganny

purna, entah kenapa membuat pertahanan Bianca luruh. Wanita itu tak sa

ginya pada bocah itu, lalu tersenyum dengan manis. "Nak, siapa namamu?

bocah perempuan itu, dengan kata-katanya yan

p pipi bocah itu. "Boleh aku tahu, kenapa kau panggil aku Mama tadi? Kau tahu jika

u menjawab lirih, dan tiba-ti

di dekat bocah itu, memeluk erat sambil mengusap kepalanya lembut. "Maaf, ya ... maaf. Tante gak bermaksud memarahi B

tangis. Dengan tangannya yang mungil, Bea mengusap pipi

ngah. "Memangnya siapa yang akan melar

a Boo maem kue," jawab Bea

ng kaku," sahut Bianca

Dia mengantar Bea ke meja etalase yang terdapat banyak kue. Bianca tersenyum, sa

i memenuhi toko kuenya. Wajah para lelaki itu begitu dingin, dengan sorot mata yang tajam.

*

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka