Save Me from Fade Away
M
Arial dengan pandanga
dah pulang?" Senyum cangg
kian menikam menatap Arial. Ada perci
p tangan Wulan yang sedang m
t masalah di sekolah, Arial?"
arnya. Berusaha untuk tetap tenang di antara
emester kamu sekolah." Wulan menunjukkan surat yan
perilaku baik Gilang? Kenapa selalu saja ada masa
mohon di sela raut murka Wulan y
Sudah cukup kamu membuat Mama malu dengan banyak laporan dari
lemah. Kepalanya yang terasa pening setengah mati justru mendapat
gan melayangkan sabetan keras dari ikat pinggang yang di
duk, membiarkan Wulan meluapkan amarahnya dengan caranya. Meski cukup menyakitkan, entah mengapa rasanya Arial enggan b
merasa dirinya semakin puas. Ah, iya. Ia senang terluka seperti ini. Ia senang diperlakukan seperti ini. Rasanya lebih dari ca
. Aku sungguh
nangkan. Rasa perih yang meman
gan intens. Beberapa detik ia terdiam, masih menatap anak laki-lakinya. Dan tanpa diketahuinya,
ut ruangan. Ia menegakkan tubuhnya lalu bersandar pada kaki meja belajar di samping
da Wulan dengan tanpa merasa dendam
Agatha berikan. Namun seketika ia terdiam, menatap sapu tangan itu penuh a
engingat bagaimana perempuan itu memberinya sehelai kain seb
mnya lantas te
s ia bangkit, menegakkan tubuhnya tepat di depan cermin yang jelas memperlihatkan be
ada semua orang, terkecuali Chika dan Bi Tini. Lalu dengan perlahan tangannya bergerak,
punggungnya. Memar, memerah, bahkan ada bercak darah terlihat mulai menggenangi luka-lukanya.
emua pakaian yang melekat di tubuhnya hingga tanpa menyisakan sehelai kain pun.
b. Di posisinya yang seperti ini, ketenangan mulai menyeruak ke dalam nadinya, meredakan degup
wah riak air tampak seseorang tengah tersenyum kepadanya. Tampak raut di waj
. Tetap menahan napas hingga
ian detik ia bergerak menekan tubuh Arial dan menengge
gingat bayangan semu yang seolah datang untuk menjemput kematiannya. Bahkan ia pu
g terdengar samar dari
mononya. Lalu menghampiri Chika
apa,
cat airnya yang sudah kosong. "Uda
it seolah menutupi sisi gelap di sudut kedua mat
sudut bibir Arial, Chika mengangguk. Senyum kecilnya ter
ya sendiri. Ia sadar, selama ini Chika lah yang menjadi alasannya untuk bertaha
as menyusul Chika. Gadis kecil itu tampak sedang duduk di undakan
leh. Arial mengulurkan tangan pada
ika mendongakkan kepalanya demi bis
ut dalam hatinya. Takut kalau Chi
Kakak
an itu. Merasakan sa
nang. Tangannya bergerak mengelus punca
n tangan Chika agar ma