Istri kedua sang CEO
tangan dan tubuhnya bergetar. Matanya pun akhirnya tak mampu membendung butiran bening yang turun melintas
k mungkin."
ni tengah duduk manis di meja ruang makan. Tak lupa ia m
tepat saat kertas itu terlem
ar lembaran itu lalu mengacuhkannya. Bibirnya tersenyum sinis
urut
yang keluar dari d
untuk suaminya yang telah melecehkan kehormatannya sebagai seorang istri. Sarah me
gkuh?" ter
an kali bahkan tak terhitung. Sejak awal pernikahan, Sarah tak pernah ber
endali. Ia membanting sendok dan mendorong piring berisi nasi gore
lunjuk kanan. Ini baru pertama kalinya. Kaivan pun membalas teriakan Sar
ukkan kertas itu. "Sekarang kamu sudah berani berla
ya menatap tajam Sarah dan seolah memberi petunju
yang lalu dan saat ini dia sedang mengandung anakku. Puas dengan jawaban dariku?" Kaivan menantang Sarah. Seringa
an menatap nanar isi kertas tipis itu. Kaivan sudah tak peduli, n
eng. Kepalanya tertunduk dan dalam sekejap ia mena
ingin memeluk Sarah tapi diurungkan karena di da
i. Kaivan mengangguk. "Kena
mpai saat ini," jawabnya lantang. Sarah tak terima dan kini
um final. Aku masih bisa
lakukan di masa lalu hingga dokter harus mengangkatnya sebagian. Kalau kamu tidak terima, ya sudah kam
Kaivan tak peduli dengan tangisan Sarah. Ia menyambar ponsel dan jasnya lalu berjalan keluar rumah dengan santai. Sar
a sesenggukan. Kai
buat. Dengar, aku tak akan menuruti semua keinginan kamu kali ini," tegasnya se
an lewat di depan pagar rumah mereka turut menjadi saksi adegan tadi. Layaknya sinetron, me
Sarah merenung akan kesalahannya kali ini, pikirnya. Lima tahun berumah tangga
a setelah itu, suara deringan telpon menyapa indera pendengarannya.
saja." Kaivan tersenyum saat suara di ujung sana terdengar merdu mengalun di telingany
awa kendaraannya. I love you,"
an sejak dulu. Istri yang lemah lembut dan jarang berteria
nar, sejenak ia mulai merasakan energinya kembali l
njadi pertanda suasana hati Kaivan telah membaik. Karyawan yang melihatnya pun mengembus napas lega. Me
masuk kedalam ruangannya. Hani menoleh. Senyumannya mengu
a. Matanya tertuju pada kantung mata dan tatapan sayu yang membuat Kaivan terliha
i malam aku pulang ke rumahmu, ya." Kaivan kembali mem
ggu ini jadwal di rumah Mbak Sarah,"u
atnya yang menyebut nama Sarah. Kaivan memeluk kembali
van yang akhirnya membuat Hani membelalakkan matanya. Ia mendorong bahu Kaivan. Matanya sedikit berair. Ia kecewa
ndainya Mbak Sarah datang dan
Hani sadar akan posisinya yang serba salah. Mengaku a
ama." Kaivan menenangkan Hani y
api
ri Hani. "Kita jalani bersama. Toh, kita sudah resmi secara aga
anya. Kaivan tersenyum hangat lalu mengusa
ayang