Tulisan, Basket, & Piano
yang sedang menuju ke motorku. Mataku terpaku pada ban mot
seperti yang sedang aku lakukan. Kami memandang ban motor i
Ia melihatku dan merogoh sakunya, mengeluarkan ponsel pintar miliknya
mu bisa bawa motor ini ke bengkelm
enelepon temannya. Ketika ia selesai, ia menganggukkan kepalanya padaku. "Temanku akan ke sini, ia
an. "Temanmu waktu
utkan dahi
selagi kecil sebelum kamu pindah ke Bandung. Jadi kupikir di
enyukaimu. Dia tidak pernah berbicara tentang masa kecilnya pad
bena
ngguk deng
embawa motorku dan memberitahuku kalau motornya akan selesai se
a gak papa. Aku sama Rara mau pergi seben
Kami tidak akan pergi ke mana-mana, kurasa. Namun, setelah pemuda
" ia bertanya, benar. Namun pertanyaannya adalah
motornya. Dan akibatnya rambutku melayang-layang ke sana dan ke mari. Ia tidak
ng membuat kami sulit mendengar. Ditambah ia melajukan motornya dengan cepat.
an menoleh ke belakang sedetik
gangan, kamu jangan ng
, kan? Itu masih dirahasiakan. Namun cukup jauh sih, sekitar
bagian lagi penasaran setengah mati. Kami memang sudah kenal selama kira-kira satu bulan, tapi
nku memang s
-
rputar dan memand
dalam bukit yang pendek namun lebar di permukaannya. Kalian pasti bisa membayangkannya, dengan rumput kecil di sekitaran kaki. Bunga
di bawahku. Aku memandang kota yang aku tinggali selama hampir dua
di kota, namun aku tidak berniat sama sekali untuk mengunjungin
il mini. Semuanya tampak indah, terlebih lagi ketika matahari mulai terbenam. Sinar keemasan membanjiri seluruh ko
ngkapku dengan p
melipat kedua tangannya di dada. "W
ota indah itu. Aku merogoh sakuku dan mengambil ponsel,
memandangnya seraya tersenyum. "Ini sungguh i
Tidak ada bangku yang tersisa jadi kami duduk di rumput. Tidak
berumur sembilan tahun, dan dia berumur lima belas tahun, ia sering membawaku ke sini. Dan ini menjadi tempat favorit kami berdua." Ia berhenti sejenak, kemudian. "Aku s
atan kan aku bawa
Ia membalasnya dengan senyu
ngan alunan musik merdu yang tidak bisa didengar oleh telinga manusia, namun aku bis
untuk beberapa saat. Senyuman penuh pesona itu masih terukir indah di wajahnya. Sudut
lagi, Kak,"