Misteri nyai Ratu Blorong
menuju pasar. Kuli panggul waktu itu memang banyak saingan jadi untuk hari itu udin
mencatat hutangnya dan tak perduli berapa banyak lagi hutangnya sudah menumpuk. Sedan
ia hanya ingin sejenak melepas kepenatan dalam hidupnya diwarung kesayangan. Sesaat baru duduk didalam warung kakaknya yang
akan kejadian yang dialami semalam. Udin siang itu yang masih sedikit takut la
adiknya diwarung. Siang itu juga Moden yang sudah ada janji dengan
m tinggal separuh. Waktu siang beranjak ke sore hari, teman karibnya datang menyusulnya kewarung,
n saja," Tanya Sarji yan
yang mulai membenarkan posisi duduknya dari
riin kamu din
ja kangen ya," Goda Udin dengan kesal. "Hahaha
kan Udin. "Sudah tenang saja, kalau butuh uang bicara saj
iri cukup terhibur dan melupakan beban hidupnya. Tapi disaat kebersamaan y
arji melanjutkan canda tawa sampai sore hari. Menjelang magrib mereka
uang untuk kebutuhan keluarga Udin. Hari berganti minggu, udin sudah tidak mend
a juga ia pergi menjual hasil jerih payahnya tetap bersama Udin, setelah mendapat
n seperguruan dan menagih uang kepada sarji, si tuan rumah sendiripun sudah menyiapkan sejumlah uang untuk melunasi hutangnya kepada Ronald. Bahkan dalam du
i utangnya kepada R
emannya sudah berhasil, kedekatan mereka sudah seperti saudara kandung sendi
i semakin siang semakin banyak yang datang, denga
orang-orang pad
u buat acara empat puluh harinya
ena apa Ji," Tany
l nald," jawab s
ng dari tadi kam
kamu sekarang sudah tahu sendi
Kemarin habis tujuh harinya," Kata
ald?," Tany
nggal? Kena apa nald?,
Ji, " jawab
dengan cerita bapaknya sendiri yang meninggal. Mereka berdua merasa sedih karena ada kesamaan dalam nasib yang hampir bersamaan. Tapi ada sesua
lahan Ronald membujuk Sarji melakukan hal itu agar kekayaan sarji yang didapa
erpikir ada benarnya juga pendapat dan tawaran Ronald ini. Mereka berdua sepakat kerjasama akan d
irumah pemiliknya perdebatan panjang tawar menawar sewa antara sarji dan pemilik sangat lama. Sampai akhirnya sore ha
ga, keesokan hari Udin membersihkan toko dan gudang dibantu para pekerja lain
epakat untuk beker
barang yang bersifat fabrikasi. Tak begitu lama toko sarji seminggu kemudian dib
rta tempanya yang terbilang strategis. Usaha yang pada awalnya hanya sebaga
akin meningkat pesat, kebahagiaan ditahun pertama keluarga Sarji semakin terlihat. Mulai
nahnya semakin bertambah. Sarji juga membeli beberapa sawah didaerahnya, dengan berta
asi semua hutang-hutangnya. Dengan kesuksesan Sarji sikap Udin selama itu juga tidak menaru
ian bapaknya Sarji sudah terlupakan oleh harta yang datang tiba-tiba serta melimpah. Tapi ibunya masih
au bude Karto tidak seperti biasanya. Pagi hari
demikian pagi itu. Pertama budhe menanak nasi terlebih dahulu
an perlahan dan hati-hati mengupas, memotong wortel, dan kentang kecil-kecil di atas talenan kayu, di tengah kegiatannya memotong semua sayuran yang hampir selesa
adi kecil-kecil seperti potongan sayuran. Melihat ular kecil sudah mati, bude Karto mengumpulkan potongan tubuh
ptasi dari Twitte
-potongan ular memanjang membentuk kepala dan ekor kembali, dari sekian banyak bagian potongan akhirnya menjadi
berkumpul banyak ular, di waktu kepalanya menunduk bude Karto kaget bukan kepalang. Karena hal yang
ya dengan cepat kepalanya naik sedikit untuk menggigit kakinya. Sada
a daya dalam pelariannya ke depan tak sadar
o berteriak meminta
nya Sarji dengan memegangi kedua bahu ibunya. "Itu nak banyak ular mengejar aku,
bunya tidak ada apa pun, da
rto ikut melihat di belakangnya ternyata ular-ular kecil tadi sudah tidak ada, saat perasaan b
ng memegangi kaki kanannya. "Sebentar bu, anda du
elihat dengan cermat dan perlahan. Sekian kali diamati dengan mata sarji sangat de
nya satu tahun yang lalu, dalam keadaan panik dan sedih ia langsu
ruh tubuhnya. Dalam kondisi kesakitan, ibunya dibawa dengan cepat oleh sarji dan istrinya ke dokter. Waktu d
rumah. Sampai di rumah Ibunya dibaringkan di tempat tidur kamarnya, dan dijaga oleh istri Sarji. Seme
dikagetkan dengan banyak orang yang sudah memenuhi rumah Sarji, dan tangis p
i dalam rumahnya. Ia melewati beberapa kerabatnya dan menepuk pundak Sarji dengan mengatakan "Yang sabar Ji," Setelah tib
Sarji langsung dikebumikan. Dari sinilah kekacauan hid
ibu mertuanya. Dari hubungan kekeluargaan, beberapa kerabat ikut menginap di
rumah mereka yang mewah kini diisi dengan kesedihannya. Dari sorot mata yang sayu dia
pukul dengan kejadian yan
g menginap ikut membantu untuk acara keagamaan di malam hari. Hari terus berjalan se
ak Sri ini juga adalah tetangga belakang rumah, istrinya Udin. Merek
waktu tidak terlalu malam sekitar jam sepuluh. Retno dan Sri serta ket
berdua ke gudang, karena ada banyak barang yang datang dan harus masuk
bapak." Panggilan ini berulang kali sehingga Retno yang mulai jengah dengan suara-suara panggilan ini, de
g dapur, sampai akhirnya Retno menyibak pelan tirai dapur yang menutupi jendela bersekat kaca bening.
berjalan di tengah dapur suara panggilan itu muncul lagi. Kali ini Retno sudah