Save Me from Fade Away
mbu
mbu
mbu
ndangannya ke sekelilingnya yang terasa sepi. Semilir angin sejuk menerpanya. Ia menegakkan posisi tubuhnya yang mero
stirahat berbunyi dan ia memilih untuk menghabiskan
k. Kr
rial. Sementara laki-laki itu masih terlihat sedang bermalas-malasan menyandark
an menyodorkan makanannya begitu
a menyambanginya, sedang yang lain menjauhinya dengan memberi cap sebagai anak anti so
masih ingat dengan jelas kebaikan yang Angga dan Kevin lakukan padanya dua tahun lalu. Tepat saat dirinya mengalami perundunga
cukup sulit untuk didekati. Pada
tuk melanjutkan mimpi buruknya tadi. Ah, sial. Mim
mbujuk, sedangkan Angga masih setia menyodorkan tang
palagi kita tetangga satu komplek. Iya, nggak, Vin?" Angga memi
dong!" s
yokap gue yang mas
ng tertuju pada Wulan. Ya, di mana wanita itu sudah jara
Ya, kan, Ngga?" Kevin meminta persetujuan dar
angguk den
apannya dengan ragu. Jujur saja, sejak dulu ... ah, lebih tepatnya sejak insiden itu, ia menganggap bahw
il,
makanannya. "Nggak usah takut, Al. Kita beneran mau t
hadapannya, hingga satu kata itu meluncur begitu saja. Tangannya pun yan
ih?" tanya Kev
raya menganggukkan ke
yang terbit bersamaan
best friend!" Kevi
ebenarnya ia pun yakin kalau mereka memang ingin bersahabat dengan tulus dengannya. Namun bukan tanpa alasan ia me
emperlihatkan tanda tanya di
Dan ini niat kita yang paling tulus dari sebelum-sebelumnya." Ke
gga yang sejurus kemudian beranjak dari tempatnya, berusaha mengejar langkah A
menaiki puluhan anak tangga dengan cepat, dan tampak
nuju sudut bangunan sekolah yang masih dalam perencanaan pembangunan kelas baru. Dan tanpa diduga dengan amat l
andangan Arial turun, menatap tangan Kevin yang masih mencekal lengan
ndaskan kata-katanya, berharap dua
au berteman sama lo, bocah anti sosial," tekan
di wajahnya. Namun sayang, sekelebat bayangan yang seketika mengingatkannya pada peristiwa dua tahun lalu,
nnya. "Pukul aja, nih, pukul." Bahkan bocah itu me
ya. Gue tau lo kesal."
anya bekerja keras untuk menetralkan bahan bakar yang nyaris tersulut. Ia berbalik, menatap
a kalian berdua, cuma karena lo berdua selalu ada b
evin terdiam sambil berusaha keras untuk
ngga yang sama sekali tidak
n ucapannya yang terlalu
cewa, bukan lo." Kevin
h dimengerti untuk mengutarakan perasaannya. "Gue takut suatu saat nanti gue selal
melempar tatap. Kemudia
sejauh itu, Al." Angga berucap
!" ketus Kevin meluapkan kekesalannya. Kata-katan
ngkan kepalanya. "Nggak. Gue nggak akan
ucapannya yang selalu terlontar tanpa pikir panjan