icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Save Me from Fade Away

Bab 9 SMFFA 08

Jumlah Kata:1100    |    Dirilis Pada: 10/09/2022

Yus

an langkahnya, sementara tangan satunya

en?" tanya

awa." Arial meminta t

Biar Mas Yusuf aja,"

ngambil tas dari tangan Mas Yusuf lalu memberikan belanjaannya. Set

ang. Rasanya gadis itu lebih ceria dengan orang lain jika dibandingkan dengan Arial, ka

n muncul dar

, Ta

ya. Sebelah kanan rua

g tau, kok." Gilan

lupa. Kan udah

Wulan pun sangat jarang berbi

bicara meski sepertinya tidak didengarkan oleh siapa pun. Ia berjalan pelan, menda

sambil nunggu waktunya ma

enyusul langkah Arial yang be

daripada pingsan di tangga," celetuk Gilang membisik. Disu

sudah memenuhi pelipis dan punggungnya. Ia hanya mengangguk sebelum kembali menuruni anak tangga dengan amat perlahan.

gat. Enam anak tangga yang mengerikan. Ah, bagaimana ji

a. Itu semua karena ia pernah terjatuh dari puluhan a

Lantas ia bergegas masuk ke kamarnya, menarik kenop laci lalu men

rial merebahkan tubuhnya. Matanya mengawang, menatap kosong atap kamar. Perla

melangkah masuk melewati ruang tengah, disusul dengan suara tawa gembira saling sapa antara Gilan

edua netranya yang terpejam. Namun angin sejuk dari lembah datang membawa tubuhnya mengawang, terba

rsenyum padanya. Ah, mimpi yang sempurna bagi seorang Arial ya

*

am lampu ruangan. Perlahan Arial menegakkan tubuh yang terasa nyeri. Ia beringsut menuju cermin di sud

ya masih belum seberapa dengan

al menjatuhkan tubuhnya. Menyandarkan di

elatan hebat. Menipu ketidakberdayaannya dengan tayangan

g memberi cinta dalam balutan senyuman hangat yang terpancarkan dari sepasang bibir Wulan dan Iskandar. Namun semua itu seakan kont

it-langit kamar sesaat sebelum menarik n

dengarkan deru rindu, meredam rintihan pilu, lalu meringkik seperti anjing yang tengah menahan sedu. Persisi se

g. Senyap, seakan bunyi lenyap dalam sekejap. Namun disusul derit kecil dari daun pintu

ampak berantakan tak sempat Chika bereskan. Berserak lembaran penuh gam

ukiskan bunga matahari. Arial tersenyum melihat has

kini sudah duduk dengan nyawa bel

nga matahari." Chika berucap sambil terkantuk-kantu

sebentar. "Kamu

engkan kepala

an Chika. "Tunggu, ya. Biar Kak A

sepintas. Membiarkan Ar

lewati ruang tengah, bertukar derap menuju dapur. Lal

nunggunya lama. Namun jantungnya nyaris saja terhentak t

i ia yakin Wulan masih belum melupa

yang masih penuh peringatan

ap bicara. Berusaha menerima segala bentuk

tinggal di sini sampai tiga bulan ke depan. Sampai ayahnya kembali dari Rusi

alannya semakin

buat Mam

tinya Lidya lebih panta

dari sepasang bibir Wulan terdengar lebih pantas sebagai tuntutan. Ya, te

"Iya, Ma. Aku ke kamar Chika dulu. Tadi dia minta minum." A

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka