icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Aisyah (Kisah Pilu Gadis tak Beribu)

Bab 2 Ketakutan yang Teramat Sangat

Jumlah Kata:1111    |    Dirilis Pada: 05/07/2022

rosok ke sela-sela kran air yang bersisian dengan gedek. Gedek lapuk yang menjadi dindi

sya

peka akan keha

enyahut, "Aisya

ngan Ridwan, menarik tubuhnya dan mencoba mengeluark

h kecil mungil. Namun, ia sama sekali tidak berputus asa.

.," erangn

udah bisa," pinta Aisyah seraya t

isyah yang turut terpental. Tubuh keduanya ambruk di tanah

Aisyah m

pa-apa?" tanyanya dengan tangan mer

dak semakin membuat Simbah khawatir. Lengannya tergores beling dan ad

api ... Aisyah sedikit kesulitan b

f. Mbah akan

hu jika Simbah tidak memiliki cukup tenaga untuk bangkit. Ia pun terus berupaya untuk mencari jalan agar bisa cepat keluar d

seraya mencari

ti apa yang Ridwan cari. I

rus ke depan seolah mampu memandang cucu k

ngan tangan yang meraba-rab

hangat tangan k

Tidak usah takut lagi. Mbah m

a seperti itu, Ridwan

kanmu, ya, Nduk?" ucapnya lirih denga

rjap, menunjukkan betapa rapuhnya pria renta itu. Wajahnya pun k

Mbah Kakung sudah merawat Aisyah dengan sangat baik. Aisyah tidak akan

g berbeda Maimunah melihat semua kejadian mengharukan itu. Ia memegan

ak di sana?" tanya Aisyah sembari menuntun s

menga

e kran itu untuk membersihkan dir

diri. Kakinya pun masih dipenuhi lumpur. Secepat mungkin Aisyah menggandeng tangan Mbah Kakung menuj

mbali terdengar. Hati

ke mana, Syah?" t

hat saja nanti, ya? Jangan kemana-mana

pa memangn

k'an,

h. Mungkin di

bah Kakung di ranjang. Ia merapikan posisi tid

g masih duduk di luar. Gadis itu datang membawa segelas air putih, meminta sim

emauan Aisyah. Batu

ak jadi mengerokinya karena Maimunah bersikeras menolak. Seluruh tubuhnya terasa remuk. Gad

nah mencoba tegar, tapi jelas itu hanya menc

s. Hidung Aisyah mulai tersumbat. Aisyah sesenggukan. Maimunah meras

ngin melihat Aisyah tumbuh, sekolah, dan menikah. Jatuh ke tangan

ingin Aisyah bahagia, hanya itu saja sebab penyakit paru-paru juga berhasil merenggut nyawa U

tikan seraut wajah sedih Aisy

is, Nduk?" tanyanya

ang begitu perih, ia pun menekan sesak di dadanya.

mengerti. Ia mencoba mengulurkan tangannya, meny

angisnya. Ia memeluk Mai

berbicara. "Mbok jangan mati, ya? Aisyah sudah tidak pun

gan kepala berat. Air m

Aisyah," ucapnya lirih sembari menyembuny

sudah batuk darah, dan Simbah yang tuna netra. Andai dirinya tetap me

ah. Setidaknya Abah harus bertanggung jawab at

ap lurus ke depan. Penuh arti, penuh rencana. Bagaimana pun c

eiring Aisyah yang mend

uhuk,

annya. Namun, percuma! Batuk it

at Simbok terus berupaya menye

anya Aisy

enyum. "Tidak apa, Nduk. Jangan khawati

ah ta

terus men

gilkan Bu bidan?" ta

ah men

pintanya seraya mencoba bangk

nah. Ketika perempuan renta itu berusaha mencari p

rit Aisyah

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Setelah Lulus Mau Sekolah di Mana 2 Bab 2 Ketakutan yang Teramat Sangat3 Bab 3 Rindu yang Membelenggu4 Bab 4 Ketulusan Hati5 Bab 5 Di Ambang Dilema6 Bab 6 Mencoba Bertemu7 Bab 7 Perlakuan yang Berbeda8 Bab 8 Meminta Pertanggung Jawaban9 Bab 9 Dua Pilihan yang Sulit10 Bab 10 Sindiran yang Menyakitkan11 Bab 11 Aisyah Azzahra12 Bab 12 Foto Usang di Sepanjang Kenangan13 Bab 13 Kehangatan Keluarga14 Bab 14 Dua Sisi Dua Kubu15 Bab 15 Kejadian yang Hampir Mengancam Nyawa16 Bab 16 Kondisi yang Menghawatirkan17 Bab 17 Biang Mala Petaka18 Bab 18 Ada Benci Ada Peduli19 Bab 19 Tamu yang Ditunggu-Tunggu20 Bab 20 Suara Hati Simbah21 Bab 21 Keputusan Seorang Abah22 Bab 22 Bernostalgia dengan Masa Lalu23 Bab 23 Risiko Dari Mengambil Keputusan24 Bab 24 Perdebatan Sengit25 Bab 25 Ada Benci Ada Sayang26 Bab 26 Apa Maksudnya 27 Bab 27 Hal yang Tidak Biasa28 Bab 28 Jangan Seperti Itu29 Bab 29 Tak Kuasa Melepas30 Bab 30 Kembali Pulang31 Bab 31 Hal yang Paling Ditakutkan32 Bab 32 Semangat, Aisyah!33 Bab 33 Tawa Ejekan34 Bab 34 Hari Pertama35 Bab 35 Larangan Berjualan36 Bab 36 Anak dan Menantu Durhaka37 Bab 37 Ide Licik si Tamak38 Bab 38 Lidah Manis Hasutan Dendam39 Bab 39 Dewasa Sebelum Waktunya40 Bab 40 Dilarikan ke Rumah Sakit41 Bab 41 Tetap Tenangkan Dia42 Bab 42 Hanya Berjanji, Sulit Ditepati43 Bab 43 Surat Cinta Ummi44 Bab 44 Jangan Tinggalkan Aisyah, Mbok!45 Bab 45 Pesan Mbah Kakung46 Bab 46 Kehilangan Keduanya47 Bab 47 Rumah untuk Pulang48 Bab 48 Jatah untuk Aisyah49 Bab 49 Aksi Nekat Demi Tidak Terlambat50 Bab 50 Maukah Kau Jadi Temanku 51 Bab 51 Perlakuan yang Berbeda52 Bab 52 Diskriminasi Itu Menyakitkan53 Bab 53 Fakta Apa Lagi Ini 54 Bab 54 Benar-benar Jahat55 Bab 55 Kejadian Janggal56 Bab 56 Mimpi Buruk57 Bab 57 Antara Sadar dan Tak Sadar58 Bab 58 Kekasih Simpanan59 Bab 59 Misteri yang Disembunyikan60 Bab 60 Ancaman Ekonomi61 Bab 61 Pengaruh Jahat62 Bab 62 Mau Menjual Tanah63 Bab 63 Semakin Ngelunjak64 Bab 64 Dalam Pengaruh Sihir65 Bab 65 Awal yang Baru66 Bab 66 Nasihat Kebaikan67 Bab 67 Apa Cita-citamu 68 Bab 68 Masa Remaja Memang Penuh Warna69 Bab 69 Hadiah untuk Aisyah dan Ahmad70 Bab 70 Asrama71 Bab 71 Ungkapan Hati72 Bab 72 Pertemuan Kembali73 Bab 73 Kehangatan Keluarga74 Bab 74 Luka Itu Masih Ada75 Bab 75 Bertemu Si Pengkhianat76 Bab 76 Malam Keberangkatan77 Bab 77 Dunia yang Penuh Sandiwara78 Bab 78 Cemburu79 Bab 79 Sepertinya Ada yang Suka80 Bab 80 Calon Imam81 Bab 81 Sakit Karena Rindu82 Bab 82 kedekatan dengan Abah83 Bab 83 Pembelajaran Berharga84 Bab 84 Pertemuan Setelah Cukup Lama Terpisah85 Bab 85 Tidak Sadarkan Diri86 Bab 86 Penyesalan Terdalam87 Bab 87 Jatuh Sakit88 Bab 88 Pulang Karena Sakit89 Bab 89 Pengakuan Mengejutkan90 Bab 90 Kembalilah Padaku91 Bab 91 Pernikahan ke Dua92 Bab 92 Khitbah Langsung Nikah93 Bab 93 Bagaimana, Aisyah 94 Bab 94 Surat Rahasia95 Bab 95 Dear Aisyah96 Bab 96 Percaya Kemampuan Diri97 Bab 97 Kepanikan di Hari Bahagia98 Bab 98 Pesaing Cinta99 Bab 99 Apa Opname 100 Bab 100 Di Antara Dua Pilihan