TOXIC MARRIAGE
okter pada Dennis, suami dari wanita yang seda
ih, Dok," b
ling bicara. Sherina menatap nanar ke luar kaca mobil. Tatapannya kosong, sama seperti suasana hatinya kala itu. Sementara hati Dennis
ucap Dennis dingin saat mobil itu sudah ber
utar sembilan pulang derajat, menatap pada suaminy
rena pada saat itu ia masih tampak berusaha menahan emosinya. "Dari awal aku sudah mengingatkan kamu, Sherin ... Berhenti dari pekerjaan itu! Jangan berkeja dulu sampai melahirka
hati Sherina, padahal di situasi seperti itu, ia begitu butuh dukungan suaminya. "Apa kamu pikir aku juga mengingin
baik, itu artinya kamu meman
akk
angan di pipi suaminya itu. Baginya ucapan Dennis sudah
, tapi sebelum telapak tangan itu tiba di pipi Sherina, pandangan Dennis lebih dahulu beralih pada seorang wanita paruh baya yang ke luar
itu. Bu Tari juga langsung memberikan sebuah pelukan hangat pada Sherina. "Yang
yang tak bisa menjaga pemberian Tuhan itu dengan baik. Dua tahun menikah, Dennis sudah berhasil tiga kali menghidupkan benih di rahim sang ist
lirih Sherina dengan air mata
dari Allah," balas Bu Tari. "Sekarang kamu istirahat, tenangkan diri kamu,
s. Ya, satu kata itu terlalu mudah diucap
g lagi. Pokoknya kalau ada apa-apa, ka
lah sang Ibu meninggalkan kediamannya
saat melihat Dennis merusak tempat tidur bayi
dah tidak ada gun
kalau melihat Mas merusak tempat tidur i
k saya sendiri dan ternyata nama itu hanya untuk di tulis di batu nisannya. Dan apa menurutmu Baby Arsen akan sedih melihat saya merusak tempat tidurnya ini? D
"Jika aku boleh memilih, mungkin aku lebih memilih biar aku saja yang mati, Mas!
memilih hal yang sama. Memang lebih kamu saja yang mati!" tandas Dennis. Setelah mengatakan itu, Dennis ke
*
" pinta Dennis pada Bart
num banyak sekali malam ini," ucap
sinya bahkan beserta dirimu sekalipun masih mampu untuk kubayar!" maki Dennis sambil
i Bartender tadi baru melihat wajah Dennis satu kali di sana. Bartender itu dapat menyimpulkan, barangkali pria di hadapannya itu
itu, tapi rasa kehilangan itu justru terasa kian menggerogotinya. Saat Dennis tengah sibuk memukuli kepalanya se
kokmu, Tuan?" u
rokok," sahut Dennis sambil mengibaskan tangann
nya rokok. Coba diperiksa
kok. Aku juga tidak merokok. Kenap
Dennis. Terang saja hal itu membuat Dennis jadi terperanjat karena merasakan sentuhan di area sensit
perti ini, ya? Hmm, baiklah, aku punya banyak pilihan tempat yang sepi dan sunyi, Tuan. Kau tidak akan mendengar apa-apa selain s