Tulisan, Basket, & Piano
engawali sebuah hari, namun aku tidak bisa menepisnya, seseorang s
a tangannya di KRS supaya aku bisa mendapatkan KHS asli dari pihak jurusan. Aku su
kar
s dan rumahku hampir memakan waktu setengah jam, dan terlebih lagi, aku be
menungguku. Terlebih lagi ini dosen pembimbingku. Alhasil, aku tidak m
akan sampai-sampai aku hampir menabrak kak Risya yang
-bu-" ucapann
ye," balasku tanpa menolehnya dan segera meny
mandi untuk kencan pen
ebelah mataku padanya. "Dia ak
terperangah dengan kedipanku barusan, kurasa. "Ma, tolong belik
pi untuk singkatnya, aku tidak seperti ini ketika aku di luar rumah
menjijikkan yang pernah aku keluarkan untuk mereka, aku segera perg
dosen, kalian bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya? Oh kalian pasti bisa, ini sudah sering terjadi
sekali t
s sebenarnya adala
in mencium
a menghias wajahnya yang berkeringat. Tadi aku memajukan bibirku sepanjang beberapa sentimete
u ke kampus berlari ya? Sam
ak tangannya yang basah. "Ya, sama sep
mendapati telapak tanganku juga basah. K
cap kami serempak
setengah delapan tadi, dan dia menyuruhku untuk segera datang padahal saat itu aku belum siap-sia
bilan, tadi jalanan macet. Jadi..." Ia sengaja mengg
n, apanya yang tidak akan diketahui orang lain kalau aku tidak mandi? Aku bahkan
dengan tangan kiriku dan memperhatikannya yang sed
antik meskipun
kata-kata yang halus nan ma
gguk dan menepuk kedua pahaku. "Kalau b
kukan itu," ja
tertawa di balik kedua tangan tersebut. Aku tidak tahu bagaimana ekspresinya sekarang, tapi aku masi
yaku setelah tawa yang nyaring tadi
mulut. Ia mengulanginya sekali lagi, dan membuatku sem
naik-turun tangga, dan itu lantai tiga. Aku naik ke lantai tig
bukunya, ketingga
idak m
na dia hanya memasukkan buku tulis tipis, tapi dia selalu lupa mengambilnya kembali
u saat ini. Perasaan berdebar namun nyeri. "Berarti lain kali, kamu harus me
." Ia menggaruk tengkuknya. G
a sedang merasakan apa? kebanyakan orang melakukan suatu
enyukai gerakan itu. Apalagi
menyu