Desah Di Kamar Sebelah
inkan ponsel. Biar saja. Kalau mereka lapar, silakan makan di luar atau suruh saja si Lia masak. Aku bukan pembantu di rum
gil namaku dengan suara yang lembut. Mendadak aku kaget. Dia rela pulang jam segini demi menuruti p
ntaku untuk membukakan pintu. Awalnya hanya kudiamkan saja. Lama-la
Bayu meminta lagi. Lambat laun su
iamkannya. Supaya dia sadar, bahwa aku tak menyuka
lho. Ayolah. Bukakan pintunya, Sayang,"
aku yang macem-macem!" Suara amukan Lia terdengar di luar san
ikut campur. Kamu m
ggak ada perempuan lain aja! Udahlah, buang aja dia. Bikin dia kay
Namun, kupilih untuk tetap diam. Percuma saja meladeni ana
, Lia! Masu
tersenyum kecut. Hancurkan saja sekalian rumah in
arna kulit kecokelatan eksotis tersebut terus membujukku. Aku akhirnya luluh
iru laut yang dilinting hingga siku itu tampak membawakan paper bag dengan logo restoran cepat saji favoritku. Perutku kebetula
leh masuk?" pint
u acuh tak acuh. Aku masih pasang muka
ayu mencegat lenganku. Menariknya
anku, lalu kutepis tangan Mas Bayu. Aku seger
erlihat bingung dengan sikapku. Agak sungkan, dia menaruh oleh-olehnya di
ah apa?" ta
pada adikmu!"
nyelenong masu
is juga rumahku, kan?
dalam-dalam. "Dia juga punya privasi. Hargai, Ris
?!" Tanpa tedeng aling-aling, aku berta
dengan bentuk lengkung yang sempu
gah malam dan kamu tid
yanya dengan muka
a aku
u bahkan tidak bisa kubangunkan saat Subuh tiba. Kamu kelelahan." Mas B
a ada kamu me
ul empat dan pukul enam. Kamu seperti orang ya
u meminum jamu
mata. "Ris, kamu seb
ah mengintimidasi dan mempermainkan psiki
ia seperti sedang ditiduri laki-laki! Dia bahkan memanggilmu. Dia
usap-usap puncak kepalaku. Aku gerah. Kutepis tubuhnya, ta
gga. Belum lagi ketambahan pertanyaan dari teman maupun tetangga tentang kehamilan yang belum kunjun
marah. Ingin sekali aku menendang pria ini, s
. Sama-sama menyebutku perlu ke psikiater, seakan-akan telah briefing. Meskipun terlihat bahwa Mas
imaku dengan pendidikan segitu hanyalah SPG di mal sebab tubuh serta wajah yang mendukung. Modalku hanya kecantikan, aku tahu pasti itu. Namun, ak
ngan salahkan aku bila berhasil mengumpulkan barang