Save Me from Fade Away
g-orang yang melintasinya. Beberapa kali seruan klakson angkutan umum yang melintas tertuju kepadanya, Arial abaikan. Kini pikiranny
an bebannya ke pelataran bumi. Perlahan rintikan itu membumi, menimbulkan percikan sejuk yang kontan membuat beberapa pejalan ka
ian mereka tertawa dengan sebuah lelucon yang dilontarkan oleh salah satu di antaranya. Meski terdengar jelas di telin
Baron. Kenapa kalo lampu kelas ny
uat orang-orang di seki
mpal yang lain tak kala seru unt
a. Memegangi perut sam
untuk menutup mulut, Arial segera beranjak menuju bus yang sejak tadi dinantinya. Diik
rupanya masih asyik untuk melanjutkan leluconnya meski tidak segaduh tadi. Ia berdiri di antara si
ng
di antara desakan yang semakin sesak saat bus mulai melaju. Lalu memilih untu
us yang terdengar lebih halus dari kendaraan pada umumnya. Senyap. Suara di antara
hentak. Tak terkecuali dengan Arial yang hampir menubruk tubuh seorang cewek berpakaian ketat di sampingnya, dengan ce
n kembali tubuhnya lantas menga
umnya yang sulit diartikan. Matanya melirik ke arah l
b berujar penuh seringai. "Gue
Terlihat tak berminat untuk mengobrol dengan cewek it
n bersama beberapa penumpang yang lantas berhambur pergi. Menyusuri trotoar jalan sebelu
mah lo daera
gan suara tapak kaki yang dengan segera menghampirinya.
tak peduli dengan cewek itu yang melangkah
enal
. Ia terus melangkahkan kakinya dengan menga
k kembali menahan langkah Arial yang suda
cewek bernama Agatha yang masih setia me
ng mengalir dari lubang hidung Arial yang tanpa cowok itu sadari. Bahk
lur menyeka darah yang keluar dari lubang hidu
bermaksud," ucap Ar
ini." Agatha mengeluarkan sapu tang
." Arial beranjak d
sebuah rasa dari resah yang perlahan mereda hanya karena perlaku
Agatha setengah berseru, membuat
responnya. Rasanya tidak etis jika ia terlalu mengabaikan Agatha,
sudah tahu nama cowok yang kini masih ada di hadapann
ucapan Agatha. "Gue pikir itu
juga, ya," pikirnya
tawa kecil kelua
raut datar Arial dengan seksama. Sesaat membuat kedu
atar lantas berlalu begitu saja. Meninggalkan A
a sepasang mata." Senyumnya mengembang tersirat sebuah a
*
terparkir tepat di depan halaman garasi samping rumah. Dan baginya, ini adalah satu pe
? Menghela sebentar, lantas kembali melanjutkan langkahnya. Berjalan
ng tak terlihat sama sekali. Bi Tini yang biasanya selal
B
njut berderap menuju kamar. Namun seketika tubuhnya harus membeku saat pintu dibuka
M