Istri kedua sang CEO
ngerjakan pekerjaannya yang tertunda. Kepalanya masih berdenyut-denyut
dalam toilet saat pulang. Hani pandai menyembunyikan kes
nya berkecamuk. Keinginannya menikah l
erdengar ke
denganmu," teriak Sar
as
ap sejenak lalu mengabaikannya. Pakaian Sarah sangat minim malam ini. Ia pa
ah Kaivan dengan tatapan kasar dan menantang. Tat
u si
a," jawab K
Kaivan terdiam sejenak. Perlahan, Sarah mendekati Kaivan hingga wajah mer
ya. Ia pun melumat perlahan bibir manis Sarah dan menahan tengkuknya. Aroma
ndesah karena Kaivan menggodanya. Bibir Kaivan meny
aku." jawaban Kaivan membuat hati Sarah r
ong bahu Kaivan. Kakinya ia hentak kasar lalu dengan gaya
edulikan aku. Bukankah kita satu rumah? Kalaupun ada sesuatu
anya itu lalu membisikkan sesuatu di telinganya," Kamu bukan anak ke
rah tapi juga kasih sayang yang sama. Dulu, Kaivan sering memberi
u malam saja," bujuk Sarah. Mata Sarah membulat sen
ampingnya saat ini," ujar Kaivan. Sarah merajuk lagi. Ia memiringkan tubuhnya menghadap
yang mengalah,"
ng berfokus pada pesan di ponselnya. Hani tak berani meng
" Kaivan berdiri dan segera berganti pakaian lalu bergegas keluar ruang
ah dia berikan sama kamu? Jaran goyang atau pengasihan?" teriak Sarah dengan wajah ke
rpengaruh akan kata kasar Sarah dan memilih men
ia
an pun ia pasti kalah. Selama Sarah tak mengejek ia dan anaknya, ia akan diam saja. Toh,
n Hani. Ia tersenyum melihat suaminya duduk di hadapannya m
Hani yang mengarahkan pandangan pada kamar ut
ni mengangguk. Ia menyendok nasi untuk suaminya dan nasi u
n menaruh sendoknya, ia mengingat kembali rencana mereka yang
hari lalu Hani datang menemui ibu mertuanya, kini waniyparh baya itu merengek agar anak dan
Mas," celetuk Hani. Kaiva
Hani tersenyum menutup mulutnya dengan tan
celetuk Hani. Kaivan terkekeh
ar Kaivan menjelaskan fakta sebenarnya. Hani terdiam. Rasanya tak enak jika ia hanya berdu
gobrol kalau malam. Bagaimana?" usulan Hani sedikit masuk akal tapi
Sarah untuk ikut juga." Kaivan menyetujui usul Hani. An
a kasi
i pertanda seseorang harus masuk ke alam mimpinya segera. Hani pun begitu. Setelah menghabiskan makan malamnya dan bercanda be
asuk kedalam tenggorokannya karena kering melanda disana. Ia pun t
li ke kamar. Ia melangkah perlahan melewati kamar suaminya dan Sarah. Sejenak ia te
lam sana. Itu suara Sarah dan Kaivan. Mereka sedang bergumul berdua
pintu kamar Sarah terbuka. Hani membelalakkan matanya karena kaget. Ia menoleh mendapati Sarah sedang
jadi bisa saja suatu hari nanti kamu akan dibuang olehnya. Jangan berada di atas angin terus," ejek Sarah. Wanita itu menoleh ke belakan
ujar Hani. Sarah terkekeh
ita lihat