Misteri nyai Ratu Blorong
mertuanya sudah berdiri tepat di depannya menjadi pocong dengan kainnya yang lusuh dan compang ca
engan itu, bibir kedua mertuanya berucap bersamaan "Ingatkan suamimu nak, teganya membuat bapak ibu menjadi seperti ini." Selesai mereka bicara tubuhn
gsung berteriak histeris dan menggeleng-gelengkan kepal
n berjingkat cepat tubuhnya. Ia berlari menuju dapur dan langsung meraih tubuh ret
,bapak...ibu!!! tangis Histeris
yang masih menangis histeris ketakutan. Malam itu Retno dibawa ke ruang tengah tapi dalam kondisi ma
an Udin dan Sarji tiba, mereka langsung memarkirkan motornya di halaman rumah Sarji. Mendengar tangisan dari dalam rumah, mereka berdua bergegas untuk masuk
ahlah bu, jangan nangis terus. Jam segini kok pada belum tidur?" Retno masih terus menangis sesenggukan tak menjawab apa p
langsung mengajak semua anggotanya pulang ke rumah, Sri berharap Sarji bisa menenangkan istrin
tamunya. Mereka berdua duduk lama dalam keheningan dan pelukan, sinar pagi menembus celah dan kaca di rumah Sarji y
rnya apa yang anda sembunyikan dari saya."
mbunyikan bu." Jawab Sarj
no yang semakin menipis ke
hanya memikirkan hal yang paling mengganjal di dalam hatinya. Sementara itu, Retno membiarkan saja keras kepala suaminya daripada ribut-ribut di p
rtengkar, d
untuk istirahat. Retno sendiri langsung menyibukkan diri de
memperoleh jawaban dari Sarji dan melihat kondisi rumah sudah sepi ia langsung menuju kamar khusus
bu lewat samping rumah. Sedang Sri disuruh untuk berjaga di depan rumahnya, takut kalau Sarji tib
ngsung melihat isi kamar itu. Meskipun hanya sedikit sumber cahaya da
t ke bawah ranjang yang memakai kelambu transparan betapa terkejutnya Retno. Ia melihat ular hitam s
ndisi didepan, dengan cepat kepala ular hitam langsung mengarahkan pandangannya ke muka istri Sarji. Kepala ular bergerak ke atas d
nya, dengan lidah yang keluar masuk dari mulut ular besar
ptasi dari Twitte
, dengan cepat ia turun sampai akhirnya Retno
ng berdiri di depan rumah Sarji mendengar dan melihat Retno terjatuh, ia
Yang hati-hati mbak." Tanya Sri sambil
yang masih meringis kesakitan. Tangan sri memegangi l
kian menit mereka berdua sudah sampai di rumah sri, pertama sri mendudukan Retno di ruang ta
reda, ia mulai menceritakan apa yang ia lihat di kamar khusus suaminya barusan
ke rumah orang tuaku sendiri. Biarkan mbak meskipun ibukku orang
gu suamimu dulu
ng saja mbak. Nanti kalau mas Sarji tanya
bak!!!"
harta suamiku itu tidak bena
berkarat untuk pergi ke rumah orang tuanya Retno di desa sebelah. Saat mau berangkat perutnya terasa sangat sakit seperti m
Dengan cepat Sri memarkirkan sepedanya dan mamar Udin. Sambil menunggu dan merawat Retno, Sri memberikan nasihat agar tetap membicarakan
astinya akan menambah beban kepada orang tuanya sebab ibu retno sendiri sudah tua. Sore har
nita dari dalam kamar udin langsung masuk. Saat itu juga Sarji mencoba menenangkan istrinya
Tapi Udin berpesan kepada istrinya untuk tidak ikut campur rumah tangga orang lain, dan menyuruh istrinya tidak langsung mempercayai cerita dari Retno s
u berhenti ikut kamu,"
mu Din?," Jawab
ingin keluar saja dar
lu. Jangan begini, aku paling mengerti kamu dari k
aan itu langsung terhenyak dan diam seribu bahasa, kebiadabannya selama ini telah diketahui oleh sahabat karibnya. Sarji memikirkan bagaimana cara membujuk Udin dan memb
n, jangan ngawur kalau
r dari kamu dan Ronald. Kamu berdua itu sama
ar Din...tenang jangan
luar," Jawab Udin dengan menaruh tas yang
lan cepat untuk
administrasi, Udin yang habis mengenakan
saja sedangkan ia tetap didalam ruangan masih memikirkan cara untuk membu
andang curiga. Udin sudah tidak memperdulikan semuanya ia hanya punya satu
ai didepan rumahnya. Udin sudah tak memperhatikan lagi dan langsung masuk rumahnya, Sarji
i mau berhenti dari perguruannya
anpa menyahuti. Dengan berbagai bujuk Rayu dilontarkan S
lah mengahadapi masalah besar sendirian, sore itu juga Sarji minta tolong pada Ud
membawa sejumlah uang. Perjalan dari rumahnya memang memakan waktu sekit
i makan di ujung gang rumah Ronald saja, sekalian istir
nya jam satu malam, meski di dalam kampung pinggiran kota. Jadi tata letaknya warung ini menghadap ketimur di sebelah selata
RTIS
tan menuju areal persawahan. Di pos ronda ada tiga orang bapak-bapak yang jaga
n lahap. Rencana mereka habis makan, Udin akan memanggil Ronald yang ma
enyulut rokok ada teriakan keras da
.tolongggg...
mber suara misterius dimalam hari itu, beg
g. Ibu itu diam dan ikut mendengarkan dengan seksama, "Iya mas, siapa jam segini te
apak-bapak yang sudah berdiri di depan pos ronda. Tak lama kemudian da
ying... krimpying...tarrrr...tarrrr...ctaaarrr" [s
..huhuuhu..tolong" [suara teriakan
kepala mereka sendiri. kelima orang tersebut hanya diam
n malam itu terlihat sangat nyata dan mencekam. Mata mereka berlima melihat seo
kereta kencana, tangan kiri memegang tali untuk kendali kuda. Sedang tangan
kecil diatas mahkotanya dengan mulut menganga semuanya. Serta
. Untuk dua wanita di barisan terdepan, memegang cambuk sambil menghajar dan sesekali mencambuk manusia yang terikat rantai di de
i leher, perut, serta kedua tangan dan kakinya. Ia berjalan tertatih sambil berteriak m
semakin jelas yang terlihat adalah Ronald teman Udin dan Sarji.
pa tau arah dan tujuan. Pemilik warung yang tahu orang pada berlarian, tan
mereka yang penasaran melihat dari celah papan kayu dari ruang tamu rumah
enuju jalan arah keselatan, sampai beberapa menit suaranya menghilang semua
utup warungnya, tapi dengan syarat yaitu permintaan Udin untuk diperbolehkan me
in dan Sarji dengan cepat mematikan lampu dan menutup warung, setelahn
erucap satupun dari mereka yang keluar tapi tubuh mereka tetap bergetar ketakutan tak karua
rumah pemilik warung, sinar putih lembut itu membuat rua
ya mata merah mereka yang saling berhadapan dan saling bertatap penuh ketakut
api dipagi ini Udin yang tak sabar akan sikap Sarji
m itu Ronald yang ditarik kereta?," Tanya U
ng-orang kampung saja. Sekalian memperjelas