Tulisan, Basket, & Piano
akan
n, entah kenapa. Atau mungkin aku menginginkan hari ini hujan deras. Namun semuanya ha
bertiga mengajakku pulang, namun aku masih ada urusan di perpustakaan. Ya, aku punya proyek besar
h untuk tahun ini. Aku hanya membalasnya dengan senyuman simpel. Aku tidak tahu bagaiman
dan seperti pada tahun-tahun sebelumnya, kedua klub yaitu klub menulis dan klub
lam organisasi kampus yang sangat diminati oleh banyak mahasiswa, yaitu BEM. Mereka dalam organisasi yang sama tapi aku tidak heran jika Via tidak kenal dengan
iran untuk mengambil motorku dan menuju perpustakaan.
-
terus-terusan orang guna
isik, ini pe
i. Perpustakaan Universitas kami cukup besar, ada beberapa bagian di perpustakaan ini, seperti bagian ICT
ian corner, tempat bagi mahasiswa yang gemar membaca novel-novel. Dan keempat, bagian atas, ya kami hanya menyebutnya bagian
ula dengan manusianya. Ruangan ini penuh, pengap, dan berisik. Bau kaos k
gkan karena satu minggu lagi akan ada rapat dari kedua klub, untuk membahas lebih
rang mereka hendak mengubah ceritaku. Bia
enulis. Kami berdua cukup akrab, mengingat aku sering berkonsultasi dengannya
ihatku marah jika mengubah lebih dari satu," balasku acuh tak acuh namun serius den
kalau mengenai tulisan. Apalagi itu adalah naskahku. Dan setelah itu, pembicara yang lainnya
edang menonton Naruto dan yang lainnya menonton Drama Korea. Namun, a
onan Mama,
ang lainnya, seseorang mengetuk ke
a yang menjulang tinggi di sampingku. Ia
ke perpus
erasa tidak seimbang untung saja ia masih memegang tanganku. "Hati-h
k rajin? Wah, udah rajin pinter main gita
tu keluar. "Emang kamu su
karena raut wajahnya menjengkelkan. "Engg
u? Aku kenal g
yang menghambat kebahagiaan itu
is Care. Itu berart
manis maupun genit, ia hanya mengatakannya
lami hal ini terhadapnya. Dia melirikku, berdiam diri menunggu balasa
dengan Deka, diriku menjad