Love Over Everything
siapa yang berdiri di hadapannya. Pria itu mengulas senyum paling memesona yang ia
ng kerjaan karena datang hampir setiap hari di jam makan siang dan memesan seporsi shortcake dan tiramissu
tak perlu marah seperti itu. Strawberry shortcake unt
dengan kesal. "Jangan lupa kalau Ma
asih memanggilku seformal itu." Jayme menghela napas kera
e di tokoku kalau kau terus saja datang seperti ora
kue ke hadapan Jayme, lalu hendak berbalik
? Apakah kau sudah makan? Kau harus menj
PA
Jayme. Ia sungguh menyukai gadis kecil itu, selain menyukai ibunya yang ketus. Anggap saj
ngenakan rok tutu dengan rambut kemerahan yang diikat seluruhnya ke atas
kan siang? Bagaimana kalau kau ajak mama makan bersama?" Jayme mendekat ke telinga Mar
buk menata kue di etalase. Siang ini toko sedang sepi, kue dagangannya juga hampir h
n meja kasir, menghadap Zanara dan mena
waktu untuk hal itu, maksudku makan dan beristirahat. Namun, a
gugup akan kedatangan Jayme ke tokonya. Bukan karena ia menyukai pria itu, melainkan sekian lama ia menutup
ayme. Aku dan Mari
onselnya. Tak berselang lama, sebuah motor dengan kotak besar bertuliskan
masuk, menyodorkan ke hadapan Zanara yang
mau jika makan di sini, kan? Ayo temani
keras kepala yang tak berhenti mendekatinya selama dua setengah tahun ini, sampai-sampai Marion mengira dia sebagai
ri memangku Marion dan menyuapkan sepotong pizza,
oke? Biarkan papa-maksudku biarkan paman Jayme makan dengan tenang," tegurnya, k
epasan menyebutnya papa, sudah membua
dan menghabiskan beberapa potong pizza di hadapannya. Sesungguhnya ia tak seberapa menyukai pizza, ia le
ap Jayme, sembari mengusap
a karena akhirnya Zanara-meski dengan seteng
ka ada yang kau butuhkan, kau tahu harus menghubungi ke mana, kan?" bisik Jayme pada
tapi rasanya tak lega jika ia pergi begitu saja. Meski pada akhirnya, salam pamit yang ia ucapkan hanya akan dijawab ketu
kan, dan kuharap kau tak segan untuk menghubungiku jika kau
ara, ia kemudian menenteng tas kerjanya dan memu
Mungkin akan sama dengan hari ini, tak mendapat angin segar, hanya sikap ketus dan tak bersahabat
i yang juga membutuhkan tempat pelampiasan, tetapi hanya sebatas itu. Ia tetap tak bisa menam
ak melangkah keluar. Pria itu urung pergi, ber
r nomor tak dikenal itu, tetapi Jayme mengetahui semuanya. Ia
njatuhkan benda pipih di tangannya. Wanita itu menoleh pada Jaym
an. Karena ia tak pernah sekali pun memberikan infor
an pon
kembali ponselnya, tetapi usahanya sia-sia dan justru m
dan seolah waktu t
n tangan sembari memunduk, pada a
. Hanya pada Zanara. Dan tak lama kemudian, ia s
ihkan pandangan. Wanita itu menjawa