Istri kedua sang CEO
g akan mengajak Hani untuk tinggal bersama dengan mereka. Dadanya terasa bagai terhimpit batu besar hingga terbangun pun rasa s
n sosok Kaivan. Namun saat ia menoleh ke belakang sayup-sayup ia mendengar seseorang sedang berbincang di telpon. Itu
engan kepala menunduk. Kaivan mengangguk pelan dan berdeh
engangguk. Sarah seketika menyunggingkan lagi senyum manis di bibirnya. Cepat-ce
dari siapa. Wajah Kaivan berseri-seri saat mendengarkan ocehan seseorang di seberang sana lalu tak lama kemudian ia ter
Siapkan dua," ujar Kaivan sambil men
bir tanpa suara. Kaivan mulai menjalankan mobilnya dan menjawabnya sem
mu tidak bilang kalau ingin dibawakan ma
tanya dari Hani agar kali
gan cepat berganti muram seperti awan hitam di
ampang di depan pintu masuk dan saat menaiki lift menuju ke lantai tempat Kaivan bekerja. Ia juga tersenyum bangga saat ada yan
irl yang kebetulan bertemu pandang dengan mereka berdua. Kaivan mengerut
" jawab Kaivan
a tengah sibuk membereskan meja Kaivan yang sedikit berantakan. Kaivan berdehem pelan. Hani pun menoleh. S
ya sinis. Hani menunduk ketakutan. T
rapan sud
padanya. "Ehm, Mas Kaivan mau makan sekaran
ku tidak suka makana
ya Kaivan yang dibalas gelengan kepala oleh Sarah. "La
kan. Mbak Sarah
a Mbak. Kampungan banget sih," hardik Sarah. Hani terdi
hanya bertanya,
undur diri," pamit Hani. Kaivan menarik tangan istr
n kesukaan kamu," tegas Kaivan tanpa ingin m
pan meja Kaivan. Matanya memicing tajam pada Hani yang kini te
arah bertanya pada Hani yan
terkenal?" sindir Sarah. Hani menoleh. "Pasti enak don
d Mbak
Panggil saya nyonya j
a." Hani kemb
rkekeh seperti mengejek. "Kalian pernah bercinta di kantor? Saya yakin perna
itu
ani kembali. "Ternyata benar kamu tak lebih dari wanita
membuka satu wadah nasi. Ternyata ia tak mampu membendung air mata itu. Bagaikanenahan suaranya yang
mi Nyonya tanpa ada persetujuan. Tapi saya bukanlah wanita m
aya tidak
bawa sebungkus makanan. Dahinya mengerut bertanya mengapa kedua oran
etus. Kaivan menoleh pada
u nangis?" tanya Kaiva
. Ia menengadahkan kepalanya lalu menggelen
dengan Sarah. Keduanya tak bertegur sapa sama sekali. Kaivan bukan
dang," ujar Sarah memecah keheningan. Matanya melirik ke arah
?Ada wartaw
artawan. Secara, aku kan artis dan ka
itu, aku t
ivan yang tak biasa mengabaikan undangan pesta.