Duda itu Suamiku
t sangat cantik h
t Bianca–yang sedang mengelap meja–menoleh. Dia terseny
tidak cantik?" tanyanya sambil ter
u. Aku bahkan menyukai wajahmu yang berkeringat," goda Maxim lagi,
gar seperti sebuah pujian
terkekeh. "Jadi, kapan kau mempunyai waktu
ng," kata Bianca serius. "Kau di sini untu
u," ucap Maxime terkekeh. "Bawakan aku
tur Bianca, tersenyum begitu manis
lapan puluh derajat. Senyum yang sejak tadi dia tampakkan, sirna
ka bukan langganan, sudah kudepak dia
ryawan kepercayaannya, mendekat dengan alis saling ber
g. Hanya menggerakkan dagunya, dia memberikan kode pada Mary. "Uru
nya, dia mengambil tasnya dan pergi lewat pintu belakang. Dia tak ingin sosoknya terlihat oleh Maxim, atau l
erhatian pelanggan toko kuenya. Namun, sepertinya beberapa pelanggan salah berspekulasi tentan
an untuknya duduk, lalu mengeluarkan kertas dan bolpoin. Dia terlihat terdiam sebentar menghadap depan deng
na tersebut. Suara tawa anak-anak kecil yang bermain, entah kenapa memb
kecil berlarian di depannya. Bianca mendongak, dan tersenyum melihatnya. Nam
apa, Nak?" tany
mpurna. Awalnya, bocah itu terdiam. Tetapi, tiba-
kecil itu agar bisa melihat wajahnya. "Hey, Nak, aku bukan Mamamu. Kau pasti salah orang. Lihatlah ke sekelili
Merangsek maju dan lagi-lagi meme
terlihat sedikit frus
rjatuh dan menangis ka
nya, dan menatapnya dengan tajam. Hal ini membuat Bianca salah tingkah, dia ingin sekali menjelaskan.
tku kesusahan," bisik Bianca, me
hinya saja. Namanya juga anak kecil, pasti banyak tingkah!" Seorang wanita paruh baya lain, d
i, B
ki Bea takit," rengek bocah it
orang menatapnya penuh tuntutan. Mau tak mau, akhirnya Bianca menggendong bocah it
an-kekesalannya, pada orang-orang yang telah menuntutnya tadi.
aki yang biasanya menggoda, Bianca terus berjalan sampai tiba di ruanganny
purna, entah kenapa membuat pertahanan Bianca luruh. Wanita itu tak sa
ginya pada bocah itu, lalu tersenyum dengan manis. "Nak, siapa namamu?
bocah perempuan itu, dengan kata-katanya yan
p pipi bocah itu. "Boleh aku tahu, kenapa kau panggil aku Mama tadi? Kau tahu jika
u menjawab lirih, dan tiba-ti
di dekat bocah itu, memeluk erat sambil mengusap kepalanya lembut. "Maaf, ya ... maaf. Tante gak bermaksud memarahi B
tangis. Dengan tangannya yang mungil, Bea mengusap pipi
ngah. "Memangnya siapa yang akan melar
a Boo maem kue," jawab Bea
ng kaku," sahut Bianca
Dia mengantar Bea ke meja etalase yang terdapat banyak kue. Bianca tersenyum, sa
i memenuhi toko kuenya. Wajah para lelaki itu begitu dingin, dengan sorot mata yang tajam.
*