icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Aisyah (Kisah Pilu Gadis tak Beribu)

Bab 7 Perlakuan yang Berbeda

Jumlah Kata:1425    |    Dirilis Pada: 12/07/2022

etiap waktu berlalu tak sedikit pun gadis itu merasakan ketenangan sebab sorot mata bengis Karmila selalu mengintai ruanga

ya. Ia satu ayah dengan Aisyah, tapi beda ibu. U

tampak heran dengan kedatangan Aisyah. Maklum, mereka berdua jarang ber

selesai mandi?" tan

a pun berlalu begitu saja membuat Aisyah seakan kehilangan

nya, tapi terjatuh begitu saja dan diambil oleh Ummi tirinya. Boneka impian di masa kecil itu membuat Aisyah tersenyum m

ak lagi inginkan boneka. Usianya sudah tiga belas tah

nya kemudian pad

armila itu pun menoleh.

kan Abah, Dek. Apakah Abah su

tu menggeleng. "Tidak mau!" tolaknya

Dek. Mbak moho

i tempat duduknya, berlari sambil memang

tu takut kalau Silvi akan sege

ilvi seraya memeg

u pun merasa terganggu. "Ada apa?" t

Mi. Mb

itu,

uang tamu. Dia sudah

ana?" pekik Kar

eka Silvi, Mi. Dari tadi

ejut mendengar penuturan Sil

pun merasa gerah dengan situasi seperti ini. Begitu tak sudi jika darah

tanya Karmila dengan be

akut. "Aisyah tidak

nangis kejer seperti ini!" tunjuknya seraya menar

h begitu takut. Ses

tang-datang hanya membuat

bukan pembuat onar. Aisyah sama sekali tidak n

ecil sudah pandai

Aisyah buk

tidak jaha

hati Aisyah. Ia yang menunduk ketakutan p

ggu Abah. Dia hanya bertanya apakah Abah selesai mandi a

ik pada putra

kamu nyalahin adik kamu sendiri, hah

gang dengan tuduhan

begitu damai sebelum kedatanganmu. Jangan

serius di hati Aisyah. Silvi yang bersalah. Ia yang berdusta dan ia yang begitu pandai bersandiwara, ta

i piring dan gelas dengan begitu kasar. Suaranya berdentang-denting dan terden

meninggalkan Aisyah duduk sendirian di sana. Dari kejadian ini saja s

i memang rumah Abah dan Aisyah memang anaknya. Namun, ada pembatas tak kasat mata yang seakan menjadi bent

a Aisyah tak lag

mpainya di halaman ia melihat sang Abah yang memang baru s

Mau ke mana?"

irinya dan juga sikap sang Abah yang memang terkesan mengulur-ulur waktu.

ap raut wajah k

ah ini, kan, juga rumahmu," u

engan mata berkaca-kaca. Rindu, benci, marah, kecewa,

sama Abah? Ini Abah sudah selesai mand

u. Sadar jika dirinya sama sekali tidak diinginkan, tapi pernyataan abahnya seolah memberi harapan. Ingin

u. Tunggu di sini, ya? Tidak akan lama,

ya begitu sesak menghadapi kenyataan ini. Ia darah daging Mustofa, tapi seolah seperti orang lain. Ia

us berandai-andai dalam keterpurukan. Cukup lama dalam lamunan kelam, ia pun sada

tanya Mustofa mencob

Hem kotak-kotak dan celana hitam melekat di badannya, menjadi pertanda seak

a Aisyah sambil memperha

Abah ada janjian sama

gulan dalam bersosialisasi, terpandang baik di mata masyarakat, tapi berbeda dari sudut pandang Aisyah. Bagi

Mustofa membuyarka

Aisyah dengan

tik inti. "Bagaimana keadaan Mbah Kakung dan Simbok? Apakah beli

ka berjalan. Mereka berdua sudah sangat sepuh," tutur Aisyah dengan

bad," sahut Mustofa santai sembari menyalakan rokok dan m

Di situ, kan, lebih dekat dengan pintu," ujar Mustofa

ustofa. Asap rokok itu sedikit terhirup oleh Aisyah. Begi

Memangnya mau berbicara apa?" tanya Mustofa beg

dingin bercucuran di tubuhnya. J

, Bah," ungkapnya d

ya itu. Mata Mustofa dan Mata Aisyah saling tata

emang sudah s

Bersusah payah ia datang ke sini untuk mengutarakan kei

melanjutkan ke Mts," tutu

a kamu su

ur s

rupanya Mustofa memang sama sekali

karena penyakit paru-paru kini sudah berusia remaja. Ia datang bercerita seputar se

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Setelah Lulus Mau Sekolah di Mana 2 Bab 2 Ketakutan yang Teramat Sangat3 Bab 3 Rindu yang Membelenggu4 Bab 4 Ketulusan Hati5 Bab 5 Di Ambang Dilema6 Bab 6 Mencoba Bertemu7 Bab 7 Perlakuan yang Berbeda8 Bab 8 Meminta Pertanggung Jawaban9 Bab 9 Dua Pilihan yang Sulit10 Bab 10 Sindiran yang Menyakitkan11 Bab 11 Aisyah Azzahra12 Bab 12 Foto Usang di Sepanjang Kenangan13 Bab 13 Kehangatan Keluarga14 Bab 14 Dua Sisi Dua Kubu15 Bab 15 Kejadian yang Hampir Mengancam Nyawa16 Bab 16 Kondisi yang Menghawatirkan17 Bab 17 Biang Mala Petaka18 Bab 18 Ada Benci Ada Peduli19 Bab 19 Tamu yang Ditunggu-Tunggu20 Bab 20 Suara Hati Simbah21 Bab 21 Keputusan Seorang Abah22 Bab 22 Bernostalgia dengan Masa Lalu23 Bab 23 Risiko Dari Mengambil Keputusan24 Bab 24 Perdebatan Sengit25 Bab 25 Ada Benci Ada Sayang26 Bab 26 Apa Maksudnya 27 Bab 27 Hal yang Tidak Biasa28 Bab 28 Jangan Seperti Itu29 Bab 29 Tak Kuasa Melepas30 Bab 30 Kembali Pulang31 Bab 31 Hal yang Paling Ditakutkan32 Bab 32 Semangat, Aisyah!33 Bab 33 Tawa Ejekan34 Bab 34 Hari Pertama35 Bab 35 Larangan Berjualan36 Bab 36 Anak dan Menantu Durhaka37 Bab 37 Ide Licik si Tamak38 Bab 38 Lidah Manis Hasutan Dendam39 Bab 39 Dewasa Sebelum Waktunya40 Bab 40 Dilarikan ke Rumah Sakit41 Bab 41 Tetap Tenangkan Dia42 Bab 42 Hanya Berjanji, Sulit Ditepati43 Bab 43 Surat Cinta Ummi44 Bab 44 Jangan Tinggalkan Aisyah, Mbok!45 Bab 45 Pesan Mbah Kakung46 Bab 46 Kehilangan Keduanya47 Bab 47 Rumah untuk Pulang48 Bab 48 Jatah untuk Aisyah49 Bab 49 Aksi Nekat Demi Tidak Terlambat50 Bab 50 Maukah Kau Jadi Temanku 51 Bab 51 Perlakuan yang Berbeda52 Bab 52 Diskriminasi Itu Menyakitkan53 Bab 53 Fakta Apa Lagi Ini 54 Bab 54 Benar-benar Jahat55 Bab 55 Kejadian Janggal56 Bab 56 Mimpi Buruk57 Bab 57 Antara Sadar dan Tak Sadar58 Bab 58 Kekasih Simpanan59 Bab 59 Misteri yang Disembunyikan60 Bab 60 Ancaman Ekonomi61 Bab 61 Pengaruh Jahat62 Bab 62 Mau Menjual Tanah63 Bab 63 Semakin Ngelunjak64 Bab 64 Dalam Pengaruh Sihir65 Bab 65 Awal yang Baru66 Bab 66 Nasihat Kebaikan67 Bab 67 Apa Cita-citamu 68 Bab 68 Masa Remaja Memang Penuh Warna69 Bab 69 Hadiah untuk Aisyah dan Ahmad70 Bab 70 Asrama71 Bab 71 Ungkapan Hati72 Bab 72 Pertemuan Kembali73 Bab 73 Kehangatan Keluarga74 Bab 74 Luka Itu Masih Ada75 Bab 75 Bertemu Si Pengkhianat76 Bab 76 Malam Keberangkatan77 Bab 77 Dunia yang Penuh Sandiwara78 Bab 78 Cemburu79 Bab 79 Sepertinya Ada yang Suka80 Bab 80 Calon Imam81 Bab 81 Sakit Karena Rindu82 Bab 82 kedekatan dengan Abah83 Bab 83 Pembelajaran Berharga84 Bab 84 Pertemuan Setelah Cukup Lama Terpisah85 Bab 85 Tidak Sadarkan Diri86 Bab 86 Penyesalan Terdalam87 Bab 87 Jatuh Sakit88 Bab 88 Pulang Karena Sakit89 Bab 89 Pengakuan Mengejutkan90 Bab 90 Kembalilah Padaku91 Bab 91 Pernikahan ke Dua92 Bab 92 Khitbah Langsung Nikah93 Bab 93 Bagaimana, Aisyah 94 Bab 94 Surat Rahasia95 Bab 95 Dear Aisyah96 Bab 96 Percaya Kemampuan Diri97 Bab 97 Kepanikan di Hari Bahagia98 Bab 98 Pesaing Cinta99 Bab 99 Apa Opname 100 Bab 100 Di Antara Dua Pilihan